Dampak dan Penanggulangan Anak Belum Imunisasi Usia 18 Bulan

Ratna Dewi

Anak usia 18 bulan seharusnya sudah menerima sebagian besar imunisasi rutin yang direkomendasikan. Kegagalan mendapatkan imunisasi pada usia ini dapat berdampak serius pada kesehatan anak, meningkatkan risiko terkena penyakit-penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi (PD3I). Artikel ini akan membahas secara detail dampaknya, penyebabnya, serta langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi situasi ini.

Dampak Kesehatan Akibat Terlambat Imunisasi

Kegagalan mendapatkan imunisasi lengkap pada usia 18 bulan meningkatkan kerentanan anak terhadap berbagai penyakit infeksius yang serius, seperti:

  • Campak: Penyakit yang sangat menular ini dapat menyebabkan ruam kulit, demam tinggi, batuk, dan pilek. Dalam kasus yang parah, campak dapat menyebabkan pneumonia, ensefalitis (radang otak), dan bahkan kematian, terutama pada anak-anak yang kekurangan gizi atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Data WHO menunjukkan bahwa campak masih menjadi penyebab utama kematian anak di dunia, meskipun vaksinnya efektif dan aman.

  • Gondongan (Mumps): Penyakit ini ditandai dengan pembengkakan kelenjar parotis (kelenjar air liur di rahang bawah). Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi meningitis (radang selaput otak), ensefalitis, dan bahkan tuli.

  • Rubella (Campak Jerman): Walaupun umumnya menyebabkan gejala ringan, rubella dapat menimbulkan risiko serius bagi ibu hamil. Infeksi rubella selama kehamilan dapat menyebabkan cacat lahir yang parah pada janin, termasuk kerusakan jantung, mata, telinga, dan otak.

  • Difteri: Infeksi bakteri ini menyebabkan peradangan pada selaput lendir tenggorokan dan hidung, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan kematian.

  • Tetanus: Bakteri tetanus menyebabkan kejang otot yang hebat dan dapat mengancam jiwa. Bayi yang belum diimunisasi tetanus sangat rentan terhadap penyakit ini, terutama jika terluka.

  • Polio: Virus polio dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Meskipun kasus polio telah berkurang secara signifikan di seluruh dunia berkat program imunisasi, risiko masih ada di daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah.

  • Pertusis (Batuk Rejan): Penyakit ini ditandai dengan batuk yang hebat dan dapat menyebabkan kesulitan bernapas, terutama pada bayi. Pertusis dapat menyebabkan pneumonia dan bahkan kematian.

BACA JUGA:   Biaya Imunisasi Anak di Bidan: Panduan Lengkap dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Selain penyakit-penyakit di atas, terlambat imunisasi juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit lainnya dan memperburuk kondisi kesehatan anak secara umum. Sistem kekebalan tubuh yang kurang optimal akibat kurangnya imunisasi membuat anak lebih mudah terserang penyakit dan memperlambat proses penyembuhan.

Penyebab Anak Belum Imunisasi di Usia 18 Bulan

Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi pada rendahnya cakupan imunisasi pada anak usia 18 bulan. Faktor-faktor ini dapat saling berkaitan dan kompleks:

  • Kurangnya akses ke layanan kesehatan: Keterbatasan akses geografis, biaya layanan kesehatan yang tinggi, dan kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai, terutama di daerah terpencil atau pedesaan, merupakan kendala utama.

  • Kurangnya pengetahuan dan kesadaran: Kurangnya informasi yang akurat tentang pentingnya imunisasi dan manfaatnya bagi kesehatan anak dapat menyebabkan orang tua menunda atau menolak imunisasi. Mitos dan kesalahpahaman tentang efek samping imunisasi juga menjadi penyebabnya.

  • Hambatan budaya dan kepercayaan: Adanya kepercayaan tradisional atau budaya tertentu yang meragukan efektivitas atau keamanan imunisasi juga dapat mempengaruhi keputusan orang tua.

  • Faktor ekonomi: Biaya transportasi, kehilangan pendapatan akibat membawa anak ke fasilitas kesehatan, dan biaya vaksin itu sendiri dapat menjadi beban bagi keluarga dengan ekonomi lemah.

  • Sistem rujukan yang lemah: Sistem rujukan yang tidak efektif antara fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan dapat menyebabkan anak terlambat mendapatkan imunisasi yang dibutuhkan.

Peran Orang Tua dalam Menjaga Imunisasi Anak

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan anak mereka mendapatkan imunisasi lengkap. Hal ini meliputi:

  • Mencari informasi yang akurat: Orang tua perlu mendapatkan informasi yang benar dan terpercaya tentang imunisasi dari tenaga kesehatan profesional, seperti dokter atau petugas kesehatan di puskesmas.

  • Membuat jadwal imunisasi: Buatlah jadwal imunisasi dan patuhi jadwal tersebut dengan ketat. Berbicaralah dengan dokter anak tentang jadwal imunisasi yang sesuai untuk anak Anda.

  • Menanyakan kepada tenaga kesehatan: Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan kepada tenaga kesehatan mengenai imunisasi, termasuk efek samping dan manfaatnya.

  • Memastikan ketersediaan vaksin: Pastikan vaksin tersedia di fasilitas kesehatan terdekat. Jika tidak tersedia, tanyakan kepada tenaga kesehatan mengenai tempat lain yang menyediakan vaksin tersebut.

  • Menyampaikan informasi kepada orang lain: Berbagi informasi penting tentang imunisasi dengan keluarga, teman, dan komunitas dapat membantu meningkatkan kesadaran dan cakupan imunisasi.

BACA JUGA:   Imunisasi Wajib dan Tambahan untuk Anak Kelas 1 SD: Panduan Lengkap

Langkah-langkah Mengatasi Anak yang Belum Imunisasi di Usia 18 Bulan

Jika anak Anda belum mendapatkan imunisasi lengkap di usia 18 bulan, segera konsultasikan dengan dokter atau petugas kesehatan. Mereka akan melakukan penilaian terhadap kondisi kesehatan anak dan membuat rencana imunisasi yang tepat. Jangan menunda imunisasi, karena semakin cepat anak diimunisasi, semakin rendah risiko terkena penyakit. Dokter akan menjelaskan jadwal imunisasi susulan yang aman dan efektif untuk anak. Prosesnya mungkin melibatkan beberapa kali kunjungan untuk memberikan vaksin yang sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan anak.

Pentingnya Dukungan Pemerintah dan Lembaga Terkait

Pemerintah dan lembaga terkait memiliki peran yang krusial dalam meningkatkan cakupan imunisasi. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:

  • Meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan: Pemerintah perlu meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, termasuk penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai di daerah terpencil, serta subsidi biaya layanan kesehatan dan vaksin.

  • Meningkatkan kampanye kesehatan masyarakat: Kampanye publik yang efektif dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan mengatasi kesalahpahaman mengenai efek samping vaksin.

  • Peningkatan pelatihan tenaga kesehatan: Tenaga kesehatan perlu mendapatkan pelatihan yang memadai mengenai imunisasi, termasuk teknik pemberian vaksin dan penanganan efek samping.

  • Pemantauan dan evaluasi program imunisasi: Pemantauan dan evaluasi yang teratur dapat membantu mengidentifikasi hambatan dan tantangan dalam program imunisasi dan membantu merencanakan intervensi yang tepat.

Mitos dan Kesalahpahaman Mengenai Imunisasi

Banyak mitos dan kesalahpahaman yang beredar mengenai imunisasi. Beberapa mitos yang umum di antaranya adalah:

  • Imunisasi menyebabkan autisme: Studi ilmiah telah membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara imunisasi dan autisme.

  • Imunisasi terlalu banyak akan membebani sistem kekebalan tubuh: Sistem kekebalan tubuh anak mampu menangani beberapa vaksin sekaligus tanpa mengalami masalah.

  • Anak yang sehat tidak perlu diimunisasi: Imunisasi melindungi anak dari penyakit-penyakit berbahaya, bahkan anak yang sehat pun tetap membutuhkannya.

  • Imunisasi menyebabkan demam tinggi yang berbahaya: Demam ringan setelah imunisasi adalah hal yang umum dan biasanya dapat diatasi dengan obat penurun panas. Demam tinggi yang berbahaya jarang terjadi.

BACA JUGA:   Pentingnya Imunisasi untuk Bayi Baru Lahir: Perlindungan Pertama di Rumah Sakit

Penting bagi orang tua untuk mendapatkan informasi yang akurat dari sumber terpercaya untuk menghindari kesalahpahaman ini dan memastikan anak mereka mendapatkan imunisasi yang lengkap dan tepat waktu.

Also Read

Bagikan:

Tags