Aqiqah merupakan sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) dalam Islam yang dilakukan untuk memperingati kelahiran seorang bayi. Hukum aqiqah ini tidak hanya berlaku bagi anak laki-laki, tetapi juga anak perempuan. Meski terdapat perbedaan pendapat mengenai beberapa detail pelaksanaannya, kewajiban aqiqah bagi anak perempuan tetap ditegaskan dalam ajaran Islam. Artikel ini akan mengulas secara rinci hukum aqiqah anak perempuan menurut Islam, berdasarkan berbagai referensi dan pendapat ulama.
Hukum Aqiqah Anak Perempuan: Wajib atau Sunnah?
Terdapat kesepakatan umum di kalangan ulama bahwa aqiqah hukumnya sunnah muakkadah, baik untuk anak laki-laki maupun perempuan. Sunnah muakkadah berarti sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan dan memiliki pahala besar jika dijalankan, serta mendapatkan dosa jika diabaikan. Perbedaan pendapat lebih banyak muncul pada tata cara pelaksanaan, seperti jumlah hewan yang disembelih dan pembagian dagingnya. Akan tetapi, tidak ada ulama yang mengingkari keutamaan dan anjuran untuk melaksanakan aqiqah, terlepas dari jenis kelamin bayi yang dilahirkan. Dalil-dalil yang menunjukkan anjuran aqiqah, baik untuk anak laki-laki maupun perempuan, berasal dari hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Hadits-hadits ini secara umum menekankan pentingnya aqiqah sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas kelahiran seorang anak dan sebagai bentuk pembersihan dari najis (kekotoran) yang melekat pada bayi. Namun, tidak ada hadits yang secara eksplisit membedakan hukum aqiqah antara anak laki-laki dan perempuan.
Jumlah Hewan Qurban untuk Aqiqah Anak Perempuan
Perbedaan pendapat paling menonjol dalam pelaksanaan aqiqah adalah mengenai jumlah hewan yang disembelih. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa untuk anak perempuan, cukup menyembelih satu kambing atau domba. Pendapat ini didasarkan pada hadits yang menyebutkan aqiqah untuk anak laki-laki adalah dua ekor kambing dan untuk anak perempuan adalah satu ekor kambing. Hadits ini meskipun diriwayatkan dengan sanad yang lemah oleh sebagian ulama, namun menjadi rujukan yang populer dan banyak dipraktikkan. Pendapat lain menyebutkan bahwa hukumnya sama seperti aqiqah anak laki-laki, yaitu dua ekor kambing. Namun, pendapat ini kurang populer dibandingkan dengan pendapat pertama. Penting untuk diingat bahwa perbedaan pendapat ini tidak sampai membatalkan hukum aqiqah itu sendiri. Yang terpenting adalah niat untuk melaksanakan sunnah ini dengan ikhlas dan sesuai dengan kemampuan. Jika seseorang hanya mampu menyembelih satu kambing untuk anaknya perempuan, maka hal itu sudah cukup dan tetap mendapatkan pahala.
Waktu Pelaksanaan Aqiqah Anak Perempuan
Waktu pelaksanaan aqiqah yang paling ideal adalah pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Namun, jika halangan atau kendala tertentu menyebabkannya terlambat, aqiqah masih tetap bisa dilakukan. Tidak ada batasan waktu tertentu untuk melaksanakan aqiqah, selama masih dalam kemampuan dan kondisi yang memungkinkan. Sebagian ulama bahkan memperbolehkan aqiqah dilakukan kapan saja setelah kelahiran, asalkan masih hidup. Hal ini menunjukkan keluasan dan kemudahan dalam melaksanakan sunnah ini. Yang penting adalah niat yang tulus dan kesungguhan untuk menjalankan perintah agama. Menunda aqiqah karena keterbatasan ekonomi tidak mengurangi pahala, asalkan ada niat untuk melaksanakannya kelak jika sudah mampu.
Tata Cara Pembagian Daging Aqiqah Anak Perempuan
Setelah hewan aqiqah disembelih, dagingnya dibagikan kepada keluarga, kerabat, tetangga, dan fakir miskin. Pembagian daging aqiqah ini merupakan bagian penting dari ritual aqiqah. Hal ini melambangkan rasa syukur dan berbagi kepada sesama. Tidak ada aturan baku mengenai proporsi pembagian daging aqiqah. Namun, disarankan untuk membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan dan mereka yang berhak menerimanya. Membagikan sebagian daging aqiqah kepada keluarga dan kerabat dekat merupakan bentuk silaturahmi dan mempererat hubungan kekeluargaan. Sebagian lagi disumbangkan kepada fakir miskin, sebagai bentuk kepedulian sosial dan berbagi rezeki. Dengan demikian, pelaksanaan aqiqah bukan hanya ritual semata, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang penting.
Niat dan Doa dalam Aqiqah Anak Perempuan
Niat dan doa merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan aqiqah. Niat aqiqah harus ikhlas karena Allah SWT semata. Doa yang dibaca saat menyembelih hewan aqiqah juga dianjurkan untuk dibacakan. Doa tersebut bertujuan untuk memohon keberkahan dan keselamatan untuk anak yang dilahirkan. Tidak ada doa khusus yang wajib dibaca, namun doa-doa umum yang berkaitan dengan syukur dan permohonan kebaikan untuk anak dapat dipanjatkan. Keikhlasan niat dan kesungguhan dalam berdoa akan menambah nilai ibadah dalam pelaksanaan aqiqah. Dengan niat yang tulus, pahala yang didapatkan akan lebih besar dan lebih bermakna. Membaca doa-doa yang baik dan diiringi niat yang tulus akan menambah keberkahan pada aqiqah tersebut.
Hikmah dan Keutamaan Aqiqah Anak Perempuan
Aqiqah memiliki banyak hikmah dan keutamaan, baik bagi orang tua maupun anak. Di samping sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT, aqiqah juga dapat diartikan sebagai bentuk pembersihan diri (taharah) dari bayi dari najis yang melekat sejak lahir. Aqiqah juga sebagai doa dan harapan agar anak tumbuh sehat, cerdas, dan berbakti kepada orang tua serta agama. Dari sisi sosial, aqiqah mempererat silaturahmi dan memperkuat rasa kebersamaan dalam masyarakat. Pembagian daging aqiqah kepada orang miskin dan fakir juga mencerminkan kepedulian sosial dan berbagi rezeki kepada sesama. Dengan demikian, aqiqah memiliki nilai ibadah yang komprehensif, mencakup aspek spiritual, personal, dan sosial. Melaksanakan aqiqah dengan penuh keikhlasan dan niat yang baik akan mendatangkan keberkahan dan pahala yang besar dari Allah SWT.