Imunisasi Anak 18 Bulan: Panduan Lengkap dan Rekomendasi Terbaru

Sri Wulandari

Imunisasi merupakan langkah penting dalam melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan vaksin. Pada usia 18 bulan, anak telah melewati beberapa tahap imunisasi sebelumnya, namun masih ada beberapa vaksin penting yang perlu diberikan untuk memperkuat sistem kekebalannya dan memastikan perlindungan yang optimal. Artikel ini akan membahas secara detail imunisasi yang direkomendasikan untuk anak usia 18 bulan, manfaatnya, efek samping yang mungkin terjadi, serta hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Informasi ini dikumpulkan dari berbagai sumber terpercaya, termasuk situs web organisasi kesehatan dunia (WHO), Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Vaksinasi Rutin pada Usia 18 Bulan

Pada usia 18 bulan, anak biasanya mendapatkan dosis lanjutan dari beberapa vaksin yang telah diberikan sebelumnya, serta vaksin baru. Jadwal imunisasi dapat sedikit bervariasi tergantung pada pedoman dari masing-masing negara dan rekomendasi dokter anak. Namun, secara umum, vaksin yang direkomendasikan untuk anak usia 18 bulan meliputi:

  • DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus): Ini merupakan dosis ketiga dari rangkaian vaksin DPT. Vaksin ini melindungi anak dari difteri, penyakit yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan bahkan kematian; pertusis (batuk rejan), penyakit yang menyebabkan batuk hebat dan dapat menyebabkan pneumonia; dan tetanus, penyakit yang menyebabkan kejang otot yang parah.

  • Hib (Haemophilus influenzae tipe b): Ini adalah dosis ketiga atau keempat dari vaksin Hib, bergantung pada jadwal imunisasi yang digunakan. Vaksin ini melindungi anak dari Haemophilus influenzae tipe b, bakteri yang dapat menyebabkan meningitis (infeksi otak dan selaput otak), pneumonia, dan infeksi lainnya yang mengancam jiwa.

  • Polio (Poliomielitis): Ini adalah dosis ketiga atau keempat dari vaksin polio, tergantung pada jenis vaksin yang digunakan (IPV atau OPV). Vaksin polio melindungi anak dari polio, penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

  • Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella): Vaksin ini merupakan dosis pertama atau kedua, tergantung pada jadwal yang diikuti. Vaksin MMR melindungi anak dari campak (measles), gondongan (mumps), dan rubella (campak Jerman), ketiga penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada anak-anak.

  • Vaksin Hepatitis B: Beberapa negara memberikan dosis ketiga vaksin Hepatitis B pada usia 18 bulan. Vaksin ini melindungi anak dari hepatitis B, infeksi hati yang dapat menyebabkan kerusakan hati permanen dan kanker hati.

  • Vaksin PCV (Pneumokokus): Beberapa negara menyertakan vaksin PCV (Pneumokokus Konjugat) sebagai bagian dari jadwal imunisasi usia 18 bulan. Vaksin ini melindungi anak dari penyakit pneumokokus yang dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga tengah.

BACA JUGA:   Imunisasi Anak SD Kelas 1: Panduan Lengkap untuk Orang Tua

Penting untuk diingat bahwa ini hanyalah panduan umum. Dokter anak akan memberikan saran yang paling tepat berdasarkan riwayat kesehatan anak dan pedoman terbaru dari lembaga kesehatan setempat.

Manfaat Imunisasi pada Usia 18 Bulan

Imunisasi pada usia 18 bulan sangat penting karena memberikan perlindungan tambahan terhadap penyakit menular yang serius. Manfaatnya meliputi:

  • Pencegahan penyakit serius: Vaksin dapat mencegah penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi serius, cacat permanen, bahkan kematian.

  • Perlindungan diri dan orang lain: Imunisasi tidak hanya melindungi anak yang divaksinasi, tetapi juga membantu melindungi orang lain di sekitarnya, terutama mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah dan tidak dapat divaksinasi. Ini dikenal sebagai kekebalan kelompok (herd immunity).

  • Pengurangan beban kesehatan masyarakat: Dengan mengurangi jumlah kasus penyakit menular, imunisasi dapat mengurangi beban pada sistem kesehatan masyarakat, termasuk biaya perawatan medis dan sumber daya yang dibutuhkan.

  • Meningkatkan kualitas hidup: Dengan melindungi anak dari penyakit menular, imunisasi memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, menghadiri sekolah, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial.

Efek Samping Imunisasi dan Penanganannya

Meskipun imunisasi sangat aman dan efektif, beberapa efek samping ringan dapat terjadi. Efek samping ini biasanya ringan dan sementara, seperti:

  • Demam: Demam ringan sering terjadi setelah imunisasi, dan biasanya dapat diatasi dengan pemberian obat penurun panas seperti paracetamol sesuai anjuran dokter.

  • Reaksi di tempat suntikan: Reaksi di tempat suntikan, seperti kemerahan, bengkak, dan nyeri, juga sering terjadi. Kompres dingin dapat membantu meredakan gejala ini.

  • Lemas: Beberapa anak mungkin merasa lemas atau mengantuk setelah imunisasi.

Efek samping yang lebih serius jarang terjadi. Jika anak mengalami reaksi alergi yang parah, seperti kesulitan bernapas atau pembengkakan wajah, segera hubungi layanan medis darurat.

BACA JUGA:   Dampak dan Penanggulangan Anak Belum Imunisasi Usia 18 Bulan

Orang tua perlu melaporkan setiap efek samping yang tidak biasa kepada dokter anak agar dapat dimonitor dan ditangani dengan tepat.

Persiapan Sebelum Imunisasi

Untuk memastikan imunisasi berjalan lancar dan efektif, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh orang tua:

  • Konsultasi dengan dokter anak: Sebelum imunisasi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak untuk memastikan anak dalam keadaan sehat dan tidak ada kontraindikasi untuk menerima vaksin.

  • Berikan informasi yang lengkap: Berikan informasi lengkap mengenai riwayat kesehatan anak, termasuk alergi, penyakit kronis, atau pengobatan yang sedang dijalani.

  • Berpuasa (jika diperlukan): Beberapa vaksin mungkin memerlukan anak untuk berpuasa sebelum imunisasi. Dokter akan memberikan instruksi yang jelas mengenai hal ini.

  • Bawa kartu imunisasi: Bawa kartu imunisasi anak untuk mencatat vaksin yang telah diterima dan jadwal imunisasi selanjutnya.

  • Siapkan obat penurun panas: Siapkan obat penurun panas seperti paracetamol untuk mengantisipasi demam pasca imunisasi.

Pentingnya Melengkapi Jadwal Imunisasi

Melengkapi jadwal imunisasi anak sangat penting untuk memberikan perlindungan yang optimal terhadap penyakit menular. Jangan menunda atau melewatkan imunisasi, karena dapat meningkatkan risiko anak terinfeksi penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Jika ada kekhawatiran atau pertanyaan mengenai imunisasi, segera konsultasikan dengan dokter anak. Imunisasi merupakan investasi jangka panjang untuk kesehatan dan kesejahteraan anak. Informasi yang akurat dan terpercaya dari tenaga medis profesional akan membantu orang tua dalam mengambil keputusan yang tepat untuk melindungi anak-anak mereka.

Mitos dan Fakta Seputar Imunisasi

Banyak mitos yang beredar seputar imunisasi, yang dapat menyebabkan orang tua ragu-ragu untuk memberikan imunisasi kepada anak mereka. Berikut beberapa mitos dan fakta yang perlu diluruskan:

Mitos: Vaksin menyebabkan autisme.

BACA JUGA:   Imunisasi Saat Anak Demam: Panduan Lengkap untuk Orang Tua

Fakta: Studi ilmiah telah membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara vaksin dan autisme. Klaim ini telah dibantah oleh berbagai organisasi kesehatan dunia.

Mitos: Lebih baik terkena penyakit secara alami daripada divaksinasi.

Fakta: Terkena penyakit secara alami dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan kematian. Vaksin memberikan perlindungan yang aman dan efektif terhadap penyakit tanpa risiko komplikasi yang serius.

Mitos: Vaksin terlalu banyak dapat membebani sistem kekebalan tubuh.

Fakta: Sistem kekebalan tubuh anak mampu menangani banyak vaksin secara bersamaan. Vaksin dirancang untuk merangsang respon imun yang aman dan efektif.

Orang tua perlu mendapatkan informasi yang akurat dan terpercaya dari sumber yang kredibel, seperti dokter anak dan organisasi kesehatan, untuk mengatasi keraguan dan mitos seputar imunisasi. Jangan ragu untuk bertanya kepada dokter anak tentang segala hal yang berkaitan dengan imunisasi anak.

Also Read

Bagikan:

Tags