Bayi Cacar Air Ogah Makan: Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan

Dewi Saraswati

Cacar air pada bayi merupakan kondisi yang cukup mengkhawatirkan bagi para orang tua, terutama ketika si kecil menolak untuk makan. Hilangnya nafsu makan ini bisa memperparah kondisi bayi yang sudah melemah akibat penyakitnya. Menemukan penyebab dan solusi yang tepat sangatlah krusial untuk memastikan bayi tetap terhidrasi dan mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pemulihan. Artikel ini akan membahas secara detail berbagai aspek terkait masalah ini, berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber terpercaya.

1. Mengapa Bayi Cacar Air Tidak Mau Makan?

Keengganan makan pada bayi yang menderita cacar air memiliki beberapa penyebab yang saling berkaitan. Tidak hanya karena rasa tidak nyaman fisik, tetapi juga faktor psikologis turut berperan. Berikut beberapa penjelasan detailnya:

  • Nyeri di Mulut dan Tenggorokan: Ruam cacar air seringkali muncul di dalam mulut dan tenggorokan, menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan saat menelan. Lesi-lesi kecil ini bisa membuat bayi kesulitan mengunyah dan menelan makanan, sehingga mereka menolak untuk makan. Rasa nyeri ini bisa diperparah jika makanan yang diberikan terlalu panas, asam, atau memiliki tekstur yang kasar.

  • Demam: Demam merupakan gejala umum cacar air. Demam tinggi dapat menyebabkan anoreksia atau hilangnya nafsu makan. Bayi yang demam seringkali merasa lesu dan tidak bertenaga, sehingga tidak tertarik untuk makan. Tubuh mereka juga lebih fokus untuk melawan infeksi daripada mencerna makanan.

  • Kelelahan dan Lemah: Cacar air menyebabkan kelelahan yang signifikan. Bayi yang merasa lemah dan lesu secara alami akan kurang berminat untuk makan. Energi mereka terkuras untuk melawan virus dan mengatasi ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh ruam.

  • Mual dan Muntah: Beberapa bayi yang menderita cacar air mengalami mual dan muntah. Kondisi ini tentu akan mengurangi nafsu makan dan membuat mereka enggan untuk makan apapun.

  • Faktor Psikologis: Rasa tidak nyaman dan ketidaknyamanan yang dialami bayi akibat ruam gatal dan demam dapat mempengaruhi kondisi psikologisnya. Hal ini dapat menyebabkan bayi menjadi rewel, mudah tersinggung, dan menolak untuk makan meskipun mereka merasa lapar. Kecemasan orang tua juga dapat menular ke bayi dan memperburuk situasi.

  • Dehidrasi: Dehidrasi dapat memperparah gejala cacar air dan menurunkan nafsu makan. Bayi yang dehidrasi mungkin merasa lemas dan tidak bersemangat untuk makan. Penting untuk selalu memastikan bayi mendapatkan cukup cairan.

BACA JUGA:   Cacar Air pada Bayi: Penyebab, Gejala, dan Pencegahan

2. Mengidentifikasi Gejala-Gejala Lainnya

Selain menolak makan, bayi dengan cacar air mungkin menunjukkan gejala lain yang perlu diperhatikan. Perhatikan tanda-tanda berikut ini:

  • Demam tinggi: Suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius.
  • Ruam kulit yang gatal: Ruam berupa bintik-bintik merah yang berisi cairan, yang kemudian menjadi keropeng.
  • Kelelahan dan lesu: Bayi tampak lemas dan tidak berenergi.
  • Sakit kepala: Bayi mungkin rewel dan menangis lebih sering.
  • Mual dan muntah: Bayi mungkin muntah setelah makan atau minum.
  • Pembesaran kelenjar getah bening: Kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan mungkin membengkak.
  • Sulit bernapas: Dalam kasus yang jarang terjadi, bayi mungkin mengalami kesulitan bernapas karena ruam di saluran pernapasan.

Gejala-gejala ini penting untuk dipantau, karena dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit dan membantu dokter dalam menentukan penanganan yang tepat.

3. Strategi Memberi Makan Bayi dengan Cacar Air

Memberi makan bayi dengan cacar air membutuhkan strategi khusus. Tujuan utama adalah memastikan bayi tetap terhidrasi dan mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, meski hanya sedikit demi sedikit. Berikut beberapa tips:

  • Sering Memberi Makan dengan Porsi Kecil: Daripada memberikan makanan dalam porsi besar yang mungkin membuat bayi merasa tidak nyaman, berikan makanan dalam porsi kecil tetapi lebih sering.

  • Makanan yang Lembut dan Mudah Ditelan: Pilih makanan yang lunak, mudah dikunyah, dan tidak akan mengiritasi ruam di mulut. Bubur, sup, yogurt, dan pure buah adalah pilihan yang baik. Hindari makanan yang keras, asam, pedas, atau terlalu panas.

  • Cairan yang Cukup: Pastikan bayi tetap terhidrasi dengan memberikan ASI atau susu formula lebih sering. Anda juga bisa memberikan cairan elektrolit oral jika bayi mengalami dehidrasi.

  • Suhu Makanan: Pastikan makanan tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari rasa tidak nyaman di mulut. Suhu ruangan atau sedikit hangat adalah ideal.

  • Posisi Makan yang Nyaman: Dudukkan bayi dengan nyaman saat makan. Posisi tegak dapat membantu mencegah muntah.

  • Makanan Favorit: Cobalah memberikan makanan favorit bayi, meskipun hanya dalam jumlah sedikit. Hal ini dapat meningkatkan keinginan bayi untuk makan.

  • Jangan Memaksa: Jangan memaksa bayi untuk makan jika ia menolak. Coba lagi setelah beberapa saat. Tekanan dapat meningkatkan kecemasan bayi dan memperburuk situasi.

BACA JUGA:   Cacar Air pada Bayi: Panduan Lengkap untuk Orang Tua

4. Kapan Harus Membawa Bayi ke Dokter?

Meskipun sebagian besar kasus cacar air pada bayi dapat ditangani di rumah, ada beberapa situasi yang memerlukan perhatian medis segera. Segera bawa bayi ke dokter jika:

  • Demam tinggi yang tidak kunjung turun: Demam di atas 38,5 derajat Celcius yang berlangsung lebih dari 24 jam.
  • Sulit bernapas: Bayi mengalami kesulitan bernapas atau napas berbunyi.
  • Dehidrasi: Bayi tampak sangat lemas, mulut kering, dan sedikit atau tidak buang air kecil.
  • Ruam yang meluas dan parah: Ruam yang menyebar dengan cepat atau disertai pembengkakan.
  • Muntah yang hebat dan terus-menerus: Bayi terus-menerus muntah dan tidak dapat mempertahankan cairan.
  • Kejang: Bayi mengalami kejang.
  • Lemas dan letargi yang berlebihan: Bayi sangat lesu dan tidak responsif.

Jangan ragu untuk mencari bantuan medis jika Anda merasa khawatir tentang kondisi bayi Anda. Perawatan medis yang tepat waktu dapat mencegah komplikasi serius.

5. Pencegahan Cacar Air

Meskipun tidak ada pengobatan khusus untuk cacar air, pencegahan sangat penting. Vaksin cacar air sangat efektif dalam mencegah penyakit ini. Vaksin ini umumnya diberikan pada usia 12-15 bulan, dengan dosis penguat di usia 4-6 tahun. Meskipun sudah terkena cacar air, pemberian vaksin tetap direkomendasikan.

Selain vaksinasi, menjaga kebersihan dan menghindari kontak langsung dengan penderita cacar air juga penting. Mencuci tangan secara teratur dan menghindari berbagi barang pribadi seperti mainan dan peralatan makan dapat membantu mencegah penyebaran virus.

6. Pengobatan Dukungan untuk Bayi dengan Cacar Air

Selain memastikan asupan nutrisi dan cairan yang cukup, pengobatan suportif lain dapat membantu meredakan gejala cacar air pada bayi. Ini termasuk:

  • Obat penurun panas (antipiretik): Seperti paracetamol atau ibuprofen, dapat digunakan untuk menurunkan demam. Ikuti petunjuk dosis yang direkomendasikan oleh dokter atau apoteker, dan pastikan untuk menggunakan dosis yang tepat sesuai berat badan bayi.

  • Obat antihistamin: Dapat membantu mengurangi gatal-gatal akibat ruam. Namun, penggunaan antihistamin pada bayi harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.

  • Kompres dingin: Menempelkan kompres dingin pada ruam dapat membantu meredakan gatal dan mengurangi ketidaknyamanan.

  • Mandi air hangat: Mandi air hangat dapat membantu meredakan gatal dan membersihkan kulit. Hindari menggosok kulit terlalu keras.

  • Potong kuku bayi: Potong kuku bayi agar pendek untuk mencegah bayi menggaruk ruam dan menyebabkan infeksi sekunder.

BACA JUGA:   Lafaz Niat Aqiqah Anak Perempuan: Panduan Lengkap dan Rujukan Hukum

Penting untuk diingat bahwa informasi dalam artikel ini hanya untuk tujuan edukasi dan tidak boleh dijadikan sebagai pengganti konsultasi medis. Selalu konsultasikan dengan dokter atau tenaga kesehatan profesional untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat untuk bayi Anda.

Also Read

Bagikan:

Tags