Anak usia dua tahun merupakan fase penting dalam perkembangan sistem imun. Pada usia ini, perlindungan dari imunisasi yang diberikan sebelumnya mulai memudar, dan beberapa penyakit menular masih menjadi ancaman serius. Oleh karena itu, pemberian imunisasi lanjutan sangat krusial untuk melindungi anak dari berbagai penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi (PD3I). Informasi yang diberikan di bawah ini bertujuan edukatif dan tidak menggantikan konsultasi langsung dengan dokter atau tenaga kesehatan. Selalu konsultasikan dengan dokter anak Anda sebelum memberikan imunisasi kepada anak.
Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) dan Hib (Haemophilus influenzae tipe b)
Imunisasi DPT-Hib merupakan salah satu imunisasi yang sangat penting pada usia 2 tahun. Imunisasi ini melindungi anak dari empat penyakit berbahaya:
- Difteri: Penyakit infeksi saluran pernapasan yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas, bahkan kematian.
- Pertusis (batuk rejan): Penyakit yang ditandai dengan batuk hebat dan dapat menyebabkan pneumonia, kejang, kerusakan otak, dan bahkan kematian, terutama pada bayi.
- Tetanus: Infeksi bakteri yang menyebabkan kekakuan otot dan kejang yang menyakitkan.
- Haemophilus influenzae tipe b (Hib): Bakteri yang dapat menyebabkan meningitis (radang selaput otak), pneumonia, dan infeksi lainnya yang serius.
Pada usia 2 tahun, umumnya anak akan mendapatkan dosis booster DPT-Hib. Jadwal imunisasi ini bervariasi sedikit tergantung pada program imunisasi nasional masing-masing negara dan riwayat imunisasi anak sebelumnya. Beberapa negara mungkin memberikan DPT dan Hib secara terpisah, sementara yang lain menggabungkannya dalam satu suntikan. Penting untuk memastikan anak mendapatkan dosis booster yang sesuai dengan anjuran dokter. Reaksi yang umum terjadi setelah imunisasi ini meliputi kemerahan, bengkak, dan nyeri di tempat penyuntikan. Reaksi yang lebih serius jarang terjadi.
Imunisasi Polio (Poliomyelitis)
Polio merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, bahkan kematian. Imunisasi polio diberikan untuk melindungi anak dari virus polio. Pada usia 2 tahun, biasanya anak akan mendapatkan dosis booster polio, baik melalui vaksin polio inaktif (IPV) atau vaksin polio oral (OPV), atau kombinasi keduanya. IPV disuntikkan, sementara OPV diberikan secara oral (tetes). Kebijakan penggunaan IPV atau OPV bervariasi antar negara, dan dokter anak akan menentukan jenis vaksin yang paling tepat untuk anak. Reaksi setelah imunisasi polio umumnya ringan, seperti nyeri di tempat penyuntikan (untuk IPV).
Imunisasi Campak, Gondongan, dan Rubella (MMR)
Imunisasi MMR melindungi anak dari tiga penyakit virus yang menular:
- Campak: Penyakit yang sangat menular yang dapat menyebabkan ruam, batuk, pilek, dan konjungtivitis. Komplikasi serius dapat meliputi pneumonia dan ensefalitis.
- Gondongan (Mumps): Penyakit yang dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar ludah. Komplikasi jarang terjadi tetapi dapat meliputi meningitis dan ensefalitis.
- Rubella (Campak Jerman): Penyakit yang dapat menyebabkan ruam ringan. Namun, infeksi rubella pada wanita hamil dapat menyebabkan cacat lahir serius pada janin.
Umumnya, dosis pertama imunisasi MMR diberikan pada usia 1 tahun, dan dosis booster diberikan pada usia 2 tahun. Reaksi umum setelah imunisasi MMR meliputi demam ringan, ruam, dan nyeri sendi (pada remaja dan dewasa).
Imunisasi Hepatitis B
Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Imunisasi hepatitis B diberikan untuk melindungi anak dari infeksi virus ini yang dapat menyebabkan kerusakan hati permanen, sirosis, dan kanker hati. Jadwal imunisasi hepatitis B biasanya dimulai pada saat lahir, dengan dosis tambahan diberikan pada usia 1-2 bulan dan 6-18 bulan. Pada usia 2 tahun, jika anak belum mendapatkan dosis lengkap, maka perlu diberikan dosis booster. Reaksi setelah imunisasi hepatitis B biasanya ringan, seperti nyeri di tempat penyuntikan.
Imunisasi Influenza (Flu)
Imunisasi influenza (flu) dianjurkan untuk anak usia 2 tahun ke atas, terutama bagi anak dengan kondisi kesehatan tertentu atau yang memiliki risiko tinggi terkena komplikasi flu. Vaksin flu diberikan setiap tahun karena virus influenza terus berubah. Vaksin flu diberikan dengan suntikan atau semprotan hidung (untuk anak yang lebih besar). Reaksi setelah imunisasi flu biasanya ringan, seperti nyeri di tempat penyuntikan atau hidung tersumbat (untuk semprotan hidung). Imunisasi ini membantu mencegah penyakit flu yang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia.
Imunisasi Varisela (Cacar Air)
Imunisasi varisela melindungi anak dari cacar air, penyakit yang sangat menular yang dapat menyebabkan ruam gatal-gatal. Komplikasi serius jarang terjadi, tetapi dapat meliputi infeksi bakteri sekunder, pneumonia, dan ensefalitis. Jadwal imunisasi varisela bervariasi antar negara, tetapi umumnya dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan dan dosis booster pada usia 4-6 tahun. Beberapa negara mungkin merekomendasikan imunisasi varisela pada usia 2 tahun jika dosis pertama terlambat diberikan. Reaksi umum setelah imunisasi varisela meliputi ruam ringan dan demam.
Catatan Penting: Artikel ini hanya memberikan informasi umum tentang imunisasi untuk anak usia 2 tahun. Jadwal dan jenis imunisasi yang tepat untuk anak Anda akan ditentukan oleh dokter anak berdasarkan riwayat kesehatan anak, kondisi kesehatan, dan rekomendasi program imunisasi nasional setempat. Selalu berkonsultasi dengan dokter anak Anda sebelum memberikan imunisasi apa pun kepada anak Anda. Jangan ragu untuk menanyakan pertanyaan apa pun yang Anda miliki mengenai imunisasi kepada dokter Anda. Informasi yang lengkap dan akurat hanya dapat diperoleh melalui konsultasi langsung dengan tenaga medis profesional.