Diare pada Bayi Akibat Pergantian Susu Formula: Penyebab, Gejala, dan Penanganan

Sri Wulandari

Pergantian susu formula pada bayi dapat memicu diare, sebuah kondisi yang tentu saja membuat orangtua khawatir. Meskipun umumnya bukan kondisi yang serius dan dapat diatasi, penting untuk memahami penyebabnya, mengenali gejalanya, dan mengetahui langkah-langkah penanganan yang tepat. Artikel ini akan membahas secara rinci berbagai aspek diare akibat pergantian susu formula, berdasarkan informasi dari berbagai sumber terpercaya di dunia medis.

1. Mengapa Pergantian Susu Formula Menyebabkan Diare?

Sistem pencernaan bayi masih berkembang dan sangat sensitif. Perubahan mendadak dalam komposisi nutrisi, seperti yang terjadi saat berganti susu formula, dapat mengganggu keseimbangan bakteri di usus bayi. Susu formula yang berbeda memiliki kandungan protein, karbohidrat, dan lemak yang bervariasi. Beberapa bayi mungkin memiliki intoleransi terhadap protein tertentu dalam susu formula baru, atau kesulitan mencerna karbohidrat atau lemak yang berbeda.

  • Protein: Susu formula berbasis sapi mengandung protein whey dan kasein. Beberapa bayi memiliki alergi atau intoleransi terhadap protein ini, yang dapat memicu reaksi inflamasi di usus dan menyebabkan diare. Susu formula berbasis soya juga dapat menyebabkan reaksi alergi pada sebagian bayi. Perubahan dari satu jenis protein ke jenis protein lain dapat memicu respons yang serupa. Hidrolisat protein susu sapi (HPSP) dan formula berbasis asam amino dirancang untuk bayi dengan alergi susu sapi, tetapi bahkan perubahan ke formula ini juga bisa menyebabkan gangguan pencernaan sementara.

  • Karbohidrat: Jenis dan jumlah karbohidrat dalam susu formula berbeda-beda. Laktosa, misalnya, merupakan karbohidrat utama dalam susu sapi dan beberapa formula. Bayi dengan intoleransi laktosa akan mengalami diare setelah mengonsumsi laktosa. Formula dengan kandungan karbohidrat yang berbeda, seperti maltodekstrin atau sirup jagung, juga dapat memicu diare pada beberapa bayi karena sistem pencernaan mereka belum terbiasa.

  • Lemak: Kandungan lemak dalam susu formula juga dapat memengaruhi pencernaan bayi. Beberapa bayi mungkin mengalami diare jika beralih dari formula dengan kandungan lemak rendah ke formula dengan kandungan lemak tinggi, atau sebaliknya. Jenis lemak juga dapat berperan; misalnya, beberapa bayi mungkin lebih sensitif terhadap lemak nabati dibandingkan lemak hewani.

  • Osmolalitas: Osmolalitas susu formula mengacu pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Perubahan osmolalitas yang signifikan akibat pergantian susu formula dapat menyebabkan diare osmotik. Air akan ditarik ke usus untuk menetralkan konsentrasi zat terlarut, menyebabkan feses menjadi encer dan frekuensi buang air besar meningkat.

  • Mikrobiota Usus: Mikrobiota usus (komunitas bakteri di dalam usus) memainkan peran penting dalam pencernaan. Pergantian susu formula dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota usus, yang dapat menyebabkan diare. Butuh waktu bagi mikrobiota usus untuk beradaptasi dengan komposisi nutrisi yang baru.

BACA JUGA:   Resep MPASI Nutrisi Tinggi untuk Bayi 6 Bulan

2. Gejala Diare Akibat Ganti Susu Formula

Diare pada bayi akibat pergantian susu formula umumnya ditandai dengan feses yang lebih encer dan frekuensi buang air besar yang meningkat. Namun, intensitas dan durasi diare dapat bervariasi. Beberapa gejala lain yang mungkin menyertainya antara lain:

  • Feses encer dan berair: Feses bisa berwarna hijau, kuning, atau bahkan berlendir.
  • Peningkatan frekuensi buang air besar: Bayi mungkin buang air besar lebih sering dari biasanya.
  • Kram perut: Bayi mungkin tampak rewel dan menangis karena perutnya sakit.
  • Muntah: Muntah bisa terjadi, terutama jika bayi mengalami diare yang parah.
  • Dehidrasi: Gejala dehidrasi termasuk mulut kering, kurang air mata, lesu, dan berkurangnya jumlah popok basah. Dehidrasi merupakan komplikasi serius yang membutuhkan perhatian medis segera.

3. Kapan Harus ke Dokter?

Meskipun diare akibat pergantian susu formula biasanya ringan dan sembuh sendiri, penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika:

  • Diare berlangsung lebih dari 24 jam.
  • Bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti mulut kering, air mata sedikit atau tidak ada, lesu, dan popok basah yang berkurang.
  • Bayi mengalami demam tinggi.
  • Bayi mengalami darah atau lendir dalam feses.
  • Bayi mengalami muntah yang parah dan tidak dapat menahan cairan.
  • Bayi mengalami penurunan berat badan yang signifikan.

Konsultasikan dengan dokter untuk memastikan penyebab diare dan mendapatkan perawatan yang tepat. Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin melakukan tes tambahan untuk menyingkirkan penyebab diare lainnya, seperti infeksi atau alergi.

4. Penanganan Diare Akibat Ganti Susu Formula

Penanganan diare akibat pergantian susu formula berfokus pada mengatasi gejala dan mencegah dehidrasi. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  • Cairan: Memberikan cairan yang cukup sangat penting untuk mencegah dehidrasi. Untuk bayi yang masih ASI, lanjutkan pemberian ASI secara lebih sering. Untuk bayi yang minum susu formula, dokter mungkin menyarankan memberikan larutan elektrolit oral (oralit) sesuai petunjuk. Hindari memberikan jus atau minuman manis lainnya karena dapat memperburuk diare.

  • Probiotik: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa probiotik dapat membantu mengurangi durasi dan keparahan diare. Namun, konsultasikan dengan dokter sebelum memberikan probiotik kepada bayi.

  • Diet: Jika bayi sudah mulai makan makanan padat, pertimbangkan untuk memberikan makanan yang mudah dicerna, seperti pisang, nasi, apel, dan roti tawar. Hindari makanan yang tinggi lemak, gula, atau serat selama diare.

  • Pergantian Susu Secara Bertahap: Jika Anda tetap ingin berganti susu formula, cobalah melakukannya secara bertahap. Campurkan susu formula lama dan baru secara perlahan dalam beberapa hari untuk membiarkan sistem pencernaan bayi beradaptasi.

  • Mengidentifikasi Alergi atau Intoleransi: Jika diare berulang atau parah, konsultasikan dengan dokter untuk menyingkirkan kemungkinan alergi atau intoleransi terhadap protein susu sapi atau komponen lainnya dalam susu formula. Dokter dapat merekomendasikan tes alergi atau penggantian susu formula ke jenis lain seperti susu formula hidrolisat atau susu formula berbasis asam amino.

BACA JUGA:   Keajaiban Kecil dalam Setiap Tetes: Susu Ultra Full Cream

5. Pencegahan Diare Akibat Ganti Susu Formula

Pencegahan diare akibat pergantian susu formula lebih baik daripada pengobatan. Berikut beberapa tips untuk meminimalkan risiko diare saat berganti susu formula:

  • Pergantian Bertahap: Selalu lakukan pergantian susu formula secara bertahap, mencampur susu lama dan baru dalam proporsi yang meningkat secara perlahan selama beberapa hari atau minggu. Hal ini memberi waktu bagi sistem pencernaan bayi untuk beradaptasi.

  • Konsultasi Dokter: Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi anak sebelum berganti susu formula, terutama jika bayi memiliki riwayat masalah pencernaan atau alergi.

  • Perhatikan Reaksi Bayi: Amati bayi dengan saksama setelah pergantian susu formula dan waspadai tanda-tanda diare atau gejala lain yang tidak diinginkan. Jika muncul masalah, segera hubungi dokter.

  • Pemilihan Formula yang Tepat: Pilih susu formula yang sesuai dengan usia dan kebutuhan nutrisi bayi. Pertimbangkan memilih formula yang dirancang untuk bayi dengan pencernaan sensitif jika bayi memiliki riwayat masalah pencernaan.

6. Jenis Susu Formula Alternatif

Jika diare berlanjut atau dicurigai alergi, dokter mungkin merekomendasikan susu formula alternatif:

  • Susu Formula Hidrolisat Protein Sapi (HPSP): Susu formula ini mengandung protein susu sapi yang telah dipecah menjadi potongan-potongan kecil, sehingga lebih mudah dicerna oleh bayi yang alergi atau intoleran terhadap protein susu sapi utuh.

  • Susu Formula Berbasis Asam Amino: Susu formula ini mengandung asam amino individual, yang merupakan blok bangunan protein. Ini adalah pilihan terbaik untuk bayi dengan alergi susu sapi yang parah.

  • Susu Formula Berbasis Soya: Meskipun bisa menjadi alternatif, perlu diingat bahwa beberapa bayi juga dapat alergi terhadap soya. Penggunaan susu soya harus dilakukan dengan pengawasan dan konsultasi dokter.

  • Susu Formula Spesialis Lainnya: Terdapat berbagai formula spesialis lainnya yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan kondisi medis tertentu, seperti refluks gastroesofageal (GERD) atau kolik. Konsultasi dokter sangat penting untuk menentukan formula yang tepat.

BACA JUGA:   Pilihan Susu Formula Terbaik untuk Tumbuh Kembang Optimal Bayi Anda

Ingat, informasi dalam artikel ini hanya untuk tujuan edukasi dan tidak boleh dianggap sebagai pengganti saran medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan anak sebelum membuat keputusan terkait kesehatan bayi Anda.

Also Read

Bagikan:

Tags