Demam Setelah Imunisasi 18 Bulan: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Retno Susanti

Demam setelah imunisasi merupakan reaksi yang umum terjadi, termasuk setelah imunisasi 18 bulan. Meskipun umumnya ringan dan sementara, penting untuk memahami penyebab, gejala, dan cara penanganannya agar orang tua dapat memberikan perawatan yang tepat dan meyakinkan diri bahwa kondisi tersebut normal. Artikel ini akan membahas secara detail berbagai aspek demam pasca imunisasi pada anak usia 18 bulan, berdasarkan informasi dari berbagai sumber terpercaya.

Imunisasi Usia 18 Bulan: Apa Saja yang Diterima?

Imunisasi pada usia 18 bulan merupakan tahap penting dalam membangun kekebalan tubuh anak. Vaksin yang diberikan pada usia ini bervariasi tergantung pada rekomendasi dan program imunisasi nasional masing-masing negara. Namun, secara umum, imunisasi 18 bulan seringkali mencakup:

  • Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella): Melindungi dari campak, gondongan, dan rubella.
  • Vaksin Varicella (Cacar Air): Memberikan perlindungan terhadap cacar air.
  • Vaksin Hepatitis A: Melindungi dari infeksi hepatitis A.
  • Booster DTaP (Difteri, Tetanus, Pertusis): Dosis penguat untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan).
  • Booster IPV (Polio Inactivated): Dosis penguat untuk polio.
  • Vaksin PCV13 (Pneumokokus): Melindungi dari infeksi pneumokokus yang dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga tengah.
  • Vaksin Hib (Haemophilus influenzae tipe b): Melindungi dari infeksi bakteri Haemophilus influenzae tipe b, yang dapat menyebabkan meningitis, pneumonia, dan infeksi lainnya.

Penting untuk mencatat bahwa beberapa negara mungkin memiliki jadwal imunisasi yang sedikit berbeda, dan beberapa vaksin mungkin digabungkan menjadi satu suntikan. Selalu konsultasikan dengan dokter anak Anda untuk memastikan jadwal imunisasi yang tepat untuk anak Anda. Informasi tentang vaksin yang diberikan akan tercatat dalam buku kesehatan anak.

Demam: Reaksi Umum Setelah Imunisasi

Demam merupakan reaksi yang sering terjadi setelah imunisasi, termasuk pada imunisasi usia 18 bulan. Hal ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap vaksin. Vaksin mengandung antigen yang lemah atau tidak aktif dari kuman penyakit, merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk melawannya. Proses ini dapat memicu respon inflamasi, yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh atau demam. Demam biasanya merupakan tanda bahwa vaksin sedang bekerja dan membangun kekebalan tubuh.

BACA JUGA:   Panduan Umur Imunisasi Campak untuk Anak

Tingkat keparahan demam bervariasi. Beberapa anak mungkin hanya mengalami demam ringan (37.5-38.5°C), sedangkan yang lain mungkin mengalami demam yang lebih tinggi. Demam umumnya muncul dalam 6-12 jam setelah imunisasi dan biasanya berlangsung selama 1-3 hari.

Gejala Lain Selain Demam

Selain demam, beberapa anak juga mungkin mengalami gejala lain setelah imunisasi, seperti:

  • Nyeri, kemerahan, dan bengkak di tempat suntikan: Ini adalah reaksi lokal yang umum dan biasanya hilang dalam beberapa hari.
  • Lemas dan kurang nafsu makan: Anak mungkin merasa lesu dan kurang bersemangat untuk bermain atau makan.
  • Iritabilitas dan rewel: Anak mungkin lebih mudah menangis dan rewel daripada biasanya.
  • Sakit kepala: Beberapa anak mungkin mengalami sakit kepala ringan.
  • Mual dan muntah (jarang): Meskipun jarang, beberapa anak mungkin mengalami mual dan muntah.

Gejala-gejala ini biasanya ringan dan akan mereda dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun, penting untuk memantau anak dan mencari bantuan medis jika gejala memburuk atau jika anak menunjukkan tanda-tanda lain yang mengkhawatirkan.

Kapan Harus Khawatir dan Membawa Anak ke Dokter?

Meskipun demam setelah imunisasi biasanya merupakan reaksi yang normal, ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai dan memerlukan kunjungan ke dokter:

  • Demam tinggi yang berlangsung lebih dari 3 hari: Demam di atas 39°C yang bertahan lama perlu diperiksa oleh dokter.
  • Kejang demam: Kejang demam merupakan kondisi serius yang memerlukan perhatian medis segera.
  • Ruam yang luas dan menyebar: Ruam yang tidak biasa atau menyebar dengan cepat perlu diperiksa.
  • Sesak napas atau kesulitan bernapas: Ini merupakan tanda yang serius dan memerlukan perhatian medis segera.
  • Lemas yang berlebihan dan tidak responsif: Jika anak tampak sangat lesu dan sulit dibangunkan, segera bawa ke dokter.
  • Bengkak di wajah, bibir, atau lidah: Ini bisa menjadi tanda reaksi alergi yang serius.
BACA JUGA:   Imunisasi Tambahan Anak Usia 2 Tahun: Panduan Lengkap untuk Orang Tua

Penanganan Demam Setelah Imunisasi

Penanganan demam setelah imunisasi umumnya fokus pada mengurangi ketidaknyamanan anak. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  • Berikan banyak cairan: Pastikan anak minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi. Air putih, jus buah, dan kaldu adalah pilihan yang baik.
  • Kompres dingin: Kompres dingin di dahi dapat membantu menurunkan suhu tubuh.
  • Pakaian yang longgar dan nyaman: Kenakan pakaian yang longgar dan nyaman untuk membantu anak merasa lebih nyaman.
  • Istirahat yang cukup: Istirahat yang cukup penting untuk membantu anak pulih.
  • Obat penurun panas: Jika demam menyebabkan anak tidak nyaman, dokter mungkin akan meresepkan obat penurun panas seperti paracetamol atau ibuprofen sesuai dengan usia dan berat badan anak. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum memberikan obat penurun panas kepada anak. Jangan pernah memberikan aspirin kepada anak karena dapat menyebabkan sindrom Reye.
  • Pantau suhu tubuh secara teratur: Pantau suhu tubuh anak secara teratur untuk memantau perkembangan demam.

Pencegahan Demam yang Berat

Meskipun demam setelah imunisasi merupakan reaksi yang umum, beberapa langkah dapat diambil untuk meminimalkan risiko demam yang berat:

  • Pastikan anak cukup istirahat dan makan dengan baik sebelum imunisasi. Anak yang sehat dan beristirahat cukup cenderung lebih baik dalam menghadapi reaksi terhadap imunisasi.
  • Ikuti instruksi dokter dengan seksama. Patuhi semua instruksi yang diberikan oleh dokter mengenai imunisasi dan perawatan pasca imunisasi.
  • Beri tahu dokter jika anak memiliki riwayat alergi atau reaksi terhadap imunisasi sebelumnya. Informasi ini sangat penting untuk membantu dokter mengantisipasi dan mengelola potensi reaksi alergi.

Ingatlah bahwa informasi dalam artikel ini bersifat umum dan tidak dapat menggantikan nasihat medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter anak Anda untuk mendapatkan informasi yang tepat dan disesuaikan dengan kondisi anak Anda. Dokter akan dapat memberikan saran terbaik mengenai perawatan dan penanganan demam setelah imunisasi, serta memastikan kesehatan dan keselamatan anak Anda.

Also Read

Bagikan:

Tags