Imunisasi merupakan tindakan pencegahan yang sangat penting untuk melindungi anak dari berbagai penyakit menular yang berbahaya. Vaksinasi bekerja dengan cara melatih sistem kekebalan tubuh anak untuk mengenali dan melawan patogen penyebab penyakit, sehingga anak terlindungi dari infeksi serius atau bahkan kematian. Penting untuk memahami jenis-jenis imunisasi yang direkomendasikan, jadwal pemberiannya, serta potensi efek sampingnya. Artikel ini akan membahas secara detail imunisasi lengkap yang dianjurkan untuk anak di Indonesia, berdasarkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan referensi ilmiah lainnya.
1. Imunisasi pada Bayi (Usia 0-11 Bulan)
Tahap awal kehidupan bayi merupakan periode yang sangat krusial dalam hal imunisasi. Sistem kekebalan tubuh bayi masih belum berkembang sepenuhnya, sehingga mereka sangat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi. Oleh karena itu, imunisasi pada periode ini sangat penting untuk memberikan perlindungan optimal. Berikut beberapa imunisasi penting pada bayi:
-
BCG (Bacillus Calmette-Guérin): Vaksin BCG diberikan untuk mencegah penyakit Tuberkulosis (TBC). Vaksin ini diberikan secara intradermal (disuntikkan di bawah kulit) biasanya pada bayi usia 0-2 bulan, dan membentuk jaringan parut kecil di lokasi penyuntikan. Reaksi lokal seperti kemerahan dan pembengkakan merupakan hal yang normal.
-
Hepatitis B: Vaksin Hepatitis B melindungi dari infeksi virus Hepatitis B yang dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius. Dosis pertama biasanya diberikan saat lahir, diikuti dosis berikutnya sesuai jadwal imunisasi. Vaksin ini diberikan secara intramuskular (disuntikkan ke dalam otot).
-
Polio (IPV dan OPV): Vaksin polio diberikan untuk mencegah penyakit polio, yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu IPV (Inactivated Polio Vaccine) dan OPV (Oral Polio Vaccine). Indonesia saat ini telah beralih ke penggunaan IPV, diberikan secara injeksi. Sebelumnya OPV diberikan melalui oral.
-
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus): Vaksin DPT melindungi dari tiga penyakit berbahaya: difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Vaksin ini diberikan secara intramuskular dan diberikan dalam beberapa dosis sesuai jadwal imunisasi. Reaksi lokal seperti bengkak dan nyeri di tempat suntikan sering terjadi.
-
Hib (Haemophilus influenzae tipe b): Vaksin Hib melindungi dari infeksi bakteri Haemophilus influenzae tipe b, yang dapat menyebabkan penyakit serius seperti meningitis, pneumonia, dan epiglotitis. Vaksin ini diberikan secara intramuskular.
-
Campak, Gondongan, Rubella (MR): Vaksin MR melindungi dari tiga penyakit virus yang dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada anak-anak. Vaksin ini diberikan secara subkutan (disuntikkan di bawah kulit) dan umumnya diberikan pada usia 9 bulan.
2. Imunisasi pada Anak Usia 12-23 Bulan
Setelah imunisasi dasar pada bayi, imunisasi lanjutan tetap dibutuhkan untuk memastikan perlindungan yang berkelanjutan. Pada usia ini, beberapa imunisasi perlu diberikan sebagai booster atau dosis tambahan.
-
DPT-Hib: Imunisasi ini merupakan kombinasi vaksin DPT dan Hib, memberikan perlindungan terhadap difteri, pertusis, tetanus dan Haemophilus influenzae tipe b. Dosis lanjutan diberikan pada usia 12 bulan dan 18 bulan.
-
Polio (IPV): Dosis lanjutan vaksin polio IPV diberikan pada usia 12 bulan dan 18 bulan sebagai booster untuk memperkuat kekebalan tubuh.
-
Campak, Gondongan, Rubella (MR): Dosis kedua vaksin MR biasanya diberikan pada usia sekitar 15-18 bulan, untuk meningkatkan perlindungan jangka panjang terhadap ketiga penyakit tersebut.
-
Pneumonia: Vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) melindungi dari infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga tengah. Jadwal pemberian vaksin PCV bervariasi, biasanya diberikan pada usia beberapa bulan pertama kehidupan.
3. Imunisasi pada Anak Usia Prasekolah (4-5 Tahun)
Pada usia prasekolah, beberapa imunisasi booster diberikan untuk memastikan perlindungan yang optimal sebelum anak memasuki usia sekolah.
-
Booster DPT: Dosis booster DPT diberikan untuk menjaga kekebalan terhadap difteri, pertusis, dan tetanus.
-
Booster Polio (IPV): Dosis booster vaksin polio IPV diberikan untuk memperkuat kekebalan.
4. Imunisasi pada Anak Usia Sekolah (SD & SMP)
Pada usia sekolah, fokus imunisasi bergeser pada perlindungan terhadap penyakit yang sering muncul di lingkungan sekolah.
-
Vaksin Hepatitis A: Vaksin ini melindungi dari Hepatitis A, penyakit infeksi hati yang dapat menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Jadwal pemberian bervariasi, seringkali diberikan pada usia prasekolah atau awal sekolah dasar.
-
Vaksin HPV (Human Papillomavirus): Vaksin HPV menawarkan perlindungan dari infeksi virus HPV, yang terkait dengan kanker serviks pada perempuan dan beberapa jenis kanker lainnya pada laki-laki dan perempuan. Vaksin ini direkomendasikan untuk diberikan sebelum anak aktif secara seksual. Jadwal pemberian bervariasi tergantung jenis vaksin yang digunakan.
-
Vaksin Influenza: Vaksin influenza atau flu, dianjurkan setiap tahun, terutama bagi anak-anak dengan kondisi kesehatan tertentu. Vaksin ini melindungi dari berbagai jenis virus influenza yang bersirkulasi setiap tahunnya.
5. Jenis-jenis Vaksin dan Cara Kerjanya
Vaksin yang digunakan dalam imunisasi anak tersedia dalam berbagai jenis, termasuk vaksin yang dilemahkan (live attenuated), vaksin yang diinaktivasi (inactivated), vaksin subunit, vaksin konjugat, dan vaksin toxoid. Vaksin yang dilemahkan mengandung versi virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga dapat memicu respons imun tanpa menyebabkan penyakit. Vaksin yang diinaktivasi mengandung virus atau bakteri yang telah dimatikan, sehingga aman diberikan. Vaksin subunit hanya mengandung bagian tertentu dari virus atau bakteri, sedangkan vaksin konjugat menggabungkan antigen dengan pembawa untuk meningkatkan respons imun. Vaksin toxoid mengandung toksin yang telah diinaktivasi, sehingga memicu produksi antibodi terhadap toksin tersebut.
6. Efek Samping Imunisasi dan Penanggulangannya
Meskipun sangat aman dan efektif, imunisasi dapat menimbulkan beberapa efek samping ringan, seperti kemerahan, bengkak, atau nyeri di tempat suntikan. Efek samping ini biasanya ringan dan sementara. Efek samping yang lebih serius jarang terjadi, namun penting untuk segera mencari bantuan medis jika anak mengalami reaksi alergi yang parah seperti kesulitan bernapas, ruam yang meluas, atau bengkak pada wajah dan tenggorokan. Sebelum imunisasi, penting untuk memberitahukan petugas kesehatan tentang riwayat alergi atau kondisi kesehatan anak. Informasi lengkap tentang efek samping masing-masing vaksin dapat diperoleh dari petugas kesehatan atau dari sumber informasi terpercaya. Penting untuk selalu mengikuti jadwal imunisasi yang telah ditentukan dan berkonsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan jika memiliki pertanyaan atau kekhawatiran.
Catatan: Informasi di atas bersifat umum dan tidak dapat menggantikan konsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan. Jadwal dan jenis imunisasi yang tepat dapat bervariasi tergantung pada usia, kondisi kesehatan anak, dan rekomendasi terbaru dari Kemenkes RI. Selalu konsultasikan dengan dokter atau petugas kesehatan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan terpercaya terkait imunisasi anak. Kemenkes RI dan website resmi organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah sumber informasi terpercaya untuk mengetahui informasi terbaru seputar imunisasi.