Imunisasi Anak Usia di Atas 2 Tahun: Panduan Lengkap untuk Orang Tua

Ibu Nani

Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit yang paling efektif dan terjangkau. Setelah bayi melewati tahapan imunisasi dasar di tahun pertama dan kedua hidupnya, perlindungan yang diberikan perlu dipertahankan dan ditingkatkan melalui serangkaian imunisasi lanjutan untuk anak usia di atas 2 tahun. Pemberian imunisasi yang lengkap dan tepat waktu akan melindungi anak dari berbagai penyakit menular serius yang dapat menyebabkan kecacatan permanen bahkan kematian. Artikel ini akan membahas secara detail imunisasi anak di atas usia 2 tahun, mencakup jenis vaksin, jadwal pemberian, manfaat, efek samping, dan hal-hal penting lainnya yang perlu diketahui orang tua.

1. Vaksin yang Direkomendasikan untuk Anak Usia di Atas 2 Tahun

Setelah menyelesaikan imunisasi dasar, anak usia di atas 2 tahun masih memerlukan beberapa dosis vaksin tambahan atau vaksin baru untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh mereka. Vaksin yang direkomendasikan umumnya mencakup:

  • Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella): Vaksin ini melindungi anak dari campak (measles), gondongan (mumps), dan rubella (campak Jerman). Biasanya diberikan dalam dua dosis, dengan dosis pertama antara usia 12-15 bulan dan dosis kedua pada usia 4-6 tahun. Anak yang belum mendapatkan dosis kedua pada usia 4-6 tahun perlu mendapatkannya sesegera mungkin. MMR sangat penting karena ketiganya merupakan penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius. Campak misalnya, dapat menyebabkan pneumonia, ensefalitis (radang otak), dan bahkan kematian. Gondongan dapat menyebabkan meningitis (radang selaput otak) dan infertilitas pada pria. Rubella sangat berbahaya bagi wanita hamil karena dapat menyebabkan cacat lahir pada janin.

  • Vaksin Varisela (Cacar Air): Vaksin ini melindungi anak dari penyakit cacar air (chickenpox), suatu penyakit yang sangat menular yang ditandai dengan ruam gatal-gatal di seluruh tubuh. Meskipun umumnya ringan, cacar air dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi bakteri sekunder, pneumonia, dan ensefalitis, terutama pada anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Sebagian besar negara merekomendasikan pemberian vaksin varisela dalam dua dosis.

  • Vaksin Influenza (Flu): Vaksin flu direkomendasikan setiap tahun untuk anak usia 2 tahun ke atas, karena virus influenza selalu berubah dan vaksin perlu diperbarui untuk melindungi dari strain virus yang beredar setiap tahun. Vaksin flu melindungi anak dari penyakit flu yang dapat menyebabkan demam tinggi, batuk, pilek, dan nyeri otot. Pada anak-anak dengan kondisi medis tertentu, flu dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia.

  • Vaksin Hepatitis A: Vaksin ini melindungi anak dari hepatitis A, suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus. Hepatitis A menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Vaksin ini diberikan dalam dua dosis dengan jarak waktu tertentu, sesuai anjuran dokter.

  • Vaksin Hepatitis B: Meskipun biasanya diberikan sejak bayi, anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap Hepatitis B perlu diberikan vaksin ini. Hepatitis B adalah penyakit hati yang serius yang dapat menyebabkan sirosis hati dan kanker hati.

  • Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus): Booster vaksin DPT diberikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Ketiga penyakit ini dapat menyebabkan penyakit serius, bahkan kematian.

BACA JUGA:   Imunisasi Lanjutan untuk Anak Usia di Atas 1 Tahun: Panduan Lengkap

2. Jadwal Imunisasi yang Dianjurkan

Jadwal imunisasi dapat bervariasi sedikit tergantung pada pedoman kesehatan masyarakat setempat dan riwayat kesehatan anak. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau petugas kesehatan untuk mendapatkan jadwal imunisasi yang paling tepat untuk anak Anda. Mereka akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia anak, riwayat kesehatan, dan kondisi kesehatan lainnya. Secara umum, jadwal imunisasi anak di atas 2 tahun meliputi dosis booster untuk vaksin yang telah diberikan sebelumnya dan vaksin-vaksin tambahan seperti yang disebutkan di atas. Dokter akan memberikan informasi yang detail dan memastikan anak menerima vaksin sesuai dengan kebutuhan dan jadwal yang tepat.

3. Manfaat Imunisasi untuk Anak Usia di Atas 2 Tahun

Manfaat utama imunisasi adalah melindungi anak dari penyakit menular yang serius. Imunisasi membantu membangun kekebalan tubuh anak terhadap berbagai patogen sehingga jika terpapar, tubuh anak dapat melawannya dengan lebih efektif dan mengurangi risiko terkena penyakit atau meminimalisir keparahan gejala. Selain itu, imunisasi juga memberikan manfaat:

  • Perlindungan individu: Melindungi anak dari penyakit berbahaya dan komplikasi yang dapat ditimbulkannya.
  • Perlindungan kelompok (herd immunity): Meningkatkan kekebalan kelompok sehingga mengurangi penyebaran penyakit dan melindungi individu yang tidak dapat diimunisasi karena alasan medis tertentu.
  • Pengurangan beban kesehatan masyarakat: Menurunkan angka kejadian penyakit menular, mengurangi kebutuhan perawatan medis, dan menurunkan biaya pengobatan.
  • Meningkatkan produktivitas: Anak-anak yang sehat dapat bersekolah dan bermain dengan lebih baik.

4. Efek Samping Imunisasi dan Cara Mengatasinya

Seperti halnya pengobatan lainnya, imunisasi juga dapat menimbulkan efek samping. Namun, sebagian besar efek samping bersifat ringan dan sementara, seperti kemerahan, bengkak, atau nyeri di tempat suntikan. Demam ringan juga dapat terjadi. Efek samping yang serius sangat jarang terjadi. Orang tua perlu melaporkan setiap efek samping yang terjadi kepada dokter. Beberapa cara mengatasi efek samping ringan meliputi:

  • Kompres dingin: Untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan.
  • Parasetamol: Untuk menurunkan demam.
  • Istirahat yang cukup: Membantu tubuh pulih.
BACA JUGA:   Bayi Rewel Setelah Imunisasi BCG: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

5. Hal-Hal Penting yang Perlu Diperhatikan Orang Tua

  • Konsultasi dengan dokter: Sebelum memberikan imunisasi, selalu konsultasikan dengan dokter anak untuk memastikan anak dalam kondisi sehat dan tidak ada kontraindikasi untuk menerima vaksin. Berikan informasi lengkap mengenai riwayat kesehatan anak.
  • Mencatat jadwal imunisasi: Buat catatan jadwal imunisasi anak untuk memastikan semua dosis diberikan tepat waktu.
  • Mengajukan pertanyaan: Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan kepada dokter tentang imunisasi, efek samping, dan hal-hal lain yang belum dipahami.
  • Memastikan penyimpanan vaksin yang tepat: Vaksin harus disimpan dan ditangani dengan benar untuk menjaga efektivitasnya.
  • Memberikan informasi yang akurat: Berikan informasi yang akurat dan jujur kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan anak.
  • Menjaga kesehatan anak secara keseluruhan: Gaya hidup sehat seperti nutrisi yang baik, istirahat cukup, dan kebersihan yang baik dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak.

6. Mitos dan Fakta Seputar Imunisasi Anak

Beredar berbagai mitos tentang imunisasi yang perlu diluruskan. Berikut beberapa mitos dan fakta seputar imunisasi anak:

  • Mitos: Imunisasi dapat menyebabkan autisme. Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung hubungan antara imunisasi dan autisme. Studi ilmiah telah berulang kali membantah klaim ini.
  • Mitos: Imunisasi lebih berbahaya daripada penyakit yang dicegahnya. Fakta: Risiko komplikasi dari penyakit yang dicegah oleh imunisasi jauh lebih besar daripada risiko efek samping dari imunisasi itu sendiri.
  • Mitos: Anak yang sehat tidak perlu diimunisasi. Fakta: Imunisasi penting untuk melindungi anak dari penyakit berbahaya, bahkan jika anak terlihat sehat.
  • Mitos: Imunisasi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Fakta: Imunisasi justru memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan mengajarkan tubuh untuk melawan penyakit tertentu.
  • Mitos: Imunisasi tidak perlu dilakukan jika anak jarang berinteraksi dengan orang lain. Fakta: Penyakit menular dapat menyebar dengan cepat, bahkan di lingkungan yang terbatas.

Also Read

Bagikan:

Tags