Panduan Lengkap MPASI WHO 2023: Menu, Nutrisi, dan Praktik Terbaik

Sri Wulandari

Pendampingan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) bagi bayi merupakan momen krusial dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara berkala memperbarui panduannya untuk memastikan praktik pemberian MPASI yang optimal dan sesuai dengan bukti ilmiah terkini. Panduan MPASI WHO 2023 menekankan pentingnya pendekatan holistik yang mempertimbangkan aspek nutrisi, keamanan pangan, dan stimulasi sensorik bayi. Artikel ini akan membahas secara rinci panduan MPASI WHO 2023, mencakup berbagai aspek penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua.

1. Inisiasi MPASI: Kapan Waktu yang Tepat?

WHO merekomendasikan inisiasi MPASI pada usia 6 bulan (26 minggu). Sebelum usia ini, sistem pencernaan bayi belum cukup matang untuk memproses makanan padat. Namun, ini bukanlah aturan mutlak. Beberapa bayi mungkin siap lebih awal, sementara yang lain mungkin membutuhkan waktu lebih lama. Tanda-tanda kesiapan bayi untuk MPASI meliputi:

  • Kemampuan duduk tegak dengan sedikit atau tanpa bantuan: Postur ini penting untuk mencegah tersedak.
  • Hilangnya refleks ekstrusi: Refleks ini menyebabkan bayi mendorong keluar benda asing dari mulutnya. Jika refleks ini telah hilang, bayi lebih mampu menerima makanan padat.
  • Menunjukkan minat terhadap makanan: Bayi mungkin tampak tertarik pada makanan yang dimakan orang dewasa dan mencoba meraihnya.
  • Dapat mengontrol kepala dan leher: Kemampuan ini penting untuk mencegah tersedak dan memudahkan proses makan.

Penting untuk diingat bahwa setiap bayi unik. Konsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan profesional sangat dianjurkan untuk menentukan waktu yang tepat untuk memulai MPASI bagi bayi Anda. Jangan terburu-buru dan perhatikan tanda-tanda kesiapan bayi Anda. Menunda MPASI hingga bayi benar-benar siap lebih baik daripada memulai terlalu dini.

2. Jenis Makanan dan Ragam Nutrisi dalam MPASI

Panduan MPASI WHO 2023 menekankan pentingnya keragaman makanan untuk memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang lengkap dan seimbang. Makanan pendamping ASI harus berupa makanan yang bergizi, aman, dan sesuai dengan tahap perkembangan bayi. Berikut beberapa jenis makanan yang direkomendasikan:

  • Bubur: Bubur dapat dibuat dari berbagai bahan, seperti beras merah, jagung, singkong, dan ubi jalar. Bubur harus teksturnya lembut dan mudah ditelan. Anda bisa menambahkan sedikit ASI atau air susu formula untuk membuat teksturnya lebih encer.
  • Sayuran: Sayuran seperti wortel, brokoli, bayam, dan kentang dapat dimasak hingga lembut dan dihaluskan atau dipotong kecil-kecil. Pastikan sayuran tersebut bersih dan dimasak hingga matang sempurna.
  • Buah: Buah-buahan seperti pisang, pepaya, apel, dan mangga dapat diberikan dalam bentuk puree atau potongan kecil yang lembut. Hindari buah-buahan yang memiliki potensi alergi tinggi, seperti stroberi dan kacang-kacangan, hingga bayi berusia minimal 1 tahun.
  • Daging: Daging ayam, sapi, ikan, dan hati ayam merupakan sumber protein yang baik. Daging harus dimasak hingga matang dan dihaluskan atau dipotong kecil-kecil.
  • Telur: Telur merupakan sumber protein dan zat besi yang baik. Mulailah dengan memberikan kuning telur terlebih dahulu, lalu putih telur setelah bayi beradaptasi. Pastikan telur dimasak hingga matang.
  • Kacang-kacangan (setelah 1 tahun): Kacang-kacangan seperti kacang hijau, buncis, dan kedelai merupakan sumber protein dan serat yang baik. Namun, sebaiknya diberikan setelah bayi berusia minimal 1 tahun untuk mengurangi risiko alergi.
BACA JUGA:   Nutrisi Penting untuk Tumbuh Kembang Bayi 11 Bulan

Penting untuk memperkenalkan berbagai jenis makanan secara bertahap, satu per satu, untuk mengamati adanya reaksi alergi. Jangan menambahkan garam, gula, atau penyedap rasa lainnya pada makanan bayi.

3. Teknik Pemberian MPASI yang Aman dan Efektif

Teknik pemberian MPASI yang tepat sangat penting untuk mencegah tersedak dan memastikan bayi mendapatkan nutrisi dengan baik. Berikut beberapa tips penting:

  • Berikan makanan dengan porsi kecil: Mulailah dengan porsi kecil dan tingkatkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan bayi.
  • Berikan makanan dengan tekstur yang sesuai: Tekstur makanan harus disesuaikan dengan kemampuan menelan bayi. Mulailah dengan makanan yang lembut dan halus, lalu secara bertahap tingkatkan teksturnya.
  • Awasi bayi selama makan: Awasi bayi secara ketat selama makan untuk mencegah tersedak.
  • Dudukkan bayi tegak: Dudukkan bayi tegak selama makan untuk mempermudah proses menelan.
  • Jangan memaksa bayi untuk makan: Jangan memaksa bayi untuk menghabiskan semua makanan yang disajikan. Biarkan bayi makan sesuai dengan selera dan kebutuhannya.
  • Hindari makanan yang berpotensi menyebabkan tersedak: Hindari makanan yang keras, lengket, atau mudah pecah menjadi potongan kecil yang dapat menyumbat saluran pernapasan, seperti kacang tanah, popcorn, dan permen.
  • Berikan makanan dengan sendok kecil: Gunakan sendok kecil dan lembut untuk memberi makan bayi.
  • Berikan kesempatan bayi untuk mengeksplorasi makanan: Biarkan bayi mengeksplorasi makanan dengan tangannya jika memungkinkan. Ini membantu bayi mengembangkan keterampilan motorik halus dan sensori.

4. Menangani Alergi dan Reaksi Advers Lainnya

Alergi makanan pada bayi cukup umum. Penting untuk memperkenalkan makanan baru satu per satu dengan selang waktu beberapa hari untuk mengamati adanya reaksi alergi. Tanda-tanda alergi makanan meliputi ruam kulit, gatal-gatal, muntah, diare, dan kesulitan bernapas. Jika bayi mengalami reaksi alergi, segera hentikan pemberian makanan tersebut dan konsultasikan dengan dokter. Dokter dapat membantu menentukan penyebab alergi dan memberikan penanganan yang tepat.

BACA JUGA:   MPASI Labu Siam dan Telur: Panduan Lengkap untuk Ibu

Selain alergi, beberapa bayi mungkin mengalami intoleransi makanan, seperti intoleransi laktosa. Gejala intoleransi laktosa meliputi diare, kembung, dan kolik. Jika Anda mencurigai bayi mengalami intoleransi makanan, konsultasikan dengan dokter.

5. Peran ASI dalam MPASI

ASI tetap menjadi makanan utama bayi hingga usia 2 tahun atau lebih. Meskipun bayi sudah mulai mengonsumsi MPASI, ASI tetap memberikan nutrisi penting yang tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh makanan padat. ASI mengandung antibodi yang melindungi bayi dari infeksi dan penyakit. ASI juga membantu perkembangan sistem pencernaan bayi. Oleh karena itu, lanjutkan pemberian ASI selama MPASI.

6. Pentingnya Stimulasi Sensorik dan Perkembangan Bayi

Pemberian MPASI bukan hanya tentang nutrisi, tetapi juga tentang stimulasi sensorik dan perkembangan bayi. Proses makan merupakan pengalaman sensorik yang kompleks yang melibatkan penglihatan, penciuman, rasa, dan sentuhan. Memberikan makanan dengan warna, aroma, dan tekstur yang beragam dapat merangsang indera bayi dan membantu perkembangannya. Biarkan bayi mengeksplorasi makanan dengan tangannya (dengan pengawasan yang ketat) untuk membantu perkembangan keterampilan motorik halusnya. Libatkan bayi dalam proses penyiapan makanan untuk meningkatkan interaksi dan minat makan. Buat pengalaman makan menjadi menyenangkan dan positif untuk bayi. Membangun kebiasaan makan yang sehat sejak dini akan berdampak positif pada kesehatan dan kesejahteraan bayi di masa depan. Ingatlah untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk panduan yang lebih personal dan sesuai dengan kondisi bayi Anda.

Also Read

Bagikan:

Tags