Gumoh pada Bayi Baru Lahir Setelah Menyusu ASI: Penyebab, Pencegahan, dan Kapan Harus Khawatir

Retno Susanti

Gumoh merupakan hal yang umum terjadi pada bayi baru lahir, terutama setelah menyusu ASI. Meskipun terlihat mengkhawatirkan bagi orang tua baru, dalam banyak kasus, gumoh bukanlah suatu kondisi yang serius. Namun, memahami penyebabnya, cara pencegahannya, dan kapan harus mencari bantuan medis sangatlah penting. Artikel ini akan membahas secara detail berbagai aspek gumoh pada bayi yang disusui ASI, berdasarkan informasi dari berbagai sumber terpercaya di internet, termasuk situs web organisasi kesehatan dan artikel ilmiah.

1. Anatomi Pencernaan Bayi dan Mekanisme Gumoh

Bayi memiliki sistem pencernaan yang masih belum matang. Otot sfingter esofagus bawah (LES), yang berfungsi sebagai katup antara kerongkongan dan lambung, belum berkembang sepenuhnya. LES yang lemah ini menyebabkan isi lambung lebih mudah kembali ke kerongkongan dan keluar melalui mulut. Selain itu, kapasitas lambung bayi sangat kecil, sekitar 30-60 ml saat lahir, dan bertambah secara bertahap seiring pertumbuhannya. Karena kapasitasnya yang terbatas, jumlah ASI yang relatif sedikit pun dapat memicu gumoh.

Lebih lanjut, posisi lambung bayi yang horizontal, berbeda dengan orang dewasa yang vertikal, juga berkontribusi pada kemudahan gumoh. Posisi ini membuat isi lambung mudah terdorong ke atas. Bayi juga seringkali menelan udara saat menyusu, baik dari puting susu maupun botol. Udara yang terperangkap ini dapat menambah tekanan di dalam lambung dan memperbesar kemungkinan gumoh. Proses mencerna ASI itu sendiri juga menghasilkan gas, yang juga dapat berkontribusi pada gumoh.

Terakhir, perlu dibedakan antara gumoh dan muntah. Gumoh biasanya berupa sedikit cairan ASI yang keluar secara pasif, tanpa disertai upaya memuntahkan. Muntah, di sisi lain, biasanya berupa jumlah yang lebih banyak, lebih kuat, dan seringkali disertai rasa tidak nyaman pada bayi. Perbedaan ini penting untuk diidentifikasi dalam menentukan penanganan yang tepat.

BACA JUGA:   Menuju Pertumbuhan Optimal: Panduan Lengkap Susu untuk Bayi Berat Badan Kurang

2. Penyebab Gumoh pada Bayi yang Menyusu ASI

Selain faktor anatomi, beberapa faktor lain dapat meningkatkan frekuensi dan volume gumoh pada bayi yang menyusu ASI:

  • Teknik Menyusu yang Salah: Bayi yang tidak melekat dengan benar pada payudara ibu dapat menelan banyak udara, meningkatkan risiko gumoh. Posisi menyusu yang kurang tepat juga dapat menyebabkan hal yang sama.
  • Jumlah ASI yang Terlalu Banyak: Memberikan ASI terlalu banyak dalam sekali menyusu dapat membuat lambung bayi penuh dan memicu gumoh. Bayi cenderung menyusu lebih sering dengan jumlah yang lebih sedikit.
  • Refluks Gastroesofageal (GER): GER adalah kondisi di mana isi lambung kembali ke kerongkongan. Meskipun seringkali tidak berbahaya, GER yang parah dapat menyebabkan gejala seperti muntah yang kuat, penurunan berat badan, dan kesulitan bernapas. GER pada bayi seringkali tidak memerlukan pengobatan khusus dan akan membaik seiring dengan perkembangan sistem pencernaan.
  • Alergi atau Intoleransi Makanan: Meskipun jarang, alergi terhadap protein susu sapi dalam ASI ibu (jika ibu mengonsumsi produk susu sapi) atau intoleransi laktosa dapat menyebabkan gumoh, diare, dan gejala lainnya.
  • Penuhnya Lambung: Bayi yang selalu merasa kenyang karena terlalu sering menyusu atau ASI yang terlalu banyak dapat mengalami gumoh.
  • Posisi Setelah Menyusu: Menggendong bayi dalam posisi tegak selama beberapa waktu setelah menyusu dapat membantu mengurangi risiko gumoh. Membaringkan bayi terlentang juga dapat mengurangi tekanan pada lambung.

3. Cara Mengurangi Gumoh pada Bayi yang Menyusu ASI

Berikut beberapa strategi untuk mengurangi gumoh pada bayi yang menyusu ASI:

  • Teknik Menyusu yang Benar: Pastikan bayi melekat dengan benar pada payudara, dengan mulutnya mencakup sebagian besar areola. Konsultasikan dengan konselor laktasi jika Anda mengalami kesulitan.
  • Sering Menyusu dengan Porsi Sedikit: Memberikan ASI lebih sering dengan jumlah yang lebih sedikit dapat mengurangi beban pada lambung bayi.
  • Bersendawa Setelah Menyusu: Bersendawa membantu mengeluarkan udara yang tertelan saat menyusu. Cobalah berbagai teknik bersendawa untuk menemukan yang paling efektif untuk bayi Anda.
  • Posisi Menyusu yang Tepat: Posisi menyusu yang ergonomis dapat membantu mengurangi masuknya udara.
  • Menjaga Bayi Tegak Setelah Menyusu: Duduk atau menggendong bayi dalam posisi tegak selama sekitar 30 menit setelah menyusu dapat membantu mengurangi risiko gumoh.
  • Memilih Posisi Tidur yang Tepat: Tidurkan bayi dengan posisi miring atau sedikit meninggikan kepala tempat tidurnya dapat membantu mengurangi risiko gumoh saat tidur. Namun hindari penggunaan bantal atau alas tambahan karena dapat membahayakan bayi.
  • Perhatikan Pola Makan Ibu (jika alergi/intoleransi): Jika dicurigai adanya alergi atau intoleransi, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapat rekomendasi pola makan yang tepat.
BACA JUGA:   Mengenali Tanda-Tanda Alergi Susu Sapi pada Bayi

4. Kapan Harus Membawa Bayi ke Dokter?

Meskipun gumoh merupakan hal yang umum, ada beberapa kondisi yang memerlukan perhatian medis. Segera konsultasikan dengan dokter jika bayi Anda:

  • Gumoh dengan jumlah yang sangat banyak atau terus-menerus.
  • Mengalami dehidrasi (tanda-tanda dehidrasi meliputi: jarang buang air kecil, air mata sedikit atau tidak ada, mulut kering).
  • Menunjukkan tanda-tanda sakit atau ketidaknyamanan yang signifikan, seperti rewel berlebihan, muntah hijau atau berdarah, atau kesulitan bernapas.
  • Menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.
  • Gumoh disertai dengan diare atau demam.
  • Usia bayi di bawah 3 bulan dan gumoh disertai dengan gejala lain yang mengkhawatirkan.

5. Perbedaan Gumoh dan Muntah pada Bayi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penting untuk membedakan antara gumoh dan muntah. Gumoh biasanya berupa semburan cairan ASI yang kecil dan pasif, sedangkan muntah biasanya lebih kuat dan berupa jumlah yang lebih banyak. Muntah juga sering disertai dengan rasa tidak nyaman pada bayi. Jika bayi Anda muntah secara terus-menerus atau dengan jumlah yang banyak, segera konsultasikan dengan dokter.

6. Pentingnya Dukungan dan Informasi bagi Orang Tua

Menghadapi gumoh pada bayi baru lahir dapat menjadi pengalaman yang menantang bagi orang tua. Mendapatkan informasi yang akurat dan dukungan dari tenaga medis, seperti dokter anak atau konselor laktasi, sangat penting. Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan kekhawatiran Anda. Ingatlah bahwa gumoh seringkali merupakan kondisi yang tidak berbahaya dan akan membaik seiring waktu. Dengan pemahaman yang tepat dan dukungan yang memadai, Anda dapat mengatasi masalah ini dan memastikan kesehatan dan perkembangan bayi Anda. Cari informasi dari sumber terpercaya seperti situs web organisasi kesehatan, dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda memiliki kekhawatiran.

Also Read

Bagikan:

Tags