Mengatasi Diare Bayi: Peran Susu Formula dan ASI, serta Rekomendasi Dokter

Sri Wulandari

Diare pada bayi merupakan kondisi yang sangat mengkhawatirkan bagi orang tua. Kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat dapat menyebabkan dehidrasi yang serius, mengancam kesehatan dan perkembangan bayi. Meskipun ASI umumnya dianggap sebagai makanan terbaik untuk bayi, bahkan ASI pun tidak selalu menjadi solusi ajaib untuk diare. Pemahaman yang tepat mengenai peran susu formula dan ASI, serta penanganan yang tepat, sangat krusial dalam mengatasi diare pada bayi.

ASI: Perisai Kekebalan dan Cairan, Namun Bukan Obat Diare

Air Susu Ibu (ASI) secara alami mengandung berbagai antibodi dan faktor imun yang melindungi bayi dari infeksi, termasuk penyebab diare. Komposisi ASI juga menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi, termasuk saat mengalami diare. ASI mengandung laktosa yang lebih mudah dicerna dibandingkan susu formula, sehingga dapat membantu mengurangi frekuensi buang air besar yang encer. Lebih lanjut, ASI kaya akan elektrolit, yang membantu mengganti cairan dan mineral yang hilang selama diare. Oleh karena itu, melanjutkan pemberian ASI eksklusif sangat dianjurkan selama bayi mengalami diare, kecuali dokter menyarankan sebaliknya. Namun, penting diingat bahwa ASI bukan obat diare. ASI membantu mengurangi keparahan gejala dan mencegah dehidrasi, tetapi tidak secara langsung menghentikan diare. (Sumber: American Academy of Pediatrics, WHO)

Susu Formula: Pertimbangan Khusus Saat Diare

Berbeda dengan ASI, susu formula memiliki komposisi yang tetap. Saat bayi mengalami diare, beberapa jenis susu formula mungkin memperburuk kondisi karena kandungannya yang dapat memicu diare lebih lanjut. Contohnya, susu formula berbasis sapi mengandung protein yang mungkin sulit dicerna oleh bayi yang mengalami diare. Susu formula yang mengandung laktosa tinggi juga dapat memperparah diare pada beberapa bayi.

BACA JUGA:   Susu Formula untuk Bayi: Alternatif Nutrisi yang Mendekati ASI

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan untuk mengganti susu formula sementara dengan susu formula hypoallergenic atau susu formula yang rendah laktosa. Susu formula hypoallergenic dirancang untuk bayi dengan alergi protein susu sapi, dan biasanya lebih mudah dicerna. Susu formula rendah laktosa mengurangi jumlah laktosa, gula yang dapat menyebabkan diare pada beberapa bayi. Namun, pergantian jenis susu formula HARUS dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. Pergantian sembarangan dapat menyebabkan masalah nutrisi lain pada bayi. (Sumber: Cleveland Clinic, Mayo Clinic)

Rehidrasi: Langkah Terpenting dalam Mengatasi Diare

Terlepas dari jenis susu yang diberikan, rehidrasi adalah langkah terpenting dalam mengatasi diare pada bayi. Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara signifikan, yang dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan kondisi serius seperti syok hipovolemik, yang mengancam jiwa.

Larutan oralit (ORS) atau cairan rehidrasi oral (CRO) adalah solusi terbaik untuk rehidrasi. ORS mengandung glukosa, garam, dan elektrolit dalam proporsi yang tepat untuk membantu tubuh menyerap cairan secara efektif. Jangan menggunakan minuman manis seperti jus atau soda, karena dapat memperburuk diare. Jika bayi mengalami dehidrasi berat, ia mungkin membutuhkan cairan intravena di rumah sakit. (Sumber: WHO, UNICEF)

Menentukan Penyebab Diare: Kunjungi Dokter

Diare pada bayi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi virus, bakteri, atau parasit; alergi makanan; atau intoleransi laktosa. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan penyebab diare. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin meminta tes feses untuk mengidentifikasi penyebabnya. Ini penting karena pengobatan yang tepat bergantung pada penyebab diare. Beberapa kasus diare membutuhkan pengobatan antibiotik atau antiparasit. (Sumber: American Academy of Pediatrics, CDC)

Makanan Pendukung dan Pencegahan Diare

Selain pemberian ASI atau susu formula yang tepat dan rehidrasi, makanan pendamping yang tepat juga penting setelah diare mereda. Mulailah dengan makanan yang mudah dicerna, seperti pisang, nasi, apel, dan roti. Hindari makanan yang berlemak, manis, atau pedas. Setelah diare mereda, secara bertahap kembalikan makanan pendamping lainnya sesuai dengan pedoman nutrisi untuk bayi sesuai usia.

BACA JUGA:   Kapan Susu Formula Bayi Menjadi Basi? Panduan Lengkap untuk Orang Tua

Pencegahan diare pada bayi juga penting. Pastikan bayi mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan. Praktik kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan secara teratur dan memastikan makanan bersih dan dimasak dengan matang, dapat mengurangi risiko diare. (Sumber: WHO, CDC)

Kapan Harus Segera Membawa Bayi ke Dokter?

Meskipun diare merupakan kondisi yang umum, ada beberapa tanda bahaya yang memerlukan perhatian medis segera:

  • Dehidrasi berat: Tanda-tanda dehidrasi berat meliputi mata cekung, mulut kering, air mata sedikit atau tidak ada, kulit kering dan tidak elastis, kurangnya air seni, dan lesu.
  • Diare berdarah: Diare berdarah bisa menunjukkan infeksi bakteri yang serius.
  • Demam tinggi: Demam tinggi bisa menandakan infeksi serius.
  • Diare persisten (lebih dari 2 minggu): Diare yang berlangsung lebih dari dua minggu membutuhkan evaluasi medis.
  • Muntah yang hebat: Muntah yang terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi.
  • Bayi tampak sangat lesu atau tidak responsif: Ini menandakan kondisi yang serius.

Jangan ragu untuk menghubungi dokter atau membawa bayi ke rumah sakit jika Anda melihat tanda-tanda bahaya tersebut. Kesehatan bayi adalah prioritas utama. (Sumber: American Academy of Pediatrics, Mayo Clinic)

Also Read

Bagikan:

Tags