Imunisasi Bayi: Penyebab Demam dan Cara Mengatasinya

Retno Susanti

Demam merupakan salah satu efek samping yang umum terjadi setelah bayi mendapatkan imunisasi. Meskipun umumnya ringan dan sementara, demam pasca imunisasi tetap menjadi perhatian bagi orang tua. Penting untuk memahami jenis imunisasi mana yang lebih mungkin menyebabkan demam, serta bagaimana mengelola demam tersebut agar bayi tetap nyaman dan sehat. Artikel ini akan membahas secara rinci imunisasi yang sering dikaitkan dengan demam pada bayi, mekanisme terjadinya demam, dan cara penanganannya.

1. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Vaksin DPT merupakan salah satu imunisasi wajib yang diberikan kepada bayi. Vaksin ini melindungi bayi dari tiga penyakit berbahaya: difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Reaksi demam pasca imunisasi DPT cukup sering terjadi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), demam ringan (37.8-38.3°C) dapat terjadi pada sekitar 20-30% bayi setelah menerima vaksin DPT. Demam yang lebih tinggi (di atas 38.3°C) terjadi kurang sering, namun tetap mungkin terjadi. Reaksi ini disebabkan oleh sistem imun bayi yang merespon antigen dalam vaksin dengan memproduksi antibodi dan memicu respons inflamasi, yang dapat menyebabkan demam. Intensitas demam bervariasi tergantung pada respons imun individual setiap bayi.

Beberapa studi menunjukkan bahwa vaksin DPT mengandung komponen yang lebih cenderung memicu demam dibandingkan dengan vaksin lain, hal ini disebabkan karena vaksin DPT merupakan vaksin kombinasi yang mengandung antigen dari tiga penyakit sekaligus. Ketiga antigen ini merangsang sistem kekebalan tubuh dengan cara yang cukup kuat. Namun, penting untuk diingat bahwa demam setelah DPT umumnya tanda bahwa tubuh bayi sedang membangun kekebalan, dan bukan merupakan indikasi adanya masalah serius.

2. Imunisasi Hib (Haemophilus influenzae tipe b)

Vaksin Hib melindungi bayi dari infeksi bakteri Haemophilus influenzae tipe b, yang dapat menyebabkan penyakit serius seperti meningitis, pneumonia, dan epiglotitis. Sama seperti vaksin DPT, vaksin Hib juga dapat menyebabkan demam pada sebagian bayi. Meskipun tidak sering menyebabkan demam setinggi vaksin DPT, demam ringan tetap mungkin terjadi sebagai respons terhadap antigen dalam vaksin. Tingkat kejadian demam pasca imunisasi Hib lebih rendah dibandingkan dengan DPT, namun tetap perlu dipantau. Kejadian demam ini juga merupakan bagian dari respons imun normal terhadap vaksin.

BACA JUGA:   Jadwal Imunisasi Lengkap Anak Usia 3 Tahun: Panduan Komprehensif

Studi menunjukkan bahwa kombinasi vaksin Hib dengan vaksin DPT atau vaksin lain dalam satu suntikan, dapat sedikit meningkatkan kemungkinan terjadinya demam, meskipun secara umum tetap dalam kategori ringan. Namun, manfaat perlindungan dari vaksin Hib jauh lebih besar daripada risiko demam ringan yang mungkin terjadi.

3. Imunisasi Polio (Poliomyelitis)

Vaksin polio diberikan untuk melindungi bayi dari penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Terdapat dua jenis vaksin polio: vaksin polio oral (OPV) dan vaksin polio inaktivasi (IPV). IPV lebih umum digunakan saat ini dan umumnya menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan OPV. Demam setelah imunisasi polio IPV jarang terjadi, dan jika terjadi, biasanya ringan dan berlangsung singkat. OPV, meskipun jarang digunakan di banyak negara, memiliki potensi yang lebih tinggi untuk menyebabkan demam dan efek samping lainnya. Hal ini disebabkan karena OPV menggunakan virus polio yang dilemahkan, sementara IPV menggunakan virus polio yang telah diinaktivasi.

Penting untuk memperhatikan bahwa meskipun demam jarang terjadi setelah imunisasi polio IPV, pemantauan tetap diperlukan, terutama pada bayi dengan riwayat medis tertentu.

4. Imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)

Vaksin PCV melindungi bayi dari infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae, yang dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga tengah. Vaksin PCV juga memiliki potensi untuk menyebabkan demam, meskipun kejadiannya bervariasi tergantung pada formulasi vaksin dan usia bayi. Demam yang terjadi biasanya ringan dan dapat dikelola dengan pengobatan rumahan. Sama seperti vaksin lainnya, demam merupakan indikasi respons imun tubuh terhadap antigen dalam vaksin.

Beberapa formulasi vaksin PCV mungkin lebih cenderung menyebabkan demam daripada yang lain. Informasi lengkap tentang profil efek samping vaksin PCV tertentu dapat diperoleh dari dokter atau sumber informasi vaksin terpercaya.

BACA JUGA:   Panduan Lengkap Isi Buku KIA Imunisasi: Memahami Kesehatan Anak Secara Holistik

5. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)

Vaksin MMR, yang melindungi dari campak, gondongan, dan rubella, diberikan pada usia yang lebih tua (biasanya setelah usia 1 tahun). Meskipun tidak diberikan pada bayi, penting untuk memasukkannya dalam pembahasan karena merupakan vaksin yang sering dikaitkan dengan demam dan ruam. Demam setelah imunisasi MMR lebih sering terjadi dibandingkan beberapa vaksin lainnya yang diberikan pada bayi. Demam biasanya muncul 5-12 hari setelah imunisasi dan umumnya ringan sampai sedang. Ruam juga merupakan efek samping yang umum terjadi bersamaan dengan demam.

Walaupun demam pasca imunisasi MMR lebih umum, hal ini tetap merupakan bagian dari respons imun normal dan bukan indikasi adanya masalah serius. Penting untuk memantau suhu tubuh anak dan memberikan penanganan yang tepat jika demam terlalu tinggi atau disertai gejala lain yang mengkhawatirkan.

6. Mengelola Demam Pasca Imunisasi Bayi

Mengatur suhu tubuh bayi setelah imunisasi sangat penting. Demam ringan biasanya dapat dikelola di rumah dengan memberikan banyak cairan, kompres hangat, dan pakaian yang longgar. Paracetamol (asetaminofen) dapat diberikan sesuai dengan dosis yang direkomendasikan oleh dokter untuk menurunkan demam. Jangan pernah memberikan aspirin kepada bayi atau anak-anak karena risiko sindrom Reye.

Jika demam bayi sangat tinggi (di atas 39°C), berlangsung lebih dari 24 jam, disertai dengan gejala lain seperti kejang, letargi, muntah-muntah yang hebat, ruam yang luas, atau kesulitan bernapas, segera hubungi dokter. Gejala-gejala ini dapat menunjukkan adanya masalah serius yang memerlukan perawatan medis segera. Konsultasi dengan dokter juga sangat dianjurkan jika Anda memiliki kekhawatiran atau pertanyaan tentang demam atau efek samping lainnya setelah imunisasi. Informasi yang diberikan dalam artikel ini bersifat informatif dan tidak dapat menggantikan saran medis profesional.

BACA JUGA:   Imunisasi MR: Jadwal, Manfaat, dan Hal yang Perlu Diperhatikan

Ingatlah bahwa demam pasca imunisasi umumnya merupakan tanda bahwa sistem imun bayi sedang bekerja untuk membangun kekebalan terhadap penyakit. Meskipun dapat menimbulkan ketidaknyamanan, demam ini umumnya bersifat sementara dan ringan. Dengan pemantauan yang cermat dan penanganan yang tepat, Anda dapat membantu bayi Anda melewati periode ini dengan nyaman dan aman.

Also Read

Bagikan:

Tags