Syarat-Syarat Aqiqah Anak Perempuan dalam Islam: Panduan Lengkap

Dewi Saraswati

Aqiqah merupakan sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) dalam Islam yang dilakukan untuk memperingati kelahiran seorang bayi. Aqiqah memiliki banyak keutamaan, di antaranya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran sang buah hati, serta sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Meskipun sunnah, aqiqah memiliki tata cara dan syarat-syarat yang perlu diperhatikan agar ibadah ini diterima Allah SWT. Artikel ini akan membahas secara detail syarat-syarat aqiqah anak perempuan dalam Islam, berdasarkan pemahaman dari berbagai sumber terpercaya.

1. Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Waktu pelaksanaan aqiqah idealnya dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan An-Nasai: “Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, yang disembelih untuknya pada hari ketujuh, diberi nama, dan dicukur rambutnya.” (HR. Ahmad dan An-Nasai).

Namun, jika terdapat halangan yang dibenarkan secara syar’i, aqiqah dapat dilakukan setelah hari ketujuh, bahkan hingga bayi tersebut tumbuh dewasa. Tidak ada batasan waktu tertentu untuk melaksanakan aqiqah setelah hari ketujuh, selama niat dan pelaksanaan sesuai dengan tuntunan syariat. Beberapa ulama berpendapat bahwa semakin cepat aqiqah dilakukan, semakin baik. Namun, keterbatasan ekonomi atau kondisi kesehatan bayi dan keluarga juga harus dipertimbangkan. Yang terpenting adalah niat tulus untuk melaksanakan sunnah ini.

Lebih lanjut, beberapa pendapat menyatakan bahwa menunda aqiqah hingga anak mampu berbicara atau mampu berjalan bukanlah hal yang tepat. Hal ini karena aqiqah bertujuan untuk mensyukuri nikmat Allah SWT atas kelahiran bayi, dan hal tersebut sebaiknya dilakukan secepat mungkin. Perlu diingat, bahwa kemudahan dan kelancaran dalam pelaksanaan aqiqah juga merupakan bagian dari pertolongan Allah SWT.

BACA JUGA:   Hipertensi Pasca Melahirkan: Mengelola Tekanan Darah Tinggi Saat Menyusui

2. Hewan Kurban untuk Aqiqah Perempuan

Jumlah hewan kurban untuk aqiqah anak perempuan adalah seekor kambing atau domba. Hal ini berbeda dengan aqiqah anak laki-laki yang dianjurkan dua ekor kambing atau domba. Perbedaan ini berdasarkan hadits Nabi SAW yang menyebutkan: “Untuk anak laki-laki dua ekor kambing, dan untuk anak perempuan seekor kambing.” (HR. Abu Dawud, An-Nasai, dan Ibnu Majah).

Hewan yang dipilih haruslah sehat, sempurna anggota badannya, tidak cacat, dan telah mencapai usia yang telah ditentukan dalam syariat Islam. Hewan yang cacat, sakit, atau terlalu muda tidak sah untuk dijadikan hewan aqiqah. Pemilihan hewan yang berkualitas baik mencerminkan kesungguhan dan kesempurnaan dalam menjalankan ibadah ini. Pemilihan hewan juga perlu memperhatikan ketentuan syariat Islam terkait penyembelihan hewan kurban, seperti memastikan hewan tersebut tidak mati sebelum disembelih.

3. Penyembelihan Hewan Aqiqah

Proses penyembelihan hewan aqiqah harus sesuai dengan syariat Islam. Hewan harus disembelih oleh orang yang memahami tata cara penyembelihan yang benar. Orang yang menyembelih harus mengucapkan basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم) dan menyebut nama Allah SWT sebelum memulai penyembelihan. Pedang atau alat sembelih harus tajam agar proses penyembelihan cepat dan mengurangi penderitaan hewan.

Setelah hewan disembelih, dagingnya dibagi menjadi tiga bagian: sepertiga untuk diberikan kepada keluarga yang mengadakan aqiqah, sepertiga untuk dibagikan kepada kerabat dan tetangga, dan sepertiga untuk diberikan kepada fakir miskin atau orang yang membutuhkan. Pembagian ini merupakan bagian penting dari pelaksanaan aqiqah dan menunjukan makna berbagi dan kepedulian sosial. Pembagian daging aqiqah hendaknya dilakukan dengan adil dan merata.

4. Niat dan Doa dalam Aqiqah

Niat merupakan unsur penting dalam setiap ibadah, termasuk aqiqah. Sebelum melakukan penyembelihan, hendaknya orang yang ber aqiqah membaca niat dengan tulus dan ikhlas semata-mata karena Allah SWT. Niat tersebut dapat dibaca dalam hati atau diucapkan. Contoh niat aqiqah: “Saya niat menyembelih kambing/domba ini sebagai aqiqah untuk anak perempuan saya (nama anak), karena Allah Ta’ala.”

BACA JUGA:   Aqiqah Setelah 7 Hari: Tradisi, Hukum, dan Pelaksanaannya

Selain niat, membaca doa setelah penyembelihan juga dianjurkan. Doa ini dapat berupa doa umum yang meminta keberkahan dan ampunan dari Allah SWT, atau doa khusus yang terkait dengan aqiqah. Doa setelah penyembelihan diharapkan dapat menambah keberkahan dan nilai ibadah dalam aqiqah.

5. Memberi Nama dan Menggunting Rambut Bayi

Memberi nama bayi merupakan bagian penting dari aqiqah. Orangtua dianjurkan untuk memberikan nama yang baik dan mengandung makna yang positif. Nama yang diberikan hendaknya mencerminkan harapan dan doa orangtua untuk masa depan anak. Nama juga harus sesuai dengan syariat Islam dan tidak bertentangan dengan ajaran agama.

Setelah penyembelihan hewan aqiqah, rambut bayi digunting. Rambut tersebut kemudian ditimbang dan disedekahkan sejumlah uang senilai berat rambut tersebut kepada fakir miskin. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur dan berbagi kepada orang yang kurang beruntung. Jumlah uang yang disedekahkan disesuaikan dengan harga pasaran pada saat itu.

6. Mengundang Tamu dan Memberi Makan

Meskipun tidak wajib, mengundang kerabat, teman, dan tetangga untuk makan bersama setelah aqiqah dianjurkan. Hal ini sebagai bentuk syiar Islam dan mempererat silaturahmi. Makanan yang disajikan dapat berupa hidangan dari daging aqiqah atau makanan lainnya. Mengundang tamu dan memberi makan merupakan bagian dari sunnah aqiqah dan mempererat tali persaudaraan. Acara ini juga menjadi kesempatan untuk memperkenalkan bayi kepada lingkungan sosialnya.

Semoga penjelasan di atas dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang syarat-syarat aqiqah anak perempuan dalam Islam. Penting untuk diingat bahwa pelaksanaan aqiqah hendaknya dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan hati, semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT.

Also Read

Bagikan:

Tags