Muntah merupakan hal yang umum terjadi pada bayi, baik yang diberi ASI maupun susu formula. Namun, muntah berwarna kuning pada bayi yang diberi ASI perlu mendapat perhatian khusus karena bisa menjadi indikasi beberapa kondisi medis. Warna kuning pada muntahan menandakan adanya bilirubin, pigmen kuning yang dihasilkan dari pemecahan sel darah merah. Tingkat bilirubin yang tinggi dalam muntahan bayi bisa menandakan masalah kesehatan yang serius, sehingga penting untuk memahami penyebab, gejala terkait, dan langkah-langkah penanganan yang tepat. Artikel ini akan membahas secara detail berbagai kemungkinan penyebab muntah kuning pada bayi ASI, serta kapan Anda perlu mencari bantuan medis.
Refluks Gastroesofageal (GER)
Refluks gastroesofageal (GER) atau dikenal juga sebagai muntah susu adalah kondisi umum pada bayi, di mana isi lambung kembali naik ke kerongkongan. GER pada bayi seringkali ditandai dengan muntah yang sering, namun biasanya berwarna putih atau kuning pucat, dan tidak selalu disertai gejala lain. Muntahan kuning pada GER biasanya disebabkan oleh adanya sedikit empedu yang ikut terbawa naik. Empedu sendiri berwarna kuning kehijauan dan diproduksi oleh hati untuk membantu pencernaan lemak. Pada kasus GER, jumlah empedu yang ikut terbawa relatif sedikit sehingga muntahan umumnya masih tergolong encer.
Bayi dengan GER biasanya tumbuh dan berkembang dengan baik. Mereka biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti penurunan berat badan yang signifikan, lesu, atau mata cekung. Namun, jika muntahan disertai dengan gejala lain seperti demam, penurunan berat badan, muntah yang proyektil (kuat dan menyembur), atau darah dalam muntahan, maka diperlukan pemeriksaan medis segera.
Perlu dibedakan antara GER dan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). GERD merupakan kondisi yang lebih serius di mana refluks asam lambung menyebabkan iritasi pada kerongkongan. GERD pada bayi biasanya ditandai dengan muntah yang lebih sering dan deras, disertai dengan gejala lain seperti kesulitan menelan, batuk kronis, dan iritabilitas.
Penyumbatan Usus
Penyumbatan usus, atau ileus, merupakan kondisi yang lebih serius yang dapat menyebabkan muntah kuning pada bayi. Penyumbatan ini dapat terjadi karena berbagai sebab, termasuk volvulus (perputaran usus), atresia usus (kelainan bawaan di mana sebagian usus tidak berkembang), atau intususepsi (masuknya sebagian usus ke dalam bagian usus lainnya). Pada kondisi ini, muntahan akan berwarna kuning kehijauan dan mungkin bercampur dengan lendir atau bahkan darah.
Selain muntah kuning, bayi dengan penyumbatan usus juga mungkin menunjukkan gejala lain seperti perut kembung, tidak buang air besar atau buang gas, dan tampak lesu atau rewel. Kondisi ini merupakan keadaan darurat medis yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah komplikasi serius seperti nekrosis usus (kematian jaringan usus). Penanganan biasanya melibatkan pembedahan untuk memperbaiki penyumbatan.
Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia merupakan kondisi di mana kadar bilirubin dalam darah meningkat. Bilirubin dihasilkan dari pemecahan sel darah merah. Peningkatan kadar bilirubin dapat menyebabkan kulit dan putih mata bayi menguning (ikterus). Meskipun ikterus seringkali merupakan kondisi yang jinak dan dapat sembuh sendiri, peningkatan kadar bilirubin yang sangat tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak (kern ikterus).
Pada beberapa kasus hiperbilirubinemia, muntahan bayi dapat berwarna kuning karena bilirubin ikut keluar bersama muntahan. Namun, muntahan kuning pada hiperbilirubinemia biasanya bukan gejala utama. Gejala utama hiperbilirubinemia adalah menguningnya kulit dan putih mata. Diagnosis hiperbilirubinemia dilakukan dengan pemeriksaan kadar bilirubin dalam darah. Penanganan tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan hiperbilirubinemia, dan mungkin melibatkan terapi cahaya atau transfusi darah.
Infeksi
Beberapa infeksi, seperti gastroenteritis (infeksi saluran cerna), dapat menyebabkan muntah kuning pada bayi. Gastroenteritis biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri, dan ditandai dengan muntah, diare, dan demam. Muntahan pada gastroenteritis bisa berwarna kuning karena adanya empedu.
Selain muntah kuning, bayi dengan gastroenteritis juga mungkin menunjukkan gejala lain seperti diare (yang mungkin encer atau berlendir), demam, kehilangan nafsu makan, dan lemas. Penanganan gastroenteritis biasanya bersifat suportif, berfokus pada mencegah dehidrasi dan meredakan gejala. Dalam beberapa kasus, antibiotik mungkin diperlukan jika infeksi disebabkan oleh bakteri.
Alergi atau Intoleransi Makanan
Meskipun bayi hanya mengonsumsi ASI, ibu menyusui dapat mengonsumsi makanan tertentu yang dapat menyebabkan alergi atau intoleransi pada bayi. Contohnya adalah alergi terhadap protein susu sapi (terdapat pada susu dan produk olahannya) atau alergi terhadap kacang-kacangan. Reaksi alergi dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk muntah kuning.
Muntah kuning akibat alergi atau intoleransi makanan biasanya disertai gejala lain seperti ruam kulit, diare, dan kesulitan bernapas. Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan alergi dan eliminasi diet. Penanganan melibatkan menghindari makanan yang menyebabkan alergi atau intoleransi.
Kapan Harus ke Dokter?
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika bayi Anda mengalami muntah kuning yang disertai gejala berikut:
- Muntah yang proyektil (kuat dan menyembur): Ini bisa menjadi tanda penyumbatan usus atau kondisi serius lainnya.
- Muntah berwarna hijau atau bercampur darah: Ini menandakan masalah serius dan membutuhkan perhatian segera.
- Demam tinggi: Demam tinggi bisa mengindikasikan infeksi.
- Penurunan berat badan yang signifikan: Ini bisa menandakan dehidrasi atau masalah penyerapan nutrisi.
- Bayi tampak lesu atau rewel: Ini bisa menandakan bahwa bayi sedang sakit.
- Tidak buang air besar atau buang gas: Ini bisa menjadi tanda penyumbatan usus.
- Kulit dan putih mata menguning (ikterus): Ini bisa mengindikasikan hiperbilirubinemia.
- Muntah yang berulang dan tidak kunjung berhenti: Dehidrasi bisa terjadi jika muntah berlangsung lama.
Muntah kuning pada bayi ASI perlu dievaluasi oleh dokter untuk menentukan penyebab yang mendasarinya dan mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan menunda untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda memiliki kekhawatiran tentang kesehatan bayi Anda. Informasi dalam artikel ini bersifat edukatif dan tidak dapat menggantikan konsultasi dengan tenaga medis profesional.