Mengenali Tanda-Tanda Alergi Susu Formula Pada Bayi Baru Lahir

Dewi Saraswati

Alergi susu formula pada bayi baru lahir merupakan kondisi yang cukup sering terjadi dan memerlukan perhatian serius dari orang tua dan tenaga medis. Bayi yang mengalami alergi susu formula akan menunjukkan berbagai reaksi setelah mengonsumsi susu formula, mulai dari reaksi ringan hingga reaksi yang mengancam jiwa. Penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda alergi tersebut agar dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat. Informasi berikut ini disusun berdasarkan berbagai sumber terpercaya dan bertujuan untuk edukasi, bukan sebagai pengganti konsultasi medis. Selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan anak jika Anda mencurigai bayi Anda mengalami alergi susu formula.

Gejala Alergi Susu Formula pada Kulit

Salah satu manifestasi alergi susu formula yang paling umum adalah reaksi pada kulit. Reaksi kulit ini bervariasi tingkat keparahannya, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa tanda alergi susu formula yang terlihat pada kulit bayi antara lain:

  • Eksim/Dermatitis atopik: Ini merupakan ruam kulit yang gatal, kering, dan bersisik. Ruam seringkali terlihat di pipi, dahi, dan lipatan kulit. Eksim pada bayi yang alergi susu formula biasanya akan memburuk setelah bayi mengonsumsi susu formula.

  • Urtikaria (biduran): Muncul sebagai bentol-bentol merah yang gatal pada kulit. Bentol ini bisa muncul di berbagai bagian tubuh dan dapat muncul dan hilang dengan cepat.

  • Eritema: Merupakan kemerahan pada kulit yang bisa meluas dan disertai rasa panas.

  • Reaksi anafilaksis (jarang, tetapi serius): Reaksi alergi yang mengancam jiwa dan membutuhkan perawatan medis segera. Gejalanya meliputi pembengkakan di wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan, kesulitan bernapas, penurunan tekanan darah, dan syok.

Penting untuk dicatat bahwa ruam popok bukanlah indikator pasti alergi susu formula, meskipun beberapa bayi dengan alergi susu formula mungkin mengalami ruam popok yang lebih parah. Diagnosis alergi susu formula tidak boleh hanya berdasarkan ruam popok saja.

BACA JUGA:   Susu Formula: Rahasia Tumbuh Kembang Optimal Bayi

Gejala Alergi Susu Formula pada Sistem Pencernaan

Alergi susu formula juga sering memanifestasikan diri sebagai masalah pencernaan. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai:

  • Diare: Tinja yang encer, sering, dan berair. Konsistensi tinja bisa bervariasi, kadang-kadang mengandung lendir atau darah.

  • Sembelit: Susu formula tertentu dapat menyebabkan sembelit pada bayi yang rentan. Namun, sembelit yang menetap dan signifikan dapat menjadi indikasi alergi.

  • Muntah: Muntah bisa berupa muntah proyektil (muntah yang kuat dan menyemprot) atau muntah ringan setelah menyusu.

  • Refluks gastroesofageal (GER): Meskipun GER sering terjadi pada bayi, alergi susu formula dapat memperburuk gejala GER. Gejala GER meliputi muntah, regurgitasi, dan iritabilitas.

  • Kolik: Bayi yang mengalami alergi susu formula mungkin mengalami kolik, yaitu menangis yang berlebihan dan tidak dapat dijelaskan penyebabnya, seringkali disertai dengan gejala pencernaan lainnya. Namun, kolik juga bisa memiliki penyebab lain.

Gejala pencernaan ini seringkali muncul bersamaan dengan gejala kulit atau gejala lainnya.

Gejala Alergi Susu Formula pada Sistem Pernapasan

Meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan gejala kulit dan pencernaan, alergi susu formula juga dapat menyebabkan masalah pernapasan pada bayi. Gejalanya antara lain:

  • Hidung tersumbat: Bayi mungkin mengalami hidung tersumbat terus-menerus, menyebabkan kesulitan bernapas dan tidur.

  • Batuk: Batuk dapat terjadi sebagai respon terhadap iritasi saluran pernapasan.

  • Mengi: Suara siulan saat bayi bernapas, menunjukkan adanya penyempitan saluran udara.

  • Sulit bernapas: Dalam kasus yang parah, alergi susu formula dapat menyebabkan kesulitan bernapas yang signifikan.

Gejala pernapasan ini seringkali muncul bersamaan dengan gejala kulit atau pencernaan. Jika bayi Anda mengalami kesulitan bernapas, segera cari pertolongan medis.

Gejala Alergi Susu Formula Lainnya

Selain gejala pada kulit, pencernaan, dan pernapasan, beberapa gejala lain juga dapat mengindikasikan alergi susu formula pada bayi, antara lain:

  • Iritabilitas: Bayi yang alergi susu formula mungkin menunjukkan iritabilitas yang berlebihan dan sulit untuk ditenangkan.

  • Kehilangan berat badan: Meskipun tidak selalu terjadi, alergi susu formula dapat mengganggu penyerapan nutrisi, menyebabkan bayi tidak mendapatkan cukup nutrisi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

  • Pertumbuhan yang terhambat: Pertumbuhan yang lebih lambat dari rata-rata dapat menjadi tanda alergi susu formula.

  • Anemia: Dalam beberapa kasus, alergi susu formula dapat menyebabkan anemia karena pendarahan di saluran pencernaan.

BACA JUGA:   ASI vs Sufor: Perbedaan, Manfaat, dan Pertimbangan untuk Kesehatan Bayi

Gejala-gejala ini seringkali muncul bersamaan dan dapat bervariasi dalam tingkat keparahannya. Oleh karena itu, penting untuk memonitor bayi secara cermat dan berkonsultasi dengan dokter jika ada kecurigaan alergi susu formula.

Diagnosa Alergi Susu Formula

Diagnosis alergi susu formula tidak mudah dan membutuhkan evaluasi yang komprehensif oleh dokter anak. Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan bayi, termasuk riwayat alergi dalam keluarga, gejala yang muncul, dan pola pemberian makan. Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan untuk menilai kondisi umum bayi dan mengidentifikasi tanda-tanda alergi.

Beberapa tes tambahan mungkin diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis, termasuk:

  • Tes darah: Tes darah dapat mengukur kadar imunoglobulin E (IgE) spesifik terhadap protein susu sapi. Tingkat IgE yang tinggi dapat menunjukkan alergi. Namun, tes ini tidak selalu akurat.

  • Tes kulit: Tes kulit melibatkan penyuntikan sejumlah kecil protein susu sapi ke dalam kulit bayi. Reaksi positif menunjukkan alergi. Tes ini memiliki risiko reaksi alergi yang lebih serius, sehingga harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih.

  • Eliminasi dan provokasi diet: Menghapus susu formula dari makanan bayi dan melihat apakah gejala mereda. Kemudian, susu formula diperkenalkan kembali secara bertahap untuk melihat apakah gejala kambuh. Ini adalah cara yang paling akurat untuk mendiagnosa alergi susu formula, namun membutuhkan waktu dan kehati-hatian.

Pengobatan Alergi Susu Formula

Pengobatan alergi susu formula berfokus pada penghilangan alergen (protein susu sapi) dari diet bayi. Dokter akan merekomendasikan susu formula hypoallergenic atau hidrolizat protein susu sapi, atau bahkan formula berbasis kedelai atau formula berbasis protein nabati lainnya. Namun, perlu diingat bahwa formula ini juga memiliki potensi alergi, meskipun lebih rendah. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan pemberian ASI eksklusif jika ibu mampu memproduksi ASI yang cukup.

BACA JUGA:   Porsi ASI yang Optimal untuk Bayi 7 Bulan: Panduan Lengkap

Selain perubahan pola makan, dokter juga mungkin meresepkan obat-obatan untuk mengelola gejala, seperti:

  • Antihistamin: Untuk mengurangi gatal dan ruam.

  • Kortikosteroid: Untuk mengurangi peradangan.

  • Probiotik: Untuk menyeimbangkan flora usus.

Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan perubahan dalam diet bayi atau memberikan obat-obatan apa pun. Penanganan yang tepat dan tepat waktu sangat penting untuk mencegah komplikasi yang serius.

Also Read

Bagikan:

Tags