Aqiqah Laki-laki dan Perempuan: Panduan Lengkap Hukum, Tata Cara, dan Sunnah

Sri Wulandari

Aqiqah merupakan ibadah sunnah yang dianjurkan dalam Islam bagi orang tua yang baru dikaruniai bayi. Amalan ini memiliki keutamaan yang besar, baik bagi bayi itu sendiri maupun orang tuanya. Namun, masih banyak yang belum memahami secara detail perbedaan dan persamaan aqiqah antara bayi laki-laki dan perempuan, termasuk hukum, tata cara pelaksanaan, hingga sunnah-sunnah yang dianjurkan. Artikel ini akan membahas secara lengkap dan detail perbedaan serta persamaan aqiqah laki-laki dan perempuan berdasarkan berbagai sumber referensi keislaman.

Hukum Aqiqah dan Dalilnya

Hukum aqiqah adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Meskipun bukan kewajiban (fardhu), melaksanakan aqiqah sangat dianjurkan dan memiliki pahala yang besar. Hal ini didasarkan pada beberapa hadits Nabi Muhammad SAW, antara lain:

  • Hadits dari Ibnu Umar RA: Dari Ibnu Umar RA, ia berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan untuk berkurban atas bayi yang baru lahir berupa kambing.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan An-Nasa’i). Hadits ini secara umum menyebutkan perintah berkurban untuk bayi baru lahir, tanpa spesifik menyebutkan perbedaan jenis kelamin.

  • Hadits dari Aisyah RA: Dari Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW berkurban atas Hasan dan Husain, dua kambing.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menunjukkan contoh praktik aqiqah yang dilakukan Nabi SAW untuk kedua cucunya, meskipun tidak secara eksplisit membandingkan antara aqiqah laki-laki dan perempuan.

Meskipun tidak ada hadits yang secara eksplisit membedakan hukum aqiqah antara bayi laki-laki dan perempuan, para ulama sepakat bahwa hukumnya sama, yaitu sunnah muakkadah. Perbedaan hanya terletak pada jumlah hewan kurban yang disembelih.

Perbedaan Jumlah Hewan Kurban Laki-laki dan Perempuan

Perbedaan utama aqiqah laki-laki dan perempuan terletak pada jumlah hewan kurban yang disembelih. Untuk bayi laki-laki, dianjurkan menyembelih dua ekor kambing, sedangkan untuk bayi perempuan cukup satu ekor kambing. Perbedaan ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Abu Hurairah RA, yang berbunyi: “Barangsiapa yang ingin berkurban atas anaknya, maka untuk laki-laki dua ekor kambing dan untuk perempuan satu ekor kambing.” (HR. Ahmad)

BACA JUGA:   Bolehkah Ibu Menyusui Makan Jengkol Mentah? Panduan Lengkap untuk Keamanan ASI

Meskipun hadits ini memberikan perbedaan jumlah, penting untuk diingat bahwa ini adalah anjuran. Jika orang tua tidak mampu menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki, hanya menyembelih satu ekor juga diperbolehkan. Lebih baik melaksanakan aqiqah dengan satu kambing daripada tidak sama sekali. Sebaliknya, jika orang tua mampu, menambah kurban melebihi jumlah yang dianjurkan juga diperbolehkan.

Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Waktu pelaksanaan aqiqah idealnya dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Jika tidak memungkinkan, aqiqah dapat dilakukan pada hari ke-14 atau ke-21. Setelah melewati masa tersebut, aqiqah tetap sah dilakukan, hanya saja pahalanya akan semakin berkurang. Tidak ada batasan waktu maksimal untuk melaksanakan aqiqah, tetapi dianjurkan untuk segera melakukannya.

Penundaan aqiqah bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti kondisi kesehatan bayi, kondisi ekonomi keluarga, atau alasan lainnya. Yang terpenting adalah niat dan ikhtiar untuk melaksanakannya. Bahkan aqiqah bisa dilakukan ketika bayi tersebut sudah dewasa, asalkan masih hidup.

Tata Cara Pelaksanaan Aqiqah

Tata cara pelaksanaan aqiqah hampir sama antara aqiqah laki-laki dan perempuan. Berikut beberapa langkahnya:

  1. Niat: Membaca niat untuk berkurban aqiqah, dengan menyebutkan nama bayi dan jenis kelaminnya.
  2. Memilih Hewan Kurban: Memilih hewan kurban yang sehat, tidak cacat, dan memenuhi syarat syariat. Hewan kurban yang biasa digunakan adalah kambing.
  3. Penyembelihan: Penyembelihan hewan kurban dilakukan oleh orang yang ahli dan sesuai dengan syariat Islam.
  4. Pembagian Daging: Daging aqiqah dibagikan kepada keluarga, kerabat, tetangga, dan orang-orang miskin. Sebagian bisa juga dimasak untuk dimakan bersama keluarga. Sebaiknya daging aqiqah tidak dijual.
  5. Doa: Membaca doa setelah penyembelihan dan pembagian daging.

Sunnah-Sunnah dalam Aqiqah

Selain tata cara di atas, ada beberapa sunnah yang dianjurkan dalam pelaksanaan aqiqah, di antaranya:

  • Mencukur rambut bayi: Rambut bayi dicukur dan beratnya ditimbang dengan emas atau perak, kemudian disedekahkan. Ini merupakan sunnah yang dianjurkan, namun tidak wajib.
  • Memberi nama yang baik: Memberi nama yang baik kepada bayi merupakan sunnah yang sangat penting. Nama yang baik mengandung doa dan harapan baik untuk masa depan anak.
  • Mengajak kerabat dan tetangga: Mengajak kerabat dan tetangga untuk turut merayakan aqiqah merupakan bentuk silaturahmi dan berbagi kebahagiaan.
  • Membaca shalawat dan doa: Membaca shalawat dan doa untuk bayi dan keluarganya.
  • Bersedekah: Selain disedekahkannya timbangan rambut bayi, sebaiknya orang tua juga bersedekah sebagian dari biaya aqiqah.
BACA JUGA:   Bolehkah Busui Makan Tengah Malam? Menilik Kebutuhan Nutrisi dan Kesehatan

Keutamaan Mengerjakan Aqiqah

Aqiqah memiliki banyak keutamaan, antara lain:

  • Menyempurnakan syariat Islam: Aqiqah merupakan sunnah yang dianjurkan, melaksanakannya merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
  • Menjadi tanda syukur: Aqiqah merupakan wujud syukur kepada Allah SWT atas karunia seorang anak.
  • Membersihkan bayi dari dosa: Sebagian ulama berpendapat bahwa aqiqah dapat membersihkan bayi dari dosa-dosa yang mungkin telah dilakukan sebelum lahir.
  • Menjaga hubungan silaturahmi: Aqiqah dapat mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan tetangga.
  • Menjadi sebab rezeki dan keberkahan: Aqiqah diyakini dapat membawa rezeki dan keberkahan bagi keluarga.

Semoga uraian di atas dapat memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang aqiqah laki-laki dan perempuan. Semoga Allah SWT memudahkan kita semua dalam melaksanakan ibadah ini.

Also Read

Bagikan:

Tags