Diare pada bayi yang mengonsumsi susu formula merupakan masalah yang cukup sering terjadi dan dapat menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua. Kondisi ini ditandai dengan buang air besar yang lebih sering, encer, dan berair daripada biasanya. Meskipun seringkali bersifat ringan dan sembuh dengan sendirinya, diare pada bayi tetap perlu diperhatikan karena dapat menyebabkan dehidrasi yang berbahaya, terutama pada bayi yang masih sangat kecil. Memahami penyebab diare pada bayi yang minum susu formula sangat penting untuk penanganan yang tepat dan pencegahan di masa mendatang.
1. Intoleransi Protein Susu Sapi (IPSS)
Salah satu penyebab diare yang paling umum pada bayi yang minum susu formula adalah intoleransi protein susu sapi (IPSS). IPSS bukanlah alergi susu sapi, meskipun gejala keduanya bisa mirip. Pada IPSS, sistem pencernaan bayi kesulitan mencerna protein dalam susu sapi, terutama kasein dan whey. Akibatnya, protein tersebut tidak tercerna sepenuhnya dan tetap berada di usus, menyebabkan iritasi dan diare. Gejala IPSS selain diare bisa meliputi muntah, kembung, kolik, dan darah atau lendir dalam tinja. Bayi dengan IPSS mungkin juga mengalami pertumbuhan yang kurang optimal.
Berbagai penelitian telah mengkonfirmasi prevalensi IPSS yang signifikan pada bayi yang diberi susu formula. Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition menemukan bahwa IPSS memengaruhi sekitar 2-7% bayi yang diberi susu formula. Tingkat keparahan gejala bervariasi, mulai dari diare ringan hingga diare berat yang memerlukan perawatan medis. Diagnosa IPSS biasanya dilakukan melalui pemeriksaan tinja dan riwayat gejala. Pengobatannya meliputi penggantian susu formula dengan formula yang berbasis protein terhidrolisis sebagian atau formula berbasis protein soya (kedelai), meskipun formula soya juga dapat menyebabkan alergi pada beberapa bayi. Konsultasi dengan dokter anak sangat penting untuk menentukan jenis formula pengganti yang tepat.
2. Alergi Susu Sapi (ASS)
Berbeda dengan IPSS, alergi susu sapi (ASS) merupakan reaksi sistem imun terhadap protein susu sapi. Reaksi ini lebih berat daripada IPSS dan dapat memicu berbagai gejala, termasuk diare, muntah, ruam kulit (eksim), sesak napas, dan bahkan syok anafilaksis dalam kasus yang parah. ASS merupakan kondisi yang serius dan memerlukan perhatian medis segera.
Pada ASS, sistem imun bayi salah mengidentifikasi protein susu sapi sebagai ancaman dan menghasilkan antibodi untuk melawannya. Reaksi ini menyebabkan peradangan di saluran pencernaan dan memicu gejala-gejala yang disebutkan di atas. Diagnosa ASS biasanya dilakukan melalui uji alergi kulit atau uji darah, serta eliminasi dan provokasi diet. Pengobatannya meliputi menghindari semua produk susu sapi dan menggantinya dengan formula berbasis protein terhidrolisis secara ekstensif atau formula berbasis protein soya (kedelai), meskipun perlu diingat bahwa beberapa bayi mungkin juga alergi terhadap soya. Dalam kasus yang parah, bayi mungkin memerlukan pengobatan medis seperti antihistamin atau kortikosteroid. Penggunaan formula khusus yang diresepkan dokter sangat penting dalam menangani ASS.
3. Infeksi Bakteri atau Virus
Infeksi bakteri atau virus pada saluran pencernaan juga dapat menyebabkan diare pada bayi yang minum susu formula. Beberapa bakteri dan virus yang umum menyebabkan diare pada bayi antara lain Rotavirus, Salmonella, E. coli, dan Campylobacter. Infeksi ini dapat ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, kontak dengan orang yang terinfeksi, atau melalui kontak dengan feses yang terkontaminasi.
Gejala diare akibat infeksi bakteri atau virus biasanya lebih parah daripada diare akibat IPSS atau ASS. Selain diare, bayi mungkin juga mengalami demam tinggi, muntah, dan nyeri perut. Diagnosa biasanya dilakukan melalui pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi bakteri atau virus penyebab infeksi. Pengobatannya berfokus pada pengelolaan gejala dan pencegahan dehidrasi. Antibiotik hanya diberikan jika infeksi disebabkan oleh bakteri dan dianggap perlu oleh dokter. Pencegahan dehidrasi sangat penting melalui pemberian cairan elektrolit oral atau melalui infus intravena jika diperlukan.
4. Lactose Intolerance (Intoleransi Laktosa)
Meskipun susu formula umumnya mengandung laktosa, beberapa bayi mungkin mengalami intoleransi laktosa, yaitu ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa (gula susu). Kondisi ini dapat disebabkan oleh kekurangan enzim laktase di usus. Laktosa yang tidak tercerna akan difermentasi oleh bakteri di usus, menghasilkan gas dan diare.
Gejala intoleransi laktosa meliputi diare berair, kembung, gas, dan kram perut. Diagnosa biasanya dilakukan melalui pemeriksaan tinja dan uji pernapasan hidrogen. Pengobatannya meliputi menghindari produk yang mengandung laktosa atau mengonsumsi susu formula yang rendah laktosa atau bebas laktosa. Formula khusus bebas laktosa tersedia di pasaran, dan penting untuk memilih formula yang sesuai dengan rekomendasi dokter.
5. Penggunaan Formula yang Salah atau Terkontaminasi
Pemberian formula yang tidak tepat atau terkontaminasi juga dapat menjadi penyebab diare pada bayi. Pemberian formula yang terlalu pekat dapat menyebabkan diare karena tingginya kadar zat terlarut yang menarik air ke dalam usus. Sebaliknya, formula yang terlalu encer mungkin tidak menyediakan cukup kalori dan nutrisi yang dibutuhkan bayi, yang dapat memengaruhi kesehatan pencernaan dan menyebabkan diare. Selain itu, formula yang terkontaminasi bakteri atau zat berbahaya juga dapat menyebabkan diare.
Oleh karena itu, selalu ikuti petunjuk penyiapan formula dengan seksama. Pastikan untuk menggunakan air bersih dan steril, dan buang sisa formula yang sudah dibuka setelah beberapa jam. Perhatikan juga tanggal kedaluwarsa formula dan pastikan untuk menyimpannya dengan benar sesuai petunjuk pada kemasan. Jika ada kecurigaan kontaminasi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan.
6. Faktor Lain yang Mungkin Berperan
Beberapa faktor lain juga dapat berperan dalam menyebabkan diare pada bayi yang minum susu formula, seperti reaksi terhadap aditif dalam formula, perubahan jenis formula secara tiba-tiba, gangguan pencernaan lainnya (seperti penyakit celiac atau penyakit Crohn), dan efek samping dari obat-obatan tertentu. Dalam beberapa kasus, penyebab diare mungkin tidak dapat diidentifikasi.
Jika diare pada bayi persisten, disertai demam tinggi, muntah hebat, atau tanda-tanda dehidrasi (seperti mulut kering, mata cekung, air mata sedikit), segera konsultasikan dengan dokter. Dehidrasi merupakan komplikasi yang serius dari diare dan memerlukan penanganan medis segera. Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh dan membantu menentukan penyebab diare serta memberikan pengobatan yang tepat. Ingat, pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Praktik kebersihan yang baik, penyiapan formula yang tepat, dan pemantauan kesehatan bayi secara rutin dapat membantu mencegah diare.