Menyusui merupakan pengalaman yang penuh kebahagiaan dan ikatan bagi ibu dan bayi. Namun, terkadang perjalanan menyusui tidak selalu berjalan mulus. Salah satu tantangan yang sering dihadapi ibu adalah bayi yang tiba-tiba menolak ASI pada usia 5 bulan. Kondisi ini bisa menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran bagi orang tua. Memahami penyebab di balik penolakan ini dan mencari solusi yang tepat sangat penting untuk memastikan bayi tetap mendapatkan nutrisi yang cukup dan tumbuh kembangnya optimal.
Perubahan Perkembangan dan Minat pada Lingkungan Sekitar
Pada usia 5 bulan, bayi mengalami perkembangan pesat, baik secara fisik maupun kognitif. Mereka mulai lebih aktif, penasaran, dan tertarik pada lingkungan sekitar. Hal ini dapat berdampak pada pola makan mereka. Bayi mungkin lebih tertarik untuk mengamati mainan, orang-orang di sekitarnya, atau bahkan hanya sekedar menjelajahi dunia di sekitarnya. Perhatian mereka yang teralihkan ini bisa membuat mereka kurang fokus pada proses menyusui dan lebih mudah merasa bosan atau terganggu.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi pada usia ini mulai mengembangkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap lingkungan. Kemampuan mereka untuk memfokuskan pandangan juga meningkat. Akibatnya, mereka lebih mudah terdistraksi selama menyusui. Stimulasi visual dan auditori yang berlebihan dapat membuat bayi merasa kewalahan dan menolak untuk menyusu. Mengurangi stimulasi yang berlebihan selama menyusui, seperti mematikan televisi atau meredupkan lampu, dapat membantu meningkatkan fokus bayi pada proses menyusui.
Munculnya Gigi dan Rasa Tidak Nyaman pada Gusi
Munculnya gigi pada bayi usia 5 bulan juga bisa menjadi penyebab bayi menolak ASI. Proses tumbuh gigi seringkali disertai rasa nyeri, bengkak, dan gusi yang terasa gatal. Rasa tidak nyaman ini dapat membuat bayi rewel, sulit fokus, dan enggan untuk menyusu. Tekanan pada gusi saat menyusu dapat memperparah rasa sakit yang dirasakan.
Untuk mengatasi hal ini, ibu dapat memberikan pijatan lembut pada gusi bayi dengan jari yang bersih. Memberikan mainan gigitan yang dingin juga dapat membantu meredakan rasa sakit dan bengkak pada gusi. Pastikan mainan gigitan tersebut aman dan terbuat dari bahan yang tidak beracun. Konsultasi dengan dokter gigi anak juga bisa dilakukan jika rasa sakit yang dialami bayi tergolong parah.
Perubahan dalam Produksi ASI atau Rasa ASI
Perubahan dalam produksi ASI, baik berkurang maupun meningkat, bisa memengaruhi nafsu menyusu bayi. Produksi ASI yang berkurang dapat membuat bayi merasa kurang puas setelah menyusu, sehingga ia akan lebih sering meminta ASI atau bahkan menolak menyusu karena merasa ASI yang keluar tidak cukup. Sebaliknya, produksi ASI yang terlalu banyak bisa menyebabkan bayi merasa kewalahan dan menolak menyusu karena ASI yang keluar terlalu deras dan menyebabkan bayi tersedak.
Selain itu, perubahan rasa ASI juga bisa memengaruhi selera bayi. Apa yang ibu makan dan minum dapat memengaruhi rasa ASI. Jika ibu mengonsumsi makanan atau minuman dengan rasa yang kuat, hal ini bisa membuat rasa ASI berubah dan bayi tidak menyukainya. Perubahan hormonal pada ibu juga dapat memengaruhi rasa ASI. Untuk mengatasi hal ini, ibu perlu memperhatikan pola makannya dan memastikan asupan nutrisi yang cukup serta seimbang.
Posisi Menyusui yang Tidak Nyaman
Posisi menyusui yang tidak tepat dapat menyebabkan bayi merasa tidak nyaman dan menolak untuk menyusu. Bayi mungkin merasa kesulitan untuk mengisap puting dengan benar atau mengalami tekanan pada tubuhnya. Ibu perlu memastikan posisi menyusui yang nyaman, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk bayi. Bayi perlu merasa aman dan terdukung dengan baik selama proses menyusui.
Posisi yang benar akan memungkinkan bayi untuk menempel dengan baik pada payudara ibu, sehingga bayi dapat mengisap dengan efektif dan mendapatkan ASI dengan lancar. Ibu dapat mencoba berbagai posisi menyusui, seperti posisi cradle, football hold, atau side-lying, untuk menemukan posisi yang paling nyaman. Konsultasi dengan konselor laktasi dapat membantu menemukan teknik menyusui yang tepat dan mengatasi kesulitan dalam posisi menyusui.
Masalah Kesehatan Bayi atau Ibu
Bayi yang mengalami masalah kesehatan, seperti infeksi telinga, flu, atau sariawan, bisa menolak menyusu karena merasa tidak nyaman. Rasa sakit yang mereka alami akan mengalihkan perhatian mereka dari proses menyusui. Kondisi kesehatan ibu juga dapat memengaruhi produksi dan rasa ASI. Stress, kelelahan, dan penyakit pada ibu dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas ASI.
Jika bayi menolak menyusu dan disertai gejala lain seperti demam, muntah, diare, atau ruam kulit, segera konsultasikan dengan dokter. Pemeriksaan medis diperlukan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit yang dialami bayi. Ibu juga harus memperhatikan kesehatan dirinya sendiri dan mencari bantuan medis jika mengalami masalah kesehatan yang dapat memengaruhi produksi ASI.
Penggunaan Dot atau Botol Susu
Penggunaan dot atau botol susu dapat memengaruhi teknik menyusu bayi dan menyebabkan bayi menolak ASI. Bayi mungkin lebih menyukai aliran ASI dari botol yang lebih cepat dan mudah daripada harus bekerja keras untuk mengisap ASI dari payudara. Hal ini dapat menyebabkan puting susu menjadi bingung (nipple confusion), dimana bayi lebih memilih dot daripada payudara.
Jika ibu menggunakan dot atau botol susu, disarankan untuk menghindari penggunaan ini sebisa mungkin, terutama pada beberapa minggu pertama setelah kelahiran. Jika harus menggunakannya, usahakan untuk tetap memberikan ASI sebagai sumber nutrisi utama dan pertahankan kontak kulit langsung dengan bayi untuk meningkatkan ikatan dan stimulasi produksi ASI. Konsultasi dengan konselor laktasi dapat memberikan panduan lebih lanjut mengenai penggunaan dot atau botol susu dan dampaknya pada menyusui.