Tidak ditemukan dokumen resmi WHO berupa PDF yang secara spesifik berjudul "MPASI WHO 2023". WHO secara berkala memperbarui panduan nutrisi, namun tidak merilis dokumen tunggal yang komprehensif dengan tahun spesifik dalam judulnya. Informasi mengenai MPASI (Makanan Pendamping ASI) dari WHO tersebar dalam berbagai publikasi, rekomendasi, dan pedoman yang saling melengkapi. Artikel ini akan merangkum informasi terkini yang relevan dengan rekomendasi WHO mengenai MPASI untuk bayi usia 6-24 bulan, berdasarkan berbagai sumber daring yang terpercaya.
1. Inisiasi MPASI: Kapan Waktu yang Tepat?
WHO merekomendasikan inisiasi MPASI pada usia 6 bulan (26 minggu). Sebelum usia ini, ASI eksklusif merupakan nutrisi yang paling optimal untuk bayi. Setelah usia 6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi meningkat dan ASI saja sudah tidak lagi mencukupi. Mulai MPASI pada usia 6 bulan memberikan beberapa manfaat:
- Kebutuhan Nutrisi Terpenuhi: ASI tidak lagi cukup memenuhi kebutuhan zat besi, seng, dan vitamin lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal bayi setelah usia 6 bulan.
- Pengembangan Motorik: Proses makan MPASI membantu bayi mengembangkan kemampuan motorik halus, seperti menggenggam sendok dan memasukkan makanan ke mulut.
- Pengembangan Sensorik: Tekstur, rasa, dan aroma makanan baru menstimulasi perkembangan sensorik bayi.
- Pencegahan Alergi: Pengenalan makanan pendamping ASI secara bertahap dan dini dapat membantu mencegah alergi makanan pada masa mendatang. Meskipun penelitian masih berlanjut, eksposur dini terhadap berbagai alergen (dengan pengawasan) umumnya dianggap aman dan bermanfaat.
Namun, penting untuk diingat bahwa setiap bayi berbeda. Beberapa bayi mungkin siap memulai MPASI sedikit lebih awal atau lebih lambat dari usia 6 bulan. Konsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan adalah langkah penting sebelum memulai MPASI untuk memastikan bayi dalam kondisi sehat dan siap menerima makanan padat.
2. Jenis Makanan Pendamping ASI yang Direkomendasikan
WHO menekankan pentingnya memberikan makanan beragam dan bergizi untuk bayi. Makanan pendamping ASI sebaiknya:
- Berisi Zat Besi: Zat besi sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak. Sumber zat besi yang baik termasuk daging merah (hati, daging sapi), unggas, ikan, kacang-kacangan, dan sayuran hijau gelap. Pemberian makanan kaya zat besi perlu diimbangi dengan vitamin C untuk meningkatkan penyerapannya.
- Kaya Nutrisi: Makanan harus beragam dan kaya akan vitamin A, vitamin D, kalsium, seng, dan berbagai nutrisi penting lainnya. Sumber vitamin A meliputi wortel, ubi jalar, dan bayam. Sumber kalsium meliputi susu (dapat diberikan setelah usia 1 tahun) dan produk olahan susu.
- Tekstur yang Sesuai: Tekstur makanan harus disesuaikan dengan kemampuan bayi. Mulai dengan tekstur halus (puree) dan secara bertahap meningkat menjadi tekstur yang lebih kasar (mashed, finger food) seiring dengan perkembangan kemampuan mengunyah bayi.
- Bebas Garam dan Gula: Hindari menambahkan garam atau gula ke dalam makanan bayi. Ginjal bayi masih belum berkembang sepenuhnya dan konsumsi garam dan gula yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan mereka.
- Dibersihkan dan Dimasak dengan Baik: Kebersihan makanan sangat penting untuk mencegah infeksi. Pastikan makanan dimasak dengan baik dan disimpan dengan benar untuk mencegah kontaminasi bakteri.
3. Frekuensi dan Porsi MPASI
Frekuensi dan porsi MPASI perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan bayi. Mulailah dengan memberikan sedikit makanan (1-2 sendok makan) sebanyak 1-2 kali sehari dan secara bertahap meningkatkan frekuensi dan porsi seiring dengan pertumbuhan bayi. Pada usia 9 bulan, bayi umumnya dapat makan 3 kali sehari, dan pada usia 12 bulan, frekuensi makan dapat ditingkatkan menjadi 4-5 kali sehari. Namun, penting untuk selalu memperhatikan tanda-tanda kenyang pada bayi dan tidak memaksanya untuk makan lebih dari yang dibutuhkan.
ASI tetap menjadi sumber nutrisi utama hingga usia 2 tahun atau lebih. Lanjutkan memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan bayi, bahkan setelah bayi mulai mengonsumsi MPASI.
4. Pengenalan Alergen
WHO merekomendasikan pengenalan alergen makanan umum, seperti telur, kacang-kacangan, susu sapi, dan ikan, secara bertahap dan dini, setelah usia 6 bulan. Tidak ada bukti yang mendukung penundaan pengenalan alergen untuk mencegah alergi. Sebaliknya, pengenalan dini dapat mengurangi risiko alergi makanan di kemudian hari.
Penting untuk memperkenalkan satu alergen baru pada satu waktu, dengan jeda beberapa hari untuk mengamati reaksi alergi. Jika bayi menunjukkan reaksi alergi (seperti ruam, muntah, atau sesak napas), segera hentikan pemberian makanan tersebut dan konsultasikan dengan dokter.
5. Praktik Aman dalam Penyimpanan dan Persiapan Makanan
Keamanan makanan sangat penting untuk mencegah infeksi pada bayi. Berikut beberapa praktik aman yang perlu diperhatikan:
- Mencuci Tangan: Selalu cuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyiapkan dan memberi makan bayi.
- Memasak dengan Benar: Pastikan makanan dimasak hingga matang sempurna untuk membunuh bakteri.
- Penyimpanan yang Benar: Simpan makanan yang tersisa dalam wadah tertutup rapat di lemari es dan konsumsi dalam waktu 24 jam.
- Hindari Makanan Berisiko: Hindari memberikan makanan yang berisiko menyebabkan tersedak, seperti kacang-kacangan utuh, popcorn, dan permen keras, hingga bayi berusia cukup untuk mengunyah dengan aman.
- Air Minum yang Aman: Pastikan bayi mendapatkan akses air minum yang bersih dan aman, terutama di daerah dengan akses air bersih yang terbatas.
6. Peran Orang Tua dan Keluarga
Dukungan dari orang tua dan keluarga sangat penting dalam keberhasilan MPASI. Orang tua perlu:
- Menciptakan Suasana Makan yang Menyenangkan: Buat waktu makan menjadi momen yang menyenangkan dan santai. Hindari memaksa bayi untuk makan.
- Memberikan Contoh yang Baik: Orang tua perlu memberikan contoh pola makan yang sehat dan seimbang.
- Mengajarkan Kemampuan Makan Mandiri: Dorong bayi untuk belajar makan sendiri dengan sendok dan tangannya seiring dengan perkembangannya.
- Bersabar dan Konsisten: Proses MPASI membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Jangan menyerah jika bayi menolak beberapa jenis makanan. Cobalah menawarkan makanan yang sama beberapa kali dengan cara yang berbeda.
- Konsultasi dengan Tenaga Kesehatan: Konsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan jika ada kekhawatiran tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi atau jika bayi menunjukkan tanda-tanda alergi makanan.