Alergi Susu Sapi pada Bayi: Sampai Usia Berapa dan Bagaimana Mengatasinya?

Dewi Saraswati

Alergi susu sapi (ASS) merupakan salah satu alergi makanan yang paling umum pada bayi. Reaksi alergi dapat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang mengancam jiwa. Pertanyaan yang sering muncul dari orang tua adalah: sampai umur berapa alergi ini akan berlangsung? Jawabannya tidak sesederhana "sampai usia X". Durasi alergi susu sapi sangat individual dan bervariasi dari bayi ke bayi. Artikel ini akan membahas secara detail tentang alergi susu sapi pada bayi, termasuk durasi, gejala, diagnosis, dan manajemennya.

Gejala Alergi Susu Sapi pada Bayi

Gejala alergi susu sapi pada bayi bisa beragam dan muncul dalam beberapa bentuk, baik reaksi segera maupun tertunda. Reaksi segera biasanya muncul dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi susu sapi atau produk olahannya. Reaksi tertunda bisa muncul hingga beberapa hari kemudian.

Gejala ringan: Gejala ringan termasuk ruam kulit (eksim atau urtikaria), gatal-gatal, diare, muntah, dan kolik. Bayi mungkin tampak rewel, mudah menangis, dan sulit tidur. Beberapa bayi juga mengalami refluks gastroesofageal (GER) yang lebih sering.

Gejala sedang: Gejala sedang dapat meliputi pembengkakan bibir, lidah, atau tenggorokan (angioedema), kesulitan bernapas (dispnea), dan batuk. Gejala ini memerlukan perhatian medis segera.

Gejala berat (Anafilaksis): Ini adalah reaksi alergi yang mengancam jiwa dan memerlukan perawatan medis darurat. Gejala meliputi kesulitan bernapas yang parah, penurunan tekanan darah, syok, dan kehilangan kesadaran. Anafilaksis merupakan kondisi yang sangat serius dan membutuhkan penanganan medis segera.

Diagnosis Alergi Susu Sapi

Diagnosis alergi susu sapi biasanya didasarkan pada riwayat gejala bayi dan pemeriksaan fisik oleh dokter. Dokter akan menanyakan riwayat alergi keluarga, pola makan bayi, dan detail tentang gejala yang dialami. Tes penunjang mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis.

BACA JUGA:   Alternatif Nutrisi Terbaik untuk Bayi dengan Alergi Susu Sapi

Tes kulit: Tes tusuk kulit (prick test) merupakan cara yang umum digunakan untuk mendiagnosis alergi. Sedikit ekstrak susu sapi diletakkan pada kulit dan kemudian kulit ditusuk dengan jarum steril. Reaksi positif ditunjukkan dengan munculnya benjolan merah dan gatal.

Tes darah: Tes darah, seperti Radioallergosorbent test (RAST), mengukur jumlah antibodi IgE spesifik terhadap protein susu sapi dalam darah. Tes ini dapat membantu mengidentifikasi alergi, terutama jika tes kulit tidak dapat dilakukan.

Eliminasi diet: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin menyarankan eliminasi susu sapi dari diet bayi untuk sementara waktu. Jika gejala membaik setelah menghilangkan susu sapi dari diet, hal ini mendukung diagnosis alergi susu sapi. Penggunaan susu formula bebas laktosa atau susu formula hidrolisat secara hati-hati, dan di bawah pengawasan medis, dapat membantu dalam proses eliminasi ini. Penting untuk diingat bahwa eliminasi diet harus dilakukan di bawah pengawasan dokter untuk memastikan nutrisi bayi tetap terpenuhi.

Pengobatan dan Manajemen Alergi Susu Sapi

Pengobatan utama alergi susu sapi adalah menghindari semua produk yang mengandung susu sapi. Ini berarti menghilangkan susu sapi, keju, yogurt, krim, dan produk olahan susu lainnya dari makanan bayi. Membaca label makanan dengan cermat sangat penting karena susu sapi dapat tersembunyi dalam banyak produk makanan olahan.

Susu formula alternatif: Untuk bayi yang diberi susu formula, dokter akan merekomendasikan susu formula alternatif seperti susu formula berbasis kedelai (dengan pertimbangan potensi alergi lain), susu formula berbasis hidrolisat protein susu sapi (extensively hydrolyzed formula), atau susu formula yang sangat terhidrolisis (amino acid based formula). Susu formula ini memecah protein susu sapi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga kurang mungkin menyebabkan reaksi alergi.

BACA JUGA:   Susu Formula Bayi: Alternatif Terdekat untuk Rasa ASI

Pengobatan gejala: Jika bayi mengalami gejala seperti ruam kulit, dokter mungkin meresepkan krim atau salep untuk meredakan gatal dan peradangan. Antihistamin juga dapat membantu meredakan gejala alergi seperti bersin, hidung berair, dan gatal-gatal.

Dalam kasus yang lebih serius, seperti anafilaksis, dokter mungkin meresepkan epinefrin (adrenalin) auto-injector (seperti EpiPen) untuk digunakan dalam keadaan darurat. Orang tua harus dilatih cara menggunakan auto-injector dengan benar.

Durasi Alergi Susu Sapi

Tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan "sampai umur berapa alergi susu sapi akan berlangsung?". Beberapa bayi mungkin tumbuh dari alergi susu sapi pada usia 1 tahun, sementara yang lain mungkin mengalami alergi hingga usia 3 tahun atau lebih. Beberapa studi menunjukkan bahwa sekitar 80% bayi dengan alergi susu sapi akan tumbuh dari alergi tersebut pada usia 3-5 tahun. Namun, ini hanya perkiraan dan setiap kasus sangat individual.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi durasi alergi susu sapi, termasuk keparahan alergi, usia onset alergi, dan riwayat alergi keluarga. Bayi dengan alergi yang lebih ringan cenderung tumbuh dari alergi lebih cepat daripada bayi dengan alergi yang lebih berat. Bayi yang mulai menunjukkan gejala alergi pada usia lebih muda juga mungkin tumbuh dari alergi lebih cepat daripada bayi yang mulai menunjukkan gejala pada usia lebih tua. Riwayat alergi keluarga juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi durasi alergi.

Pengenalan Kembali Susu Sapi

Setelah beberapa waktu menghindari susu sapi, dokter mungkin merekomendasikan pengenalan kembali susu sapi secara bertahap untuk melihat apakah bayi sudah tumbuh dari alergi. Pengenalan kembali harus dilakukan di bawah pengawasan dokter dan di lingkungan yang terkontrol. Dokter akan memantau bayi untuk melihat apakah ada reaksi alergi setelah konsumsi susu sapi. Pengenalan kembali harus dilakukan dengan hati-hati, dimulai dengan jumlah yang sangat kecil dan secara bertahap meningkatkan jumlahnya.

BACA JUGA:   Susu Manusia: Bukan Pilihan Terbaik untuk Kucing Kecil

Pencegahan Alergi Susu Sapi

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah alergi susu sapi, beberapa langkah mungkin dapat membantu mengurangi risiko. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui eksklusif selama beberapa bulan pertama kehidupan dapat membantu mengurangi risiko perkembangan alergi makanan, termasuk alergi susu sapi. Namun, penting untuk diingat bahwa menyusui tidak sepenuhnya mencegah alergi susu sapi. Jika ibu memiliki riwayat alergi atau memiliki bayi dengan risiko tinggi alergi, konsultasikan dengan dokter tentang strategi manajemen alergi yang tepat. Penting juga untuk menghindari paparan prematur terhadap susu sapi pada bayi yang berisiko tinggi. Pendekatan yang aman selalu lebih baik daripada pengobatan setelah reaksi alergi muncul.

Also Read

Bagikan:

Tags