Aqiqah merupakan sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi umat Islam yang memiliki bayi baru lahir. Aqiqah memiliki makna yang sangat dalam, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran sang buah hati dan sebagai wujud persembahan terbaik kepada-Nya. Hukum aqiqah untuk anak perempuan sama dengan anak laki-laki, yaitu sunnah muakkadah. Namun, terdapat beberapa perbedaan dan detail yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan aqiqah sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Artikel ini akan membahas secara detail tata cara aqiqah anak perempuan sesuai sunnah, meliputi berbagai aspek penting yang perlu diperhatikan.
Waktu Pelaksanaan Aqiqah
Waktu pelaksanaan aqiqah yang paling utama adalah pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, yang disembelih untuknya pada hari ketujuh, diberi nama, dan dicukur rambutnya.” (HR. Tirmidzi). Namun, jika hal tersebut tidak memungkinkan karena satu dan lain hal, aqiqah tetap boleh dilakukan setelah hari ketujuh, bahkan sampai anak tersebut menginjak dewasa. Tidak ada batasan waktu tertentu selain anjuran untuk melaksanakannya secepatnya. Keterlambatan dalam melaksanakan aqiqah tidak membatalkan kewajiban, namun tetap dianjurkan untuk segera melaksanakannya apabila memungkinkan. Prioritas tetap diberikan pada kemampuan finansial orang tua. Jika belum mampu pada hari ketujuh, maka hendaknya diusahakan secepat mungkin ketika sudah mampu.
Hewan Aqiqah untuk Anak Perempuan
Untuk anak perempuan, hewan aqiqah yang disembelih adalah satu ekor kambing. Ini berbeda dengan aqiqah anak laki-laki yang dianjurkan dua ekor kambing. Dalilnya dapat ditemukan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah, dimana Rasulullah SAW bersabda: “Bagi anak laki-laki dua ekor kambing dan bagi anak perempuan satu ekor kambing.” Hadits ini menunjukkan perbedaan jumlah hewan yang disembelih berdasarkan jenis kelamin anak. Kambing yang digunakan haruslah kambing yang sehat, cukup umur, dan memenuhi syarat sebagai hewan kurban, yaitu bebas dari cacat yang membatalkan. Pemilihan kambing yang berkualitas baik merupakan bagian dari kesempurnaan pelaksanaan aqiqah.
Tata Cara Penyembelihan Hewan Aqiqah
Penyembelihan hewan aqiqah harus dilakukan oleh orang yang ahli dan memahami tata cara penyembelihan hewan kurban sesuai syariat Islam. Hewan harus disembelih dengan menyebut nama Allah SWT dan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Proses penyembelihan harus dilakukan dengan cara yang benar dan menghindari tindakan yang menyiksa hewan. Sebagaimana dalam penyembelihan hewan kurban, pedoman yang utama adalah menghindari perbuatan yang kejam dan memastikan hewan disembelih dengan cepat dan tanpa rasa sakit yang berkepanjangan. Sebaiknya proses penyembelihan disaksikan oleh orang tua bayi dan kerabat terdekat sebagai bentuk kesaksian dan keikutsertaan dalam pelaksanaan ibadah tersebut.
Pembagian Daging Aqiqah
Setelah hewan aqiqah disembelih, dagingnya dibagi menjadi tiga bagian. Sebagian diberikan kepada keluarga yang mengadakan aqiqah, sebagian lagi untuk kerabat dan tetangga, dan sebagian lagi untuk diberikan kepada orang-orang miskin atau fakir. Pembagian ini merupakan bagian penting dari aqiqah, sebagai bentuk berbagi rezeki dan menebarkan kebaikan kepada sesama. Rasulullah SAW menganjurkan untuk berbagi daging aqiqah kepada orang-orang yang membutuhkan, sebagai bentuk kepedulian sosial dan pengamalan ajaran Islam. Tidak ada porsi yang pasti untuk setiap bagian, namun yang terpenting adalah keikhlasan dan keadilan dalam pembagiannya. Sebaiknya daftar penerima daging aqiqah disusun terlebih dahulu agar pembagiannya merata dan terorganisir.
Doa dan Niat Aqiqah
Sebelum melakukan penyembelihan, dianjurkan untuk membaca doa dan niat aqiqah. Doa dan niat ini sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT agar aqiqah yang dilakukan diterima dan mendapatkan ridho-Nya. Doa dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan pemahaman masing-masing, namun inti dari doa tersebut adalah permohonan agar aqiqah menjadi amal ibadah yang diterima di sisi Allah SWT. Niat aqiqah dilakukan dalam hati, serta diiringi dengan kesungguhan dan keikhlasan dalam melaksanakan ibadah tersebut. Mengajak keluarga dan kerabat untuk ikut berdoa bersama juga merupakan hal yang dianjurkan, sebagai bentuk kebersamaan dan permohonan doa bersama.
Tahlil dan Doa Setelah Aqiqah
Setelah proses aqiqah selesai, dianjurkan untuk mengadakan acara tahlil dan doa bersama. Acara ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas kelancaran pelaksanaan aqiqah. Acara tahlil dan doa dapat diisi dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, dan doa-doa kebaikan untuk bayi yang baru lahir dan keluarganya. Mengundang kerabat dan tetangga untuk menghadiri acara ini merupakan bentuk silaturahmi dan menjalin tali persaudaraan yang lebih erat. Acara ini juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk berbagi kebahagiaan dan rasa syukur atas kelahiran sang bayi. Dengan demikian, aqiqah bukan hanya sekadar menyembelih hewan, melainkan juga merupakan rangkaian ibadah yang penuh makna dan manfaat.
Semoga penjelasan di atas dapat memberikan pemahaman yang lebih detail tentang tata cara aqiqah anak perempuan sesuai sunnah. Ingatlah bahwa niat dan keikhlasan merupakan kunci utama dalam pelaksanaan ibadah aqiqah ini. Semoga Allah SWT menerima aqiqah kita dan memberikan keberkahan kepada kita semua.