Campak dan Rubella: Demam Sebagai Gejala Utama dan Dampaknya

Sri Wulandari

Campak dan rubella merupakan dua penyakit infeksius yang disebabkan oleh virus, dan keduanya ditandai dengan demam sebagai salah satu gejala utamanya. Meskipun keduanya termasuk penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi, pemahaman mendalam tentang gejala-gejala, khususnya demam yang menyertainya, sangat penting untuk deteksi dini dan penanganan yang tepat. Artikel ini akan membahas secara detail hubungan antara campak dan rubella dengan demam, mencakup mekanisme terjadinya demam, variasi intensitas demam, dan dampaknya bagi kesehatan.

1. Mekanisme Demam pada Infeksi Campak dan Rubella

Demam pada infeksi campak dan rubella merupakan respons sistem imun tubuh terhadap invasi virus. Virus campak (Measles virus) dan virus rubella (Rubella virus) menginfeksi sel-sel tubuh, terutama sel-sel sistem pernapasan dan limfatik. Respon imun tubuh terhadap infeksi ini melibatkan pelepasan sitokin, yaitu protein kecil yang bertindak sebagai pembawa pesan antar sel imun. Sitokin-sitokin seperti interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-α) berperan penting dalam pengaturan suhu tubuh. Sitokin ini akan berinteraksi dengan hipotalamus, pusat pengatur suhu tubuh di otak. Hipotalamus kemudian akan merespon dengan meningkatkan titik tetap suhu tubuh, mengakibatkan peningkatan suhu tubuh atau demam. Intensitas demam bergantung pada jumlah sitokin yang dilepaskan dan tingkat keparahan infeksi. (Sumber: CDC – Measles, WHO – Rubella)

2. Pola Demam pada Campak

Demam pada campak biasanya muncul beberapa hari setelah infeksi, seringkali diawali dengan gejala prodromal seperti batuk, pilek, dan konjungtivitis. Demam pada campak cenderung tinggi, dapat mencapai 39-40 derajat Celcius atau lebih tinggi. Pola demamnya bisa bersifat febris kontinu (terus-menerus tinggi) selama beberapa hari, kemudian menurun saat ruam khas campak muncul. Namun, demam dapat kambuh lagi selama beberapa hari setelahnya. Keparahan demam dapat bervariasi antar individu, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, status imun, dan perawatan medis yang diterima. Demam yang tinggi dapat menyebabkan komplikasi seperti dehidrasi, kejang demam (pada anak-anak), dan pneumonia. (Sumber: UpToDate – Measles)

BACA JUGA:   Jadwal Imunisasi Anak Usia 2 Tahun ke Atas: Panduan Lengkap untuk Imunitas Optimal

3. Pola Demam pada Rubella

Demam pada rubella umumnya lebih ringan dibandingkan dengan campak. Demam biasanya muncul 1-5 hari setelah infeksi, dengan suhu tubuh yang meningkat hingga sekitar 38 derajat Celcius. Demam pada rubella seringkali hanya berlangsung selama beberapa hari dan tidak selalu tinggi. Meskipun demam pada rubella cenderung lebih ringan, tetap penting untuk diwaspadai, terutama pada wanita hamil, karena infeksi rubella pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan sindrom rubella kongenital (SRC) pada janin. SRC dapat menyebabkan cacat lahir yang serius seperti kerusakan mata, jantung, telinga, dan otak. (Sumber: Merck Manuals – Rubella)

4. Perbedaan Gejala Demam pada Campak dan Rubella Dengan Penyakit Lain

Penting untuk membedakan demam akibat campak dan rubella dengan demam yang disebabkan oleh penyakit lain. Demam yang disertai ruam khas campak (makulopapular, kopilika spot) dan gejala prodromal lainnya (batuk, pilek, konjungtivitis) akan membantu diagnosis. Sedangkan pada rubella, ruamnya lebih halus dan menyebar cepat, seringkali disertai pembesaran kelenjar getah bening di belakang telinga. Demam tanpa ruam atau dengan gejala lain yang tidak spesifik (seperti diare, muntah, sakit kepala yang hebat) harus segera diperiksakan ke dokter untuk menentukan penyebab demam dan mendapatkan penanganan yang tepat. Diagnosis pasti campak dan rubella biasanya dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium, seperti uji serologi untuk mendeteksi antibodi terhadap virus campak dan rubella. (Sumber: Harrison’s Principles of Internal Medicine)

5. Pengobatan dan Pengelolaan Demam pada Campak dan Rubella

Pengobatan campak dan rubella terutama bersifat suportif, fokus pada pengelolaan gejala. Penurunan demam dapat dilakukan dengan pemberian obat antipiretik seperti paracetamol atau ibuprofen sesuai dengan petunjuk dokter. Istirahat yang cukup, konsumsi cairan yang banyak, dan nutrisi yang baik sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan. Pada kasus campak dan rubella yang berat, mungkin diperlukan perawatan di rumah sakit untuk mencegah komplikasi. Pencegahan merupakan kunci utama dalam mengendalikan campak dan rubella. Vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) merupakan cara yang efektif dan aman untuk melindungi individu dari ketiga penyakit tersebut. (Sumber: WHO – Measles and Rubella Vaccines)

BACA JUGA:   Imunisasi Anak Saat Batuk Pilek: Panduan Lengkap untuk Orang Tua

6. Komplikasi Demam Tinggi pada Campak dan Rubella

Demam tinggi, terutama pada campak, dapat memicu komplikasi serius, terutama pada anak-anak dan individu dengan sistem imun yang lemah. Komplikasi tersebut meliputi pneumonia, ensefalitis (peradangan otak), otitis media (infeksi telinga tengah), dan diare. Dehidrasi juga merupakan risiko yang signifikan pada demam tinggi. Pada wanita hamil yang terinfeksi rubella, risiko terjadinya sindrom rubella kongenital pada janin sangat tinggi. Oleh karena itu, pengelolaan demam yang tepat dan pemantauan kondisi pasien sangat penting untuk mencegah komplikasi yang serius. Perawatan medis segera harus dicari jika demam disertai gejala lain yang mengkhawatirkan seperti kejang, sesak napas, atau penurunan kesadaran. (Sumber: Lancet Infectious Diseases – Measles)

Also Read

Bagikan:

Tags