Memulai MPASI (Makanan Pendamping ASI) adalah momen penting bagi bayi dan orang tua. Namun, tidak jarang MPASI pertama justru berakhir dengan kegagalan, memicu kecemasan dan pertanyaan. Kegagalan di sini bisa diartikan dalam berbagai hal, mulai dari bayi menolak makanan sama sekali, muntah, hingga mengalami reaksi alergi. Artikel ini akan membahas berbagai penyebab MPASI pertama gagal, strategi penanganannya, dan langkah-langkah untuk mencoba kembali dengan lebih sukses.
Penyebab MPASI Pertama Gagal
Kegagalan MPASI pertama bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berkaitan dengan bayi maupun dengan cara pemberian MPASI. Berikut beberapa penyebab yang umum ditemukan:
-
Usia yang belum tepat: Meskipun panduan umum merekomendasikan MPASI dimulai sekitar usia 6 bulan, setiap bayi berbeda. Tanda kesiapan bayi untuk MPASI lebih penting daripada usia kronologisnya. Tanda-tanda kesiapan meliputi kemampuan duduk tegak tanpa bantuan, hilangnya refleks ekstrusi (refleks mendorong keluar makanan dari mulut), menunjukkan minat pada makanan orang dewasa, dan mampu mengontrol gerakan kepala dan leher. Memulai MPASI sebelum bayi siap dapat menyebabkan penolakan dan kesulitan.
-
Jenis makanan yang tidak tepat: Makanan pertama sebaiknya teksturnya lembut, mudah dihancurkan, dan disesuaikan dengan kemampuan menelan bayi. Memilih makanan yang terlalu padat, terlalu bertekstur, atau terlalu asin/manis dapat menyebabkan bayi kesulitan menelan, muntah, atau menolak makanan. Pure buah dan sayur seperti pisang, pepaya, wortel, atau kentang kukus yang dihaluskan merupakan pilihan yang baik sebagai MPASI pertama. Hindari makanan yang berpotensi menyebabkan alergi seperti telur, kacang, seafood, dan susu sapi pada awal pemberian MPASI.
-
Cara pemberian yang kurang tepat: Cara pemberian MPASI juga berpengaruh besar pada kesuksesannya. Suasana yang tenang dan nyaman sangat penting. Jangan memaksa bayi untuk makan jika ia menolak. Memberikan MPASI dengan sendok kecil dan perlahan-lahan, sambil memperhatikan respon bayi, jauh lebih efektif daripada memberikannya dalam jumlah banyak sekaligus. Interaksi positif dan perhatian orang tua selama proses makan sangat penting untuk membangun kebiasaan makan yang baik.
-
Reaksi alergi: Meskipun jarang, reaksi alergi terhadap makanan tertentu dapat menyebabkan bayi menolak MPASI, muntah, atau mengalami ruam kulit. Gejala alergi dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Jika bayi mengalami reaksi alergi, segera hentikan pemberian makanan tersebut dan konsultasikan dengan dokter.
-
Masalah kesehatan: Kondisi kesehatan bayi, seperti refluks gastroesofageal (GERD), dapat mempengaruhi penerimaan MPASI. Bayi dengan GERD mungkin mengalami muntah setelah makan, sehingga membuat mereka enggan untuk makan lagi. Konsultasi dengan dokter sangat penting untuk mendiagnosis dan mengatasi masalah kesehatan yang mendasari.
-
Kurang kesabaran: Memulai MPASI membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Bayi mungkin perlu beberapa kali percobaan sebelum menerima makanan baru. Jangan berkecil hati jika MPASI pertama gagal. Cobalah lagi dengan makanan yang berbeda atau cara pemberian yang berbeda.
Strategi Mengatasi MPASI Pertama yang Gagal
Jika MPASI pertama gagal, jangan langsung putus asa. Berikut beberapa strategi yang dapat dicoba:
-
Beri jeda dan coba lagi: Jika bayi menolak makanan, beri jeda beberapa hari sebelum mencoba lagi. Jangan memaksanya. Cobalah menawarkan makanan yang berbeda dengan tekstur dan rasa yang berbeda pula.
-
Ubah tekstur makanan: Jika makanan terlalu padat, coba haluskan lagi. Jika terlalu cair, coba sedikit ditebalkannya. Eksperimen dengan berbagai tekstur untuk menemukan tekstur yang disukai bayi.
-
Ubah metode pemberian: Cobalah metode pemberian yang berbeda. Jika sebelumnya menggunakan sendok, cobalah menggunakan jari untuk memberi makanan. Atau sebaliknya.
-
Perhatikan suasana: Pastikan suasana saat pemberian MPASI tenang dan nyaman. Hindari memberikan makanan saat bayi sedang lelah, rewel, atau sakit.
-
Berikan ASI/sufor tetap sebagai prioritas: Ingat bahwa ASI atau susu formula tetap menjadi sumber nutrisi utama bayi hingga usia minimal 1 tahun. Kegagalan MPASI pertama tidak berarti bayi kekurangan nutrisi.
-
Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi: Jika Anda merasa kesulitan atau khawatir, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi anak. Mereka dapat memberikan panduan yang lebih spesifik dan membantu Anda mengatasi masalah yang terjadi.
Memilih Makanan yang Tepat untuk MPASI Kedua dan Selanjutnya
Setelah MPASI pertama gagal, penting untuk memilih makanan yang tepat untuk percobaan selanjutnya. Pertimbangkan hal-hal berikut:
-
Makanan Pendahuluan yang Tepat: Seperti yang disebutkan sebelumnya, buah dan sayur yang mudah dihaluskan dan rendah alergen adalah pilihan terbaik. Pisang, pepaya, ubi, wortel, dan kentang adalah contoh yang baik.
-
Pengenalan Makanan Baru Secara Bertahap: Jangan langsung memberikan banyak jenis makanan sekaligus. Perkenalkan satu jenis makanan baru setiap beberapa hari untuk mengamati reaksi bayi. Jika tidak terjadi reaksi alergi atau penolakan, barulah lanjutkan dengan makanan baru lainnya.
-
Tekstur yang Sesuai: Mulailah dengan tekstur yang sangat halus (puree), lalu secara bertahap tingkatkan teksturnya menjadi sedikit lebih kental (bubur halus) seiring perkembangan kemampuan menelan bayi.
-
Porsi yang Tepat: Mulailah dengan porsi kecil (1-2 sendok teh) dan secara bertahap tingkatkan porsi seiring dengan kebutuhan dan selera bayi.
Mengatasi Penolakan Makanan pada Bayi
Penolakan makanan pada bayi merupakan hal yang umum terjadi, terutama pada percobaan MPASI pertama. Beberapa strategi untuk mengatasi penolakan makanan antara lain:
-
Jadikan waktu makan sebagai pengalaman yang menyenangkan: Jangan paksa bayi untuk makan. Buat waktu makan menjadi pengalaman yang menyenangkan dan positif, tanpa tekanan dan hukuman.
-
Libatkan bayi dalam proses persiapan makanan: Membiarkan bayi menyentuh, melihat, dan mencium makanan dapat meningkatkan ketertarikan mereka terhadap makanan tersebut.
-
Berikan contoh yang baik: Bayi cenderung meniru perilaku orang dewasa. Jadi, makanlah dengan porsi dan cara makan yang baik di hadapan bayi.
-
Berikan variasi makanan: Jangan hanya memberikan satu jenis makanan terus-menerus. Berikan variasi makanan dengan rasa, tekstur, dan warna yang berbeda untuk menjaga minat bayi terhadap makanan.
-
Sabar dan konsisten: Butuh waktu dan kesabaran untuk membangun kebiasaan makan yang baik pada bayi. Tetap konsisten dalam memberikan MPASI, meskipun bayi beberapa kali menolak.
Menangani Muntah dan Reaksi Alergi
Muntah dan reaksi alergi merupakan dua komplikasi yang perlu diwaspadai selama masa MPASI.
-
Muntah: Muntah sesekali bisa terjadi, terutama pada bayi yang masih baru mencoba MPASI. Namun, jika muntah terjadi terus-menerus atau disertai gejala lain seperti demam, diare, atau lemas, segera konsultasikan dengan dokter.
-
Reaksi Alergi: Reaksi alergi terhadap makanan dapat bervariasi, mulai dari ruam ringan hingga reaksi yang mengancam jiwa (anafilaksis). Gejala alergi dapat meliputi ruam kulit, bengkak, gatal-gatal, sesak napas, dan muntah. Jika bayi mengalami reaksi alergi, segera hentikan pemberian makanan tersebut dan hubungi dokter atau layanan medis darurat.
Peran Orang Tua dalam Kesuksesan MPASI
Peran orang tua sangat penting dalam keberhasilan MPASI. Orang tua perlu:
-
Mempelajari informasi yang valid: Cari informasi tentang MPASI dari sumber yang terpercaya, seperti dokter anak, ahli gizi, dan buku referensi yang terakreditasi. Hindari informasi yang tidak valid dan menyesatkan.
-
Bersabar dan konsisten: Memulai MPASI membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Jangan menyerah jika MPASI pertama gagal. Cobalah lagi dengan makanan dan metode yang berbeda.
-
Menciptakan suasana yang positif: Buat waktu makan menjadi pengalaman yang menyenangkan dan positif, tanpa tekanan dan paksaan.
-
Mengajak bayi berinteraksi: Berinteraksi dengan bayi selama waktu makan akan membantu mereka merasa lebih nyaman dan tertarik untuk mencoba makanan.
-
Mencari dukungan: Jangan ragu untuk mencari dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan lainnya jika Anda membutuhkan bantuan.
Ingat, setiap bayi berbeda dan memiliki kecepatan perkembangannya sendiri. Jangan membandingkan perkembangan bayi Anda dengan bayi lain. Yang terpenting adalah bayi tumbuh dan berkembang dengan baik, baik dengan ASI/sufor maupun MPASI. Tetaplah sabar, konsisten, dan konsultasikan dengan tenaga medis jika mengalami kesulitan.