Menyusui bayi hingga usia 9 bulan merupakan pencapaian yang patut dibanggakan. Namun, banyak ibu yang mengalami penurunan produksi ASI pada periode ini. Penurunan produksi ASI bukanlah hal yang abnormal dan seringkali disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Memahami penyebab penurunan ini sangat penting untuk membantu ibu tetap melanjutkan menyusui jika itu adalah keinginannya, atau untuk membantu transisi ke metode pemberian makanan lainnya dengan nyaman dan percaya diri. Artikel ini akan membahas secara detail berbagai faktor yang berkontribusi terhadap penurunan produksi ASI pada usia bayi 9 bulan, dilengkapi dengan informasi dan saran yang relevan dari berbagai sumber terpercaya.
1. Permintaan dan Penawaran ASI: Mekanisme Alami Tubuh
Produksi ASI diatur oleh mekanisme permintaan dan penawaran yang kompleks. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak sinyal yang dikirim ke otak untuk merangsang produksi prolaktin, hormon utama yang bertanggung jawab atas produksi ASI. Ketika bayi memasuki usia 9 bulan, pola menyusu seringkali berubah. Beberapa bayi mulai makan makanan padat lebih banyak, sehingga frekuensi menyusu mungkin berkurang. Hal ini secara alami dapat menyebabkan penurunan produksi ASI karena sinyal "permintaan" ke tubuh berkurang. Bayi yang sudah mulai tidur lebih lama di malam hari juga akan mengurangi frekuensi menyusu, sehingga memengaruhi produksi ASI.
Sumber-sumber seperti La Leche League International (LLLI) menekankan pentingnya mempertahankan frekuensi menyusu yang cukup, meskipun bayi sudah mulai mengonsumsi makanan padat. Mereka menyarankan agar ibu tetap merespon keinginan bayi untuk menyusu, daripada mengikuti jadwal yang kaku. Meskipun bayi mungkin terlihat mengonsumsi makanan padat lebih banyak, menyusui tetap memberikan nutrisi penting dan manfaat lain bagi bayi, seperti antibodi dan ikatan emosional.
2. Faktor Gaya Hidup dan Kesehatan Ibu
Gaya hidup dan kondisi kesehatan ibu juga dapat memengaruhi produksi ASI. Kelelahan kronis, stres, kurang tidur, dan kurang minum air putih dapat mengurangi produksi hormon prolaktin. Ibu yang mengalami peningkatan aktivitas fisik yang berat tanpa memperhatikan asupan nutrisi yang cukup juga berisiko mengalami penurunan produksi ASI.
Kondisi medis tertentu, seperti anemia, hipotiroidisme, atau penyakit kronis lainnya, dapat mengganggu produksi hormon dan memengaruhi produksi ASI. Stres emosional yang signifikan, seperti masalah hubungan, masalah pekerjaan, atau peristiwa traumatis lainnya, juga dapat memengaruhi produksi ASI. Beberapa studi telah menunjukkan korelasi antara tingkat stres kortisol yang tinggi dan penurunan produksi ASI.
Website-website kesehatan ibu dan anak, seperti What to Expect dan BabyCenter, memberikan saran-saran praktis untuk menjaga keseimbangan gaya hidup yang sehat selama masa menyusui, termasuk tips untuk manajemen stres, pola tidur yang cukup, dan nutrisi yang seimbang. Konsultasi dengan dokter atau konselor laktasi sangat dianjurkan jika ibu merasa stres yang berlebihan memengaruhi produksi ASI-nya.
3. Pengaruh Makanan Padat dan Pengurangan Frekuensi Menyusu
Pendahuluan makanan padat pada usia 6 bulan dan seterusnya, merupakan langkah penting dalam perkembangan bayi. Meskipun demikian, penting untuk memahami bahwa makanan padat tidak sepenuhnya menggantikan ASI. ASI tetap menjadi sumber nutrisi utama untuk bayi hingga setidaknya usia 2 tahun, meskipun secara bertahap porsi ASI akan berkurang seiring dengan meningkatnya asupan makanan padat.
Pengurangan frekuensi menyusu yang terlalu drastis karena peralihan ke makanan padat dapat mengirimkan sinyal yang salah ke tubuh ibu, sehingga produksi ASI berkurang. Oleh karena itu, disarankan agar pengurangan frekuensi menyusu dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Ibu dapat secara perlahan mengurangi sesi menyusui, tetapi tetap menjaga beberapa sesi menyusu penting, seperti sebelum tidur malam dan saat bangun pagi.
4. Perubahan Hormon Setelah Melahirkan
Setelah melahirkan, tubuh ibu mengalami perubahan hormonal yang signifikan. Tingkat hormon estrogen dan progesteron akan turun, tetapi prolaktin akan meningkat untuk mendukung produksi ASI. Namun, seiring berjalannya waktu, keseimbangan hormon ini akan kembali normal. Perubahan hormon ini dapat berperan dalam penurunan produksi ASI, terutama ketika bayi semakin besar dan pola menyusu berubah. Beberapa ibu mungkin mengalami fluktuasi hormonal yang lebih signifikan daripada yang lain, sehingga berpengaruh pada produksi ASI.
Konsultasi dengan dokter atau bidan dapat membantu ibu memahami perubahan hormon yang terjadi di tubuhnya dan mengatasi masalah yang mungkin muncul akibat perubahan tersebut. Tes darah dapat dilakukan jika diperlukan untuk memeriksa tingkat hormon dan mengidentifikasi kemungkinan masalah medis.
5. Faktor Genetik dan Riwayat Menyusui
Faktor genetik juga dapat berperan dalam jumlah ASI yang diproduksi. Beberapa ibu secara genetik cenderung menghasilkan lebih banyak ASI daripada yang lain. Riwayat menyusui pada keluarga juga dapat memberikan gambaran tentang potensi produksi ASI. Jika ibu memiliki riwayat keluarga yang mengalami kesulitan dalam menyusui, ada kemungkinan bahwa ia juga akan menghadapi tantangan serupa. Namun, ini bukanlah faktor penentu mutlak, dan banyak ibu dengan riwayat keluarga yang sulit menyusui tetap mampu menyusui berhasil.
6. Mengatasi Penurunan Produksi ASI
Jika ibu mengalami penurunan produksi ASI yang signifikan dan mengkhawatirkan, beberapa langkah dapat diambil untuk meningkatkan produksi ASI. Konsultasi dengan konselor laktasi adalah langkah penting pertama. Konselor laktasi dapat membantu mengidentifikasi penyebab penurunan produksi ASI, serta memberikan solusi yang disesuaikan dengan kondisi individu.
Beberapa strategi yang dapat membantu meningkatkan produksi ASI termasuk:
- Meningkatkan frekuensi menyusu: Menyusui lebih sering, terutama di malam hari, dapat merangsang produksi prolaktin.
- Memperbaiki posisi menyusu: Posisi menyusu yang benar dapat memastikan bayi mengosongkan payudara secara efektif.
- Memperhatikan asupan nutrisi: Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, termasuk cukup kalori dan cairan, sangat penting untuk produksi ASI yang optimal.
- Mengurangi stres: Teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga dapat membantu mengurangi tingkat stres.
- Menggunakan pompa ASI: Memompa ASI dapat membantu merangsang produksi ASI, terutama jika bayi tidak menyusu sesering yang dibutuhkan.
Penting untuk diingat bahwa setiap ibu dan bayi unik. Apa yang berhasil untuk satu ibu mungkin tidak berhasil untuk ibu lainnya. Kesabaran, dukungan dari keluarga dan teman, dan konsultasi dengan profesional kesehatan adalah kunci untuk mengatasi penurunan produksi ASI dan mempertahankan menyusui selama mungkin sesuai dengan keinginan ibu.