Diare pada bayi merupakan kondisi yang meresahkan bagi orang tua. Gejalanya, berupa tinja cair atau lembek yang lebih sering dari biasanya, bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi virus hingga intoleransi makanan. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah apakah bayi yang diare masih boleh minum susu formula. Jawabannya, tidak sesederhana ya atau tidak. Meskipun susu formula merupakan sumber nutrisi utama bagi bayi, pada kasus diare, pemberiannya perlu dipertimbangkan secara cermat dan bahkan mungkin harus dihentikan sementara waktu. Artikel ini akan membahas secara detail mengapa susu formula mungkin bukan pilihan terbaik untuk bayi yang mengalami diare, dan apa yang sebaiknya dilakukan orang tua.
Mekanisme Diare dan Peran Susu Formula
Diare terjadi ketika usus kecil tidak mampu menyerap cairan dengan efektif. Ini dapat disebabkan oleh infeksi virus (rotavirus, norovirus), bakteri ( E. coli, Salmonella, Shigella), parasit ( Giardia, Cryptosporidium), atau intoleransi terhadap makanan tertentu seperti protein susu sapi. Kondisi ini menyebabkan peningkatan frekuensi buang air besar, konsistensi tinja yang cair, dan dehidrasi.
Susu formula, khususnya yang berbasis susu sapi, mengandung laktosa. Laktosa adalah gula susu yang dicerna oleh enzim laktase di usus kecil. Pada bayi dengan diare, aktivitas enzim laktase mungkin terganggu, baik karena kerusakan pada sel-sel usus akibat infeksi atau karena respon tubuh terhadap iritasi usus. Akibatnya, laktosa tidak dapat dicerna sepenuhnya, dan malah akan memperburuk diare. Laktosa yang tidak tercerna akan menarik air ke dalam usus besar, menyebabkan tinja lebih cair dan meningkatkan frekuensi buang air besar. Ini berujung pada peningkatan dehidrasi, yang merupakan komplikasi serius diare pada bayi. Selain laktosa, komponen lain dalam susu formula seperti protein whey juga dapat meningkatkan peradangan usus pada beberapa bayi yang mengalami diare.
Dehidrasi: Ancaman Utama Diare pada Bayi
Dehidrasi adalah komplikasi paling berbahaya dari diare pada bayi. Bayi kehilangan cairan dan elektrolit (seperti natrium, kalium, dan klorida) melalui tinja yang encer. Dehidrasi ringan dapat menyebabkan bayi lemas, rewel, dan mulut kering. Namun, dehidrasi berat dapat menyebabkan syok, kerusakan organ, dan bahkan kematian. Oleh karena itu, mencegah dan mengobati dehidrasi merupakan prioritas utama dalam penanganan diare pada bayi. Lanjutan pemberian susu formula saat bayi diare dapat memperburuk dehidrasi karena tubuh justru kesulitan menyerap nutrisi dan cairan dari susu formula tersebut.
Rehidrasi Oral: Prioritas Utama Penanganan Diare
Ketika bayi mengalami diare, langkah pertama dan terpenting adalah rehidrasi. Ini berarti memberikan cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang melalui tinja. Cairan rehidrasi oral (CRO) yang diformulasikan khusus untuk bayi, mengandung elektrolit yang seimbang untuk membantu mengganti mineral yang hilang. CRO tersedia di apotek dan dirancang untuk mudah diserap oleh tubuh bayi, bahkan saat diare. Pemberian CRO harus dilakukan secara teratur, dalam jumlah kecil dan sering, untuk mencegah dehidrasi yang lebih parah. Memberikan susu formula sebelum rehidrasi adekuat dapat menghambat penyerapan cairan dan elektrolit dari CRO, menggagalkan upaya rehidrasi.
Alternatif Cairan dan Makanan Selain Susu Formula
Selain CRO, ibu menyusui disarankan untuk tetap menyusui bayinya. ASI mengandung antibodi dan nutrisi yang membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi dan mempercepat proses penyembuhan. ASI juga lebih mudah dicerna dibandingkan susu formula, sehingga mengurangi beban pada sistem pencernaan bayi yang sedang mengalami diare. Untuk bayi yang tidak mendapatkan ASI, pemberian cairan lain seperti air putih yang sudah direbus juga bisa diberikan. Namun, ingatlah bahwa CRO tetap menjadi pilihan terbaik untuk mengganti elektrolit yang hilang.
Setelah rehidrasi, pemilihan makanan untuk bayi juga perlu diperhatikan. Makanan yang mudah dicerna dan rendah laktosa, seperti pisang matang, nasi, apel yang sudah dihaluskan, dan roti tawar, dapat diberikan secara bertahap setelah diare mereda. Pemberian susu formula dapat dimulai kembali secara bertahap setelah kondisi bayi membaik dan diare sudah berhenti. Konsultasikan dengan dokter atau tenaga medis untuk menentukan waktu yang tepat untuk kembali memberikan susu formula.
Kapan Harus Membawa Bayi ke Dokter?
Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis jika bayi Anda mengalami diare. Beberapa tanda yang memerlukan perhatian medis segera antara lain:
- Diare yang berlangsung lebih dari 24 jam
- Dehidrasi (mulut kering, mata cekung, air mata sedikit atau tidak ada, kurangnya buang air kecil)
- Demam tinggi
- Muntah yang hebat
- Darah atau lendir dalam tinja
- Bayi tampak sangat lemas atau lesu
Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan penyebab diare dan memberikan perawatan yang tepat. Mereka mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan feses untuk mengidentifikasi bakteri atau parasit yang menyebabkan diare. Dokter juga akan memberikan saran tentang cara terbaik untuk merehidrasi bayi dan memilih makanan yang sesuai. Jangan menunda untuk mencari pertolongan medis jika Anda khawatir tentang kondisi bayi Anda.
Kesimpulan (Dihilangkan sesuai permintaan)
Ingatlah, informasi di atas bersifat edukatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter atau tenaga kesehatan sebelum membuat keputusan terkait perawatan bayi Anda. Kecepatan dan ketepatan penanganan diare pada bayi sangat penting untuk mencegah komplikasi serius, seperti dehidrasi. Prioritaskan rehidrasi dan hubungi dokter jika Anda memiliki kekhawatiran.