Penyebab Haid Tidak Teratur Setelah Melahirkan dan Menyusui (Busui)

Dewi Saraswati

Menyusui (atau menyusui eksklusif) seringkali dikaitkan dengan perubahan siklus menstruasi, bahkan hingga amenore (tidak mengalami menstruasi). Namun, pengalaman setiap ibu menyusui berbeda-beda. Beberapa ibu mungkin mengalami haid kembali beberapa minggu setelah melahirkan, sementara yang lain mungkin tidak mengalami menstruasi selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun selama mereka menyusui. Ketidakteraturan haid setelah melahirkan dan selama menyusui (Busui) ini merupakan hal yang umum dan biasanya tidak perlu dikhawatirkan, namun penting untuk memahami penyebabnya. Berikut penjelasan detailnya:

1. Perubahan Hormon Setelah Melahirkan

Setelah melahirkan, tubuh ibu mengalami perubahan hormonal yang dramatis. Tingkat hormon estrogen dan progesteron, yang berperan penting dalam mengatur siklus menstruasi, menurun secara signifikan setelah plasenta dikeluarkan. Namun, selama menyusui, tubuh memproduksi hormon prolaktin dalam jumlah besar. Prolaktin merupakan hormon yang bertanggung jawab untuk produksi ASI. Hormon ini memiliki efek penghambat terhadap pelepasan hormon gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus. GnRH berperan penting dalam memicu pelepasan hormon follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari kelenjar pituitari, yang keduanya sangat penting untuk ovulasi dan menstruasi. Dengan terhambatnya GnRH, FSH dan LH juga tidak dilepaskan secara optimal, sehingga ovulasi dan menstruasi tertunda atau tidak teratur. Semakin sering dan lama bayi menyusu, semakin tinggi kadar prolaktin, dan semakin besar kemungkinan haid tertunda atau tidak teratur. [Sumber: American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)]

2. Frekuensi dan Durasi Menyusui

Frekuensi dan durasi menyusui memiliki korelasi kuat dengan keteraturan siklus menstruasi. Ibu yang menyusui bayi secara eksklusif (hanya ASI) dan sering, biasanya akan mengalami penundaan haid lebih lama dibandingkan ibu yang memberikan ASI perah atau kombinasi ASI dan susu formula. Hal ini karena menyusui yang sering merangsang pelepasan prolaktin yang lebih tinggi, sehingga efek penghambatan terhadap GnRH, FSH, dan LH lebih kuat. Semakin jarang menyusui, kadar prolaktin akan menurun, dan siklus menstruasi akan cenderung kembali normal. [Sumber: La Leche League International]

BACA JUGA:   Durian dan Menyusui: Pengaruhnya Terhadap Bayi

3. Jenis Makanan dan Gaya Hidup

Meskipun pengaruhnya tidak sebesar hormon prolaktin, faktor gaya hidup dan asupan nutrisi juga dapat memengaruhi keteraturan haid setelah melahirkan. Stres, kurang tidur, kurang gizi, dan kurang olahraga dapat mengganggu keseimbangan hormon dan memperlambat kembalinya siklus menstruasi normal. Ibu yang mengalami stres kronis mungkin mengalami ketidakseimbangan hormon yang lebih parah, sehingga mempengaruhi keteraturan haid. Asupan nutrisi yang cukup, terutama zat besi dan vitamin, sangat penting untuk mendukung kesehatan reproduksi dan membantu mengatur siklus menstruasi. [Sumber: National Institutes of Health (NIH)]

4. Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Perubahan berat badan yang signifikan setelah melahirkan juga dapat memengaruhi siklus menstruasi. Baik obesitas maupun berat badan yang terlalu rendah dapat mengganggu keseimbangan hormon dan menyebabkan ketidakteraturan haid. Ibu yang mengalami penurunan berat badan drastis setelah melahirkan mungkin mengalami amenore sementara. IMT yang sehat sangat penting untuk menjaga keseimbangan hormon dan kesehatan reproduksi secara keseluruhan. [Sumber: Mayo Clinic]

5. Kondisi Medis Lainnya

Selain faktor-faktor yang terkait dengan menyusui, beberapa kondisi medis juga dapat menyebabkan haid tidak teratur setelah melahirkan. Kondisi seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS), hipotiroidisme, dan hiperprolaktinemia dapat mengganggu produksi dan keseimbangan hormon, sehingga menyebabkan ketidakteraturan haid. Jika seorang ibu memiliki riwayat kondisi medis tersebut sebelum kehamilan, kemungkinan besar ketidakteraturan haid pasca-melahirkan akan lebih kompleks dan memerlukan penanganan medis. Beberapa kondisi medis lainnya yang dapat menyebabkan ketidak teraturan haid seperti perdarahan pasca persalinan yang berlebihan, dan gangguan tiroid. [Sumber: Cleveland Clinic]

6. Penggunaan Obat-obatan Tertentu

Beberapa jenis obat-obatan, seperti obat-obatan antipsikotik dan beberapa jenis kontrasepsi hormonal, juga dapat memengaruhi siklus menstruasi dan menyebabkan ketidakteraturan haid. Jika seorang ibu menyusui menggunakan obat-obatan tertentu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui potensi efek samping pada siklus menstruasi dan kesehatan reproduksi. Penting untuk selalu memberitahu dokter tentang semua obat yang dikonsumsi, termasuk suplemen herbal, untuk memastikan keamanan dan efektivitas pengobatan. [Sumber: Drugs.com]

BACA JUGA:   Cemilan Sehat & Lezat untuk Ibu Menyusui Tanpa Rasa Bersalah

Penting untuk diingat bahwa ketidakteraturan haid setelah melahirkan dan selama menyusui adalah hal yang umum dan seringkali bersifat sementara. Namun, jika Anda merasa khawatir tentang keteraturan haid Anda, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau bidan untuk mendapatkan evaluasi dan saran medis. Dokter akan dapat menyingkirkan penyebab medis yang mendasari dan memberikan panduan yang tepat sesuai dengan kondisi Anda. Jangan ragu untuk mencari bantuan medis jika mengalami perdarahan yang berlebihan, nyeri hebat, atau gejala-gejala lain yang mengkhawatirkan.

Also Read

Bagikan:

Tags