MPASI Pertama: Frekuensi Makan yang Ideal untuk Bayi

Dewi Saraswati

Memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk pertama kali merupakan momen penting bagi setiap orang tua. Keputusan ini menandai transisi besar dalam nutrisi bayi, dari ketergantungan penuh pada ASI atau susu formula menuju diversifikasi makanan. Salah satu pertanyaan paling umum yang muncul adalah: berapa kali bayi harus makan MPASI di awal pemberiannya? Jawabannya tidak sesederhana angka pasti, melainkan bergantung pada beberapa faktor kunci yang perlu dipertimbangkan secara cermat. Artikel ini akan membahas frekuensi makan MPASI yang ideal pada tahap awal, serta faktor-faktor penentu dan petunjuk penting untuk para orang tua.

Tahap Awal MPASI: Mulailah dengan Satu Kali Makan Sehari

Pada tahap awal pemberian MPASI (biasanya sekitar usia 6 bulan, sesuai rekomendasi WHO dan IDAI), disarankan untuk memulai dengan satu kali makan sehari. Ini bukan berarti bayi hanya makan sekali dalam 24 jam, tetapi mengacu pada pengenalan satu jenis makanan baru sebagai tambahan ASI atau susu formula. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan bayi untuk beradaptasi dengan tekstur, rasa, dan jenis makanan baru secara bertahap. Memberikan terlalu banyak jenis makanan atau frekuensi makan yang terlalu tinggi di awal dapat menyebabkan bayi mengalami kesulitan pencernaan, alergi, atau bahkan menolak makanan.

Sumber-sumber terpercaya seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pendekatan yang bertahap. Proses ini memungkinkan bayi untuk mengenal berbagai rasa dan tekstur secara perlahan. Jangan terburu-buru memperkenalkan banyak variasi makanan sekaligus. Fokuslah pada satu jenis makanan selama beberapa hari hingga bayi menunjukkan tanda-tanda penerimaan yang baik, seperti tidak mengalami diare, muntah, ruam kulit, atau reaksi alergi lainnya. Setelah bayi menoleransi jenis makanan pertama dengan baik, barulah dapat memperkenalkan jenis makanan baru lainnya.

BACA JUGA:   Meningkatkan Berat Badan Bayi dalam Kandungan: Panduan Nutrisi Ibu Hamil

Contohnya, jika Anda memulai dengan bubur beras, berikanlah bubur beras tersebut selama beberapa hari. Perhatikan reaksi bayi terhadap bubur tersebut. Jika tidak ada reaksi alergi atau masalah pencernaan, barulah Anda bisa memperkenalkan jenis makanan lain seperti bubur sayuran atau buah.

Menyesuaikan Frekuensi MPASI Berdasarkan Pertumbuhan dan Respon Bayi

Setelah bayi terbiasa dengan satu kali makan MPASI sehari dan menunjukkan respon yang positif, Anda dapat secara bertahap meningkatkan frekuensi makan. Penting untuk selalu memperhatikan tanda-tanda lapar dan kenyang pada bayi. Jangan memaksa bayi untuk menghabiskan makanan jika ia sudah menunjukkan tanda-tanda kenyang, seperti menolak sendok atau memalingkan wajah. Tanda-tanda lapar biasanya meliputi isapan jempol yang lebih sering, terlihat gelisah, dan sering menangis.

Peningkatan frekuensi makan sebaiknya dilakukan secara bertahap, misalnya dari satu kali menjadi dua kali sehari setelah beberapa minggu. Perhatikan perkembangan berat badan dan pertumbuhan bayi. Jika bayi menunjukkan peningkatan berat badan yang baik dan tampak sehat dan aktif, maka peningkatan frekuensi makan mungkin dapat dilakukan. Sebaliknya, jika bayi mengalami penurunan berat badan, diare, atau konstipasi, sebaiknya konsultasikan dengan dokter anak sebelum meningkatkan frekuensi atau jenis makanan.

Jenis Makanan MPASI dan Pengaruhnya Terhadap Frekuensi Makan

Jenis makanan yang diberikan juga dapat memengaruhi frekuensi makan. Makanan padat, seperti nasi tim, akan memberikan rasa kenyang yang lebih lama dibandingkan dengan makanan cair, seperti bubur susu. Oleh karena itu, jika bayi mengonsumsi makanan padat, frekuensi makan mungkin dapat sedikit lebih sedikit. Namun, tetap perhatikan kebutuhan kalori dan nutrisi bayi.

Pemberian makanan pendamping ASI juga bukan pengganti ASI. ASI atau susu formula tetap menjadi sumber nutrisi utama bayi hingga usia 2 tahun atau lebih. MPASI berfungsi sebagai pelengkap nutrisi yang dibutuhkan bayi dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.

BACA JUGA:   MPASI Pertama yang Bagus: Panduan Lengkap untuk Ibu Baru

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Makan MPASI

Beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan frekuensi makan MPASI meliputi:

  • Usia bayi: Bayi yang lebih besar cenderung memiliki kebutuhan kalori dan nutrisi yang lebih tinggi, sehingga mungkin membutuhkan frekuensi makan yang lebih sering.
  • Aktivitas bayi: Bayi yang aktif mungkin membutuhkan lebih banyak kalori, sehingga frekuensi makannya dapat ditingkatkan.
  • Kondisi kesehatan bayi: Bayi yang sakit atau memiliki masalah pencernaan mungkin membutuhkan penyesuaian frekuensi dan jenis makanan. Konsultasi dengan dokter anak sangat penting dalam hal ini.
  • Preferensi bayi: Meskipun penting untuk menawarkan berbagai jenis makanan, perhatikan juga preferensi bayi. Jika bayi menyukai suatu jenis makanan, Anda dapat memberikannya lebih sering, tetapi tetap menjaga keseimbangan nutrisi.

Menentukan Porsi Makan MPASI untuk Bayi

Selain frekuensi makan, porsi MPASI juga perlu diperhatikan. Pada tahap awal, porsi makan MPASI sebaiknya kecil, sekitar 1-2 sendok makan. Porsi ini dapat ditingkatkan secara bertahap seiring dengan bertambahnya usia dan kebutuhan bayi. Jangan memaksa bayi untuk menghabiskan makanan jika ia sudah kenyang. Lebih baik memberikan makanan dalam porsi kecil dan sering daripada memberikan makanan dalam porsi besar dan jarang.

Penting untuk diingat bahwa setiap bayi unik. Tidak ada aturan yang baku mengenai frekuensi dan porsi MPASI. Yang terpenting adalah memperhatikan tanda-tanda lapar dan kenyang pada bayi, memantau pertumbuhan dan perkembangannya, serta berkonsultasi dengan dokter anak jika ada kekhawatiran.

Tanda-tanda Bayi Sudah Siap untuk Meningkatkan Frekuensi MPASI

Beberapa tanda yang menunjukkan bahwa bayi mungkin sudah siap untuk meningkatkan frekuensi MPASI meliputi:

  • Bayi terlihat masih lapar setelah ASI/susu formula. Meskipun sudah menyusu, bayi masih terlihat rewel dan meminta makan lebih sering.
  • Bayi menunjukkan minat pada makanan. Bayi melihat makanan dengan penuh perhatian, meraih sendok, atau membuka mulut ketika disuapi.
  • Bayi sudah terbiasa dengan tekstur makanan dan tidak mengalami masalah pencernaan. Bayi sudah lancar menelan dan mencerna makanan yang diberikan sebelumnya.
  • Peningkatan berat badan dan perkembangan yang baik. Bayi menunjukkan pertumbuhan yang sehat dan aktif.
BACA JUGA:   Panduan Nutrisi Lengkap untuk Bayi 11 Bulan

Ingatlah, konsultasi dengan dokter anak atau tenaga kesehatan lainnya sangat disarankan sebelum memulai MPASI dan untuk menentukan frekuensi serta jenis makanan yang tepat untuk bayi Anda. Mereka dapat memberikan panduan yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan perkembangan individu bayi Anda. Jangan ragu untuk bertanya dan mendiskusikan kekhawatiran Anda dengan tenaga medis yang berpengalaman.

Also Read

Bagikan:

Tags