Aqiqah: Tradisi, Hukum, dan Tata Cara Penyaluran Daging yang Dinazarkan

Ratna Dewi

Aqiqah adalah salah satu tradisi yang kaya akan nilai dan hukum dalam Islam. Ia tidak hanya sekedar ritual penyembelihan hewan, tetapi juga sarana untuk berbagi kebahagiaan atas kelahiran seorang anak. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam mengenai aqiqah yang dinazarkan dan bagaimana dagingnya harus disalurkan sesuai dengan syariat Islam.

Pengertian Aqiqah dan Dasar Hukumnya

Aqiqah berasal dari kata ‘aq yang berarti memotong. Dalam konteks syariat, aqiqah adalah penyembelihan hewan tertentu sebagai bentuk syukur kepada Allah atas kelahiran seorang anak. Hukum aqiqah adalah sunnah muakkad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang mampu.

Ketentuan Hewan Aqiqah

Hewan yang disyariatkan untuk aqiqah adalah kambing atau domba. Untuk anak laki-laki, disunnahkan dua ekor, sedangkan untuk anak perempuan satu ekor. Hewan aqiqah harus memenuhi kriteria tertentu seperti sehat, tidak cacat, dan telah mencapai umur tertentu.

Niat dan Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Niat dalam aqiqah adalah penting karena menentukan keabsahan ibadah. Aqiqah disunnahkan dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, namun jika ada kendala, bisa dilaksanakan kapan saja sebelum anak tersebut baligh.

Tata Cara Penyembelihan dan Doa

Penyembelihan hewan aqiqah dilakukan dengan tata cara yang telah ditentukan, termasuk membaca doa khusus saat menyembelih. Doa ini dimaksudkan untuk memohon diterimanya aqiqah sebagai bentuk syukur dan penebusan bagi sang anak.

Penyaluran Daging Aqiqah

Daging aqiqah yang dinazarkan harus disalurkan dengan cara yang benar. Daging harus dimasak terlebih dahulu dan kemudian disedekahkan kepada orang-orang yang membutuhkan, terutama fakir miskin. Menurut beberapa pendapat, mengundang mereka untuk makan bersama di rumah lebih disukai daripada mengirimkan daging yang sudah dimasak[1].

BACA JUGA:   Apakah Ibu Menyusui Boleh Minum Adem Sari?

Etika dan Adab dalam Aqiqah

Dalam pelaksanaan aqiqah, ada etika dan adab yang harus dijaga, seperti tidak berlebihan dalam penyelenggaraan walimah dan menjauhi sikap pamer atau riya. Tujuan utama aqiqah adalah berbagi kebahagiaan dan keberkahan, bukan kompetisi sosial.

Dengan memahami dan mengikuti ketentuan-ketentuan di atas, aqiqah yang dinazarkan dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan syariat Islam. Semoga artikel ini memberikan manfaat dan pengetahuan yang berguna bagi pembaca yang ingin melaksanakan aqiqah.

Also Read

Bagikan: