Bayi 9 Bulan Muntah Setelah Minum ASI: Penyebab, Gejala, dan Penanganan

Ratna Dewi

Muntah pada bayi, khususnya setelah menyusui, merupakan kondisi yang seringkali membuat orang tua khawatir. Bayi usia 9 bulan sudah mulai mencoba berbagai makanan pendamping ASI (MPASI), sehingga penyebab muntah bisa lebih beragam dibandingkan bayi yang masih eksklusif ASI. Artikel ini akan membahas secara detail berbagai kemungkinan penyebab bayi 9 bulan muntah setelah minum ASI, beserta gejala-gejala yang menyertainya dan langkah-langkah penanganan yang tepat. Informasi ini disusun berdasarkan berbagai sumber terpercaya di bidang kesehatan anak. Penting untuk diingat bahwa informasi ini bersifat edukatif dan bukan pengganti konsultasi dengan dokter. Jika bayi Anda muntah secara berlebihan atau menunjukkan gejala lain yang mengkhawatirkan, segera hubungi dokter atau tenaga medis profesional.

1. Refluks Gastroesofageal (GER)

Refluks gastroesofageal (GER) adalah kondisi umum pada bayi yang ditandai dengan naiknya isi lambung kembali ke kerongkongan. Pada bayi 9 bulan, GER seringkali terjadi karena otot sfingter esofagus bawah (LES) yang masih belum berkembang sempurna. LES berperan sebagai katup antara lambung dan kerongkongan, dan jika otot ini lemah, isi lambung mudah kembali ke atas. Bayi dengan GER mungkin muntah setelah minum ASI, tetapi muntahan umumnya berupa semburan kecil dan tidak disertai dengan gejala lain yang berat. Muntahan biasanya bersifat asam dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit di sekitar mulut.

GER pada bayi umumnya jinak dan akan membaik seiring pertumbuhan. Namun, jika muntah sangat sering, disertai berat badan yang tidak naik, atau bayi tampak kesakitan, konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut. Beberapa strategi untuk mengurangi GER meliputi pemberian ASI dalam jumlah sedikit dan sering, menjaga posisi tegak bayi setelah menyusui selama 30 menit, dan menghindari makanan yang dapat memicu refluks pada bayi yang sudah mulai MPASI.

BACA JUGA:   Ketahanan Susu Formula Bayi Setelah Diseduh

2. Alergi Protein Susu Sapi (APMS)

Meskipun bayi Anda hanya mengonsumsi ASI, alergi protein susu sapi (APMS) masih bisa menjadi penyebab muntah. Ini terjadi jika ibu mengonsumsi produk susu sapi dan proteinnya masuk ke dalam ASI. Bayi dengan APMS akan menunjukkan berbagai reaksi, termasuk muntah, diare, ruam kulit, dan masalah pernapasan. Muntah akibat APMS biasanya bukan semburan kecil, melainkan muntahan yang lebih kuat dan mungkin disertai darah atau lendir.

Jika Anda mencurigai APMS, konsultasikan dengan dokter. Dokter mungkin menyarankan untuk melakukan eliminasi susu sapi dari diet Anda atau mempertimbangkan penggunaan formula hypoallergenic untuk bayi. Tes alergi mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis. Pengobatan APMS berfokus pada menghindari alergen dan mengelola gejala. Dalam kasus yang parah, bayi mungkin memerlukan perawatan medis yang lebih intensif.

3. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), seperti flu atau batuk pilek, dapat menyebabkan muntah pada bayi. Muntah pada kasus ISPA seringkali disebabkan oleh refleks muntah yang dipicu oleh lendir atau dahak yang mengiritasi tenggorokan. Selain muntah, bayi juga akan mengalami gejala lain seperti demam, pilek, batuk, dan nafsu makan yang menurun.

Pengobatan ISPA berfokus pada meringankan gejala. Anda dapat memberikan banyak cairan kepada bayi untuk mencegah dehidrasi dan menggunakan obat-obatan pereda demam dan batuk sesuai petunjuk dokter. Istirahat yang cukup juga sangat penting untuk membantu bayi pulih.

4. Gastroenteritis (Infeksi Saluran Cerna)

Gastroenteritis, atau infeksi virus atau bakteri pada saluran pencernaan, juga dapat menyebabkan muntah pada bayi. Gejala lain yang menyertai gastroenteritis meliputi diare, demam, dan kram perut. Muntah pada gastroenteritis dapat bersifat hebat dan berlangsung selama beberapa hari. Dehidrasi adalah komplikasi serius dari gastroenteritis, oleh karena itu penting untuk memastikan bayi mendapatkan cukup cairan. Pengobatan berfokus pada mengatasi dehidrasi dan meringankan gejala. Dalam beberapa kasus, antibiotik mungkin diperlukan jika infeksi disebabkan oleh bakteri.

BACA JUGA:   ASI Berkurang Pada Bayi 7 Bulan: Penyebab, Solusi, dan Hal yang Perlu Diperhatikan

5. Intoleransi Laktosa

Intoleransi laktosa adalah kondisi di mana tubuh tidak mampu mencerna laktosa, gula yang terdapat dalam susu. Meskipun ASI mengandung laktosa, intoleransi laktosa relatif jarang terjadi pada bayi yang masih menyusu. Namun, jika terjadi, bayi mungkin mengalami muntah, diare, perut kembung, dan gas setelah minum ASI. Pengobatan untuk intoleransi laktosa biasanya melibatkan menghindari produk susu atau mengonsumsi enzim laktase untuk membantu pencernaan.

6. Penyebab Lain yang Jarang Terjadi

Selain penyebab yang telah disebutkan di atas, ada beberapa penyebab lain yang lebih jarang terjadi yang dapat menyebabkan muntah pada bayi 9 bulan setelah minum ASI. Beberapa di antaranya meliputi:

  • Stenosis pilorus: Penyempitan otot di antara lambung dan usus halus.
  • Atresia duodenal: Kelainan bawaan di mana bagian dari usus halus tidak berkembang dengan sempurna.
  • Obstruksi usus: Penyumbatan pada usus.
  • Refluks gastroesofageal berat (GERD): Bentuk GER yang lebih parah yang memerlukan perawatan medis.
  • Pyloric stenosis: Suatu kondisi dimana otot yang menghubungkan lambung dan usus kecil menyempit, sehingga menyebabkan muntah yang kuat dan proyektil.

Kondisi-kondisi ini memerlukan perawatan medis segera. Jika bayi Anda mengalami muntah yang hebat, muntah yang mengandung darah, atau menunjukkan gejala lain yang mengkhawatirkan, segera hubungi dokter untuk evaluasi dan pengobatan yang tepat. Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius. Pemeriksaan fisik dan tes diagnostik, seperti USG perut, mungkin diperlukan untuk menentukan penyebab muntah dan merencanakan pengobatan yang tepat.

Also Read

Bagikan:

Tags