Ganti Susu Formula Bayi: Penyebab Sering Buang Air Besar dan Cara Mengatasinya

Ibu Nani

Sering buang air besar (BAB) pada bayi yang diberi susu formula merupakan hal yang sering dikeluhkan para orang tua. Meskipun frekuensi BAB yang normal bervariasi antar bayi, perubahan frekuensi BAB setelah mengganti merek susu formula bisa menjadi indikasi adanya ketidakcocokan atau masalah pencernaan. Artikel ini akan membahas secara detail penyebab bayi sering BAB setelah ganti susu formula, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasinya. Informasi ini disusun berdasarkan berbagai sumber terpercaya di internet, termasuk situs kesehatan terkemuka dan jurnal ilmiah. Penting untuk diingat bahwa informasi ini bersifat edukatif dan bukan pengganti konsultasi dengan dokter atau tenaga medis profesional. Jika Anda khawatir dengan kondisi bayi Anda, segera konsultasikan dengan dokter.

1. Mengapa Ganti Susu Formula Bisa Menyebabkan Bayi Sering BAB?

Perubahan frekuensi BAB setelah mengganti susu formula bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Susu formula yang berbeda memiliki komposisi nutrisi yang berbeda, termasuk jenis protein, karbohidrat, dan lemak. Perbedaan ini dapat mempengaruhi pencernaan bayi. Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Jenis Protein: Susu formula umumnya menggunakan protein whey atau kasein, atau campuran keduanya. Protein whey lebih mudah dicerna daripada kasein. Bayi yang sensitif terhadap protein kasein mungkin mengalami peningkatan frekuensi BAB setelah beralih ke formula yang kaya kasein. Sebaliknya, beralih ke formula dengan protein whey bisa mengurangi frekuensi BAB pada bayi yang sensitif terhadap kasein.

  • Laktosa: Laktosa, gula susu, merupakan karbohidrat utama dalam susu formula. Beberapa bayi memiliki intoleransi laktosa, yang berarti tubuh mereka kesulitan mencerna laktosa. Mengganti susu formula dengan yang mengandung laktosa yang lebih rendah atau tanpa laktosa dapat membantu mengurangi frekuensi BAB. Namun, perlu diingat bahwa menghilangkan laktosa sepenuhnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi, sehingga perlu konsultasi dengan dokter.

  • Prebiotik dan Probiotik: Beberapa susu formula diperkaya dengan prebiotik dan probiotik. Prebiotik merupakan serat yang membantu pertumbuhan bakteri baik di usus, sementara probiotik adalah bakteri baik itu sendiri. Komposisi prebiotik dan probiotik yang berbeda dalam berbagai merek susu formula dapat memengaruhi flora usus bayi dan frekuensi BAB. Formula dengan kandungan prebiotik dan probiotik yang tinggi dapat meningkatkan frekuensi BAB, meskipun ini biasanya dianggap sebagai hal yang positif karena menunjukkan pencernaan yang sehat.

  • Penambahan Zat Tambahan: Susu formula mungkin mengandung zat tambahan seperti minyak nabati, pengental, atau perasa. Beberapa bayi mungkin sensitif terhadap zat-zat ini, menyebabkan gangguan pencernaan dan peningkatan frekuensi BAB.

  • Reaksi Alergi: Dalam kasus yang jarang terjadi, perubahan susu formula dapat memicu reaksi alergi pada bayi. Reaksi alergi dapat ditandai dengan diare, muntah, ruam kulit, dan peningkatan frekuensi BAB. Jika Anda mencurigai reaksi alergi, segera hubungi dokter.

BACA JUGA:   Susu Nutrilon: Nutrisi Penting untuk Tumbuh Kembang Bayi Prematur

2. Ciri-Ciri BAB yang Normal dan Tidak Normal Pada Bayi

Mengetahui perbedaan antara BAB normal dan tidak normal sangat penting untuk menentukan apakah peningkatan frekuensi BAB setelah ganti susu formula merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.

BAB Normal: Konsistensi BAB bayi yang diberi susu formula dapat bervariasi dari pasta hingga lunak. Warna biasanya kuning kecoklatan. Bau BAB biasanya agak asam. Frekuensi BAB bisa berkisar dari beberapa kali sehari hingga beberapa kali seminggu. Bayi terlihat sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan seperti menangis berlebihan, rewel, atau demam.

BAB Tidak Normal: BAB yang encer (seperti air), berlendir, berdarah, atau mengandung lendir berlebih merupakan tanda-tanda BAB yang tidak normal. Frekuensi BAB yang sangat sering (lebih dari 6-8 kali sehari) juga patut diwaspadai. Jika bayi mengalami demam, muntah, penurunan berat badan, atau terlihat rewel dan tidak nyaman, segera hubungi dokter.

3. Cara Mengatasi Bayi Sering BAB Setelah Ganti Susu Formula

Jika bayi Anda sering BAB setelah mengganti susu formula, ada beberapa langkah yang dapat Anda coba:

  • Kembali ke Susu Formula Sebelumnya (Jika memungkinkan): Jika perubahan frekuensi BAB signifikan dan disertai gejala lain seperti rewel atau diare, pertimbangkan untuk kembali ke susu formula sebelumnya untuk sementara waktu sambil berkonsultasi dengan dokter.

  • Mengganti Merek Susu Formula Secara Bertahap: Jangan langsung beralih sepenuhnya ke merek baru. Cobalah mencampur susu formula lama dan baru secara bertahap selama beberapa hari untuk melihat apakah bayi Anda mentoleransi perubahan tersebut.

  • Mencoba Susu Formula yang Berbeda: Jika Anda yakin susu formula yang baru menjadi penyebabnya, cobalah merek lain yang memiliki komposisi berbeda, misalnya susu formula dengan protein hidrolisat atau susu formula berbasis soya (dengan konsultasi dokter terlebih dahulu). Perhatikan komposisi protein, laktosa, prebiotik, dan probiotik pada label.

  • Mencatat Pola BAB Bayi: Mencatat waktu, frekuensi, dan konsistensi BAB bayi Anda dapat membantu Anda dan dokter mengidentifikasi pola dan penyebab masalah.

  • Memberikan Probiotik (Konsultasi Dokter Terlebih Dahulu): Probiotik dapat membantu menyeimbangkan flora usus dan memperbaiki pencernaan. Namun, pemberian probiotik harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu, terutama untuk bayi.

BACA JUGA:   Susu Formula Bayi: Manisnya Risiko Kesehatan

4. Kapan Harus Membawa Bayi ke Dokter?

Meskipun sering BAB bisa menjadi hal yang normal, penting untuk waspada terhadap tanda-tanda masalah yang lebih serius. Segera bawa bayi Anda ke dokter jika:

  • Bayi mengalami diare yang parah dan berlangsung lebih dari 24 jam.
  • BAB bayi mengandung darah atau lendir berlebih.
  • Bayi mengalami demam.
  • Bayi mengalami muntah yang hebat.
  • Bayi mengalami penurunan berat badan atau dehidrasi (tanda-tanda dehidrasi termasuk mulut kering, mata cekung, dan air mata sedikit).
  • Bayi tampak rewel dan tidak nyaman secara terus-menerus.

5. Pentingnya Konsultasi dengan Dokter

Also Read

Bagikan:

Tags