Ciri-Ciri Alergi Susu Formula pada Bayi Baru Lahir: Panduan Komprehensif

Siti Hartinah

Alergi susu formula merupakan reaksi sistem imun tubuh bayi terhadap protein dalam susu formula. Meskipun seringkali keliru dengan intoleransi laktosa, alergi susu formula jauh lebih serius dan melibatkan respons imun yang kompleks. Bayi baru lahir yang mengalami alergi ini dapat menunjukkan berbagai gejala, mulai dari yang ringan hingga yang mengancam jiwa. Penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda alergi ini sedini mungkin agar dapat segera mendapatkan penanganan medis yang tepat. Artikel ini akan membahas secara detail ciri-ciri alergi susu formula pada bayi baru lahir, membantu orang tua dalam memahami kondisi ini dan mengambil langkah-langkah yang tepat.

Gejala Gastrointestinal: Tanda Awal Alergi

Gejala alergi susu formula paling sering muncul di saluran pencernaan bayi. Ini karena protein susu formula yang tidak tercerna dengan baik memicu reaksi imun di dinding usus. Berikut beberapa gejala gastrointestinal yang umum terjadi:

  • Diare: Diare yang persisten, berlendir, atau berdarah merupakan tanda peringatan yang signifikan. Bayi mungkin mengalami buang air besar lebih sering dari biasanya, dan konsistensi tinjanya lebih cair daripada normal. Warna tinja juga bisa berubah, menjadi hijau, kuning pucat, atau bahkan hitam kehijauan.

  • Muntah: Muntah yang sering dan hebat juga bisa menjadi indikasi alergi susu formula. Bayi mungkin memuntahkan sebagian besar atau semua susu yang diminumnya. Muntah proyektil (muntah dengan tekanan tinggi) perlu mendapat perhatian medis segera.

  • Konstipasi: Ironisnya, selain diare, beberapa bayi juga mengalami konstipasi sebagai respons terhadap alergi susu formula. Hal ini terjadi karena reaksi imun dapat mengganggu proses pencernaan dan penyerapan nutrisi. Tinja bayi akan keras dan sulit dikeluarkan.

  • Kembung dan kolik: Perut bayi mungkin tampak kembung dan keras. Bayi juga sering menunjukkan tanda-tanda kolik, yaitu menangis terus-menerus dan tidak terhibur, terutama setelah menyusu. Kolik yang terkait dengan alergi susu formula seringkali disertai dengan gejala gastrointestinal lainnya.

  • Refluks gastroesofageal (GER): Bayi dengan alergi susu formula lebih rentan mengalami GER, yaitu naiknya asam lambung ke kerongkongan. Hal ini dapat menyebabkan bayi sering memuntahkan makanan dan mengalami iritasi pada kerongkongan.

BACA JUGA:   Susu Penambah Berat Badan untuk Bayi 10 Bulan: Panduan Lengkap & Aman

Gejala Kulit: Ruam dan Eksim

Reaksi alergi pada kulit merupakan gejala umum lainnya pada bayi yang alergi susu formula. Protein susu formula dapat memicu respons imun yang menghasilkan peradangan pada kulit. Gejala kulit yang sering muncul antara lain:

  • Eksim (Dermatitis atopik): Eksim ditandai dengan kulit kering, gatal, dan bersisik. Ruam eksim sering muncul di lipatan kulit, seperti siku, lutut, dan pergelangan tangan. Bayi dengan alergi susu formula sering mengalami perburukan eksim setelah mengonsumsi susu formula.

  • Urtikaria (Biduran): Urtikaria berupa bentol-bentol merah yang gatal dan muncul secara tiba-tiba pada kulit. Bentol ini bisa muncul dan hilang dengan cepat, atau menetap selama beberapa jam.

  • Ruam kemerahan: Ruam kemerahan yang difus dan terasa panas saat disentuh juga bisa terjadi. Ruam ini bisa muncul di seluruh tubuh atau hanya di area tertentu.

  • Kulit kering dan bersisik: Bayi dengan alergi susu formula seringkali memiliki kulit yang lebih kering dan bersisik dibandingkan bayi normal. Hal ini disebabkan oleh peradangan pada lapisan kulit.

Gejala Pernapasan: Batuk, Pilek, dan Sesak Napas

Alergi susu formula juga dapat memengaruhi sistem pernapasan bayi. Protein susu formula dapat memicu reaksi alergi yang menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan. Gejala pernapasan yang mungkin muncul antara lain:

  • Batuk: Batuk yang persisten dan tidak kunjung sembuh dapat menjadi indikasi alergi susu formula. Batuk ini bisa berupa batuk kering atau batuk berdahak.

  • Pilek: Bayi mungkin mengalami pilek yang sering kambuh dan disertai dengan hidung tersumbat atau berair.

  • Mengi: Menghi terjadi karena penyempitan saluran napas. Bayi akan mengeluarkan suara siulan saat bernapas.

  • Sesak napas: Dalam kasus yang lebih serius, alergi susu formula dapat menyebabkan sesak napas pada bayi. Bayi akan kesulitan bernapas dan tampak sangat terengah-engah.

BACA JUGA:   Bayi ASI: Ketika Buang Angin Tanpa Buang Air Besar

Gejala Sistemik: Demam dan Perubahan Perilaku

Pada beberapa kasus, alergi susu formula dapat menimbulkan gejala sistemik yang memengaruhi seluruh tubuh. Gejala sistemik ini mungkin termasuk:

  • Demam: Demam ringan hingga sedang dapat terjadi sebagai respons terhadap reaksi alergi.

  • Letargi dan mudah tersinggung: Bayi mungkin tampak lesu, lelah, dan mudah rewel. Mereka mungkin sulit untuk ditenangkan dan menangis lebih sering dari biasanya.

  • Berat badan tidak naik: Karena kesulitan mencerna dan menyerap nutrisi dari susu formula, bayi mungkin mengalami masalah berat badan yang tidak naik sesuai dengan kurva pertumbuhan normal.

Diagnosis Alergi Susu Formula: Peran Dokter Spesialis

Diagnosis alergi susu formula harus dilakukan oleh dokter spesialis anak atau ahli alergi. Tidak ada satu tes pun yang secara pasti dapat mendiagnosis alergi susu formula. Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk:

  • Riwayat medis: Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan bayi, termasuk gejala yang dialami, pola makan, dan riwayat alergi keluarga.

  • Pemeriksaan fisik: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai kondisi kesehatan umum bayi dan mencari tanda-tanda alergi.

  • Tes alergi kulit (skin prick test): Tes ini dapat membantu mengidentifikasi alergen spesifik yang menyebabkan reaksi alergi.

  • Tes darah: Tes darah dapat digunakan untuk mengukur kadar IgE (antibodi yang diproduksi oleh sistem imun sebagai respons terhadap alergen) dan mencari indikator lain alergi.

  • Eliminasi dan provokasi diet: Metode ini melibatkan penghentian konsumsi susu formula dan penggantiannya dengan susu formula hypoallergenic atau susu formula berbasis hidrolisat protein. Setelah beberapa waktu, susu formula yang dicurigai sebagai penyebab alergi akan diberikan kembali secara bertahap untuk melihat reaksi bayi.

Pengobatan dan Manajemen Alergi Susu Formula

Pengobatan alergi susu formula berfokus pada pencegahan kontak dengan alergen dan pengelolaan gejala. Pengobatannya dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan alergi:

  • Mengganti susu formula: Langkah pertama yang paling penting adalah mengganti susu formula yang memicu alergi dengan susu formula hypoallergenic atau susu formula berbasis hidrolisat protein. Susu formula ini telah diproses sehingga proteinnya terurai menjadi potongan-potongan kecil yang lebih mudah dicerna oleh bayi yang alergi.

  • Pengobatan gejala: Dokter dapat memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala, seperti antihistamin untuk mengurangi gatal dan bengkak, dan kortikosteroid untuk mengurangi peradangan. Dalam kasus yang lebih serius, bayi mungkin memerlukan pengobatan tambahan seperti epinefrin (adrenalin) untuk mengatasi reaksi alergi yang mengancam jiwa (anafilaksis).

  • Pendampingan gizi: Bayi dengan alergi susu formula mungkin memerlukan pendampingan gizi untuk memastikan mereka mendapatkan nutrisi yang cukup. Ahli gizi dapat membantu menyusun rencana makan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

BACA JUGA:   Pilihan Susu Formula Bayi di Tengah Isu Produk Israel

Semoga informasi di atas membantu orang tua mengenali dan mengatasi alergi susu formula pada bayi baru lahir. Ingatlah untuk selalu berkonsultasi dengan dokter spesialis anak atau ahli alergi untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat. Perawatan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.

Also Read

Bagikan:

Tags